CINTA SEORANG PANGERAN

Keseleo Lidah



Keseleo Lidah

0"Kita lihat saja nanti bagaimana akhirnya. Aku hanya berharap Ayahanda dan Ratu Sabrina menyadari bahwa ada yang lebih penting dari sekedar kekuasaan yaitu kebahagiaan kami, anak - anak mereka" Kata Putri Rheina kepada Alena dan Alena mengangguk setuju.     
0

"Nah.. Alena sudah jangan menunggu lagi. Kasihan Yang Mulia sudah menunggumu " Kata Putri Rhiena sambil menyerahkan Putri Alexa kepada seorang pengasuh yang menunggu mereka.     

"Kau tidak apa - apa Aku tinggalkan ?" Kata Alena menjadi khawatir dan tidak tega meninggalkan Putri Rheina sendirian.     

"Yang Mulia tidak usah khawatir, Biar Hamba yang menemani" Kata Suara yang ada di belakang mereka. Serentak Alena dan Putri Rheina menoleh ke belakang. Dan mereka terkejut melihat Maya sedang berdiri dengan gaya khasnya. Menyender ke dinding dengan kaki menyilang dan sambil mempermainkan ibu jarinya diujung jemari lainnya.     

Apa ? ditemani makhluk judes yang tingkahnya begitu kurang ajar? tidak..tidak.. Aku tidak akan pernah bersama dengan wanita menakutkan itu. Di temani Arani jauh lebih rasional dibandingkan dengan Maya. Setidaknya Arani lebih memiliki tata krama. Putri Rheina tampak berbicara dalam hatinya sambil melirik ke arah Maya.     

"Mengapa Kau diam saja Rheina? Melihat dari raut mukamu kelihatannya kau tampak takut terhadap Maya. Maya itu sebenarnya sangat baik." Kata Alena sambil tersenyum geli melihat muka putih Putri Rheina tampak memucat.      

Sepanjang Ia mengenal Putri Rheina, Alena baru tahu kalau ternyata Putri Rheina sebenarnya sangat lucu dan menggemaskan. Kejudesannya tidak bersisa sedikitpun walaupun manjanya masih ada.     

"Yang Mulia Putri Alena benar. Kau tidak perlu takut.. oh salah. Maksudku Yang Mulia tidak perlu takut terhadap Hamba. Karena Hamba tidak akan menggigit orang yang baik" Kata Maya masih tetap menyender ke dinding.     

"A..Aku bukannya takut tetapi takut Aku tidak akan akrab denganmu. Takutnya kita akan canggung. Alena lebih baik Aku tidur sendiri saja atau Aku ditemani pelayan pribadiku" Kata Putri Rheina kepada Alena.     

"Tidak.. Aku tidak tenang melihatmu sendirian. Apalagi kondisi Nizam masih tidak baik. Di sini bukan Harem yang penjagaannya berlipat - lipat tetapi disini adalah istana Nizam di mana orang lebih bebas berlalu lalang karena Nizam terbiasa menerima tamu di istananya. Jadi sebenarnya kalau kau tidur sendiri malah kelihatannya lebih berbahaya" Kata Alena kepada Putri Rheina.     

Maya bertepuk tangan mendengar analisa dari Alena. "Yang Mulia semakin cerdas. Memang benar. Ini adalah istana Yang Mulia Nizam tempat yang aman tetapi berbahaya.     

Yang Mulia tidak boleh membentengi istananya terlalu ketat karena hal ini berakibat tidak baik terhadap anggapan masyarakat. Penjagaan istana yang terlalu ketat akan menyebabkan masyarakat mengira Yang Mulia Nizam adalah orang yang pengecut. Penjagaan yang terlalu ketat akan menyebabkan orang yang memiliki keperluan menjadi segan datang berkunjung. " Kata Maya kepada Putri Rheina.     

"Kenapa Aku baru tahu hal seremeh ini. Kalau istana Yang Mulia tidak terlalu ketat mengapa Yang Mulia malah menaruh Alena disini ?" Putri Rheina masih tidak mengerti. Ia adalah Putri yang dididik untuk menjadi istri yang baik dan bukannya mengatur kenegaraan. Walaupun Ia harus mempelajarinya sedikit - sedikit.     

"Tentu saja Yang Mulia. Anda andalah Putri yang menjadi calon Ratu jadi mana mungkin mempelajari hal seremeh ini" Kata Maya sambil meniru kata - kata Putri Rheina membuat Putri Rheina tersipu - sipu menyadari kalau Ia salah berbicara.     

"Maafkan Aku " Kata Putri Rheina.     

"Tidak.. Anda jangan meminta maaf. Hamba pribadi sudah sangat senang Yang Mulia sekarang sudah memiliki prinsip hidup sendiri demi mencapai kebahagiaan. Karena seperti Kata Yang Mulia Alena saat menasehatiku.      

Kebahagiaan itu harus diperjuangkan oleh diri sendiri karena kebahagiaan itu bersumber pada diri sendiri." Kata Maya sambil melirik ke arah Alena.     

"Maya benar. Jangan biarkan kebahagiaan kita bersumber dari orang lain. Tetapi jadikan kebahagiaan kita berasal dari dalam diri sendiri. Bahkan kebahagiaan orang lain haruslah menjadi kebahagiaan kita sendiri.     

Jangan jadi orang yang terbalik. Orang yang senang melihat orang lain menderita dan menderita melihat orang lain senang. Itu menurut pendapatku" Kata Alena di iringi tepuk tangan dari Putri Rheina dan acungan jempol dari Maya.     

"Oh.. itu benar. Dulu Aku memiliki sifat seperti itu. Melihat Alena bersama Yang Mulia Nizam Aku sangat menderita. Setiap malam membayangkan betapa mesranya kalian berdua. Kalian memadu cinta dan Aku merajut penderitaan. Aku bahkan sampai lupa bagaimana tertawa itu. Jika keseharianku hanyalah mencurigai, marah, menangis dan depresi.. " Kata Putri Rheina.     

"Sudah lupakanlah semua penderitaan kita. Mari kita songsong hidup baru... pertama - tama kita akan menyaksikan Amar dan Maya menikah. Kita akan senang dan Maya mungkin akan menderita" Kata Alena tetapi kemudian Alena terdiam melihat Maya dan Putri Rheina malah menatap Alena dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Apa Maksud Yang Mulia dengan Aku akan menderita? Apakah setelah kami menjalani pernikahan Aku akan menderita begitu? Apakah Yang Mulia tahu sesuatu?" Kata Maya dengan keheranan.     

Alena baru sadar kalau Maya dan Putri Rheina masih polos dan suci tentang percintaan.     

"Ah.. ha..ha.. Anggap saja Aku salah bicara " Kata Alena sambil tertawa menyembunyikan kebenarannya.     

"Tidak.. Yang Mulia tidak salah bicara. Apa yang sebenarnya dengan penderitaan. Kalau menikah hanya untuk mendatangkan penderitaan Aku tidak mau menderita. Hidupku sudah penuh derita dan Aku tidak mau menambahnya" Kata Maya kepada Alena.     

"Kau jangan berpikiran aneh - aneh. Pada intinya Kau harus menikah dan hidup bahagia "     

"Lalu penderitaan itu apa maksudnya?" Maya merasa Alena sedang mencoba membodohinya. Tapi Ia sendiri tidak tahu penderitaan apa yang dimaksud Alena. Melihat Maya menatapnya dengan tatapan tajam dan mendesak ditambah dengan pandangan Putri Rheina yang ingin tahu juga. Akhirnya sambil merutuki kebodohannya Alena lalu bercerita.     

"Baiklah - baiklah, Aku akan bercerita " Kata Alena seperti mengulurkan waktu dan Ia baru saja akan bercerita ketika Cynthia yang tiba - tiba datang membantu Alena yang keseleo lidah     

"Maksudnya adalah ketika sepasang wanita dan laki - laki menikah maka wanita akan menderita untuk pertama kali. Tetapi penderitaan itu juga tergantung dari sudut pandang si wanita itu sendiri.     

Kalau si wanita merasa bahwa penderitaannya itu adalah bukti dari pengorbanan cintanya kepada suaminya maka itu bukanlah penderitaan tetapi kebahagiaan. Tetapi kalaupun si wanita akan menganggap bahwa itu tetap suatu penderitaan maka tidak usah cemas karena lama - lama penderitaan itu akan menjadi biasa" Kata Cynthia panjang lebar.     

"Jadi yang dimaksud penderitaan itu sendiri apa?' Kata Maya tetapi tegas menanyakan tentang itu kepada dua wanita yang sudah berpengalaman menikah yaitu Alena dan Cynthia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.