CINTA SEORANG PANGERAN

Lebih Baik Kesakitan daripada Tersiksa



Lebih Baik Kesakitan daripada Tersiksa

0Nizam sedang duduk sambil memunggungi perawat dan dokter yang merawat luka - lukanya. Luka - luka itu telah mengering tetapi masih menyisakan luka yang masih basah di bagian terdalam. Ujung cambuk itu melukai kulit punggung Nizam hingga ke bagian terdalam sehingga luka itu tidak akan sembuh dalam waktu dekat.     
0

Sebenarnya memang perih tetapi bagi orang sekuat Nizam rasa sakit itu tentu saja tidak seberapa. Tetapi begitu Alena muncul di depan pintu dan itu terlihat oleh ujung mata Nizam. Nizam langsung overacting,     

"Aouch.. pelan - pelan. Itu masih sakit " Kata Nizam sambil meringis seakan menahan perih. Para Dokter dan perawat tampak saling melirik melihat tingkah putra mahkota mereka. Bukankah tadi wajahnya datar - datar saja dan tidak merasa kesakitan sedikitpun. Tetapi mengapa sekarang jadi seperti orang yang sedang menahan sakit yang parah.     

"Tolong - tolong untuk lebih lembut lag, Dokter. Kelihatannya masih sakit " Kata Alena sambil duduk di depan Nizam. Nizam segera menarik tangan Alena agar duduknya lebih mendekat dan Ia kemudian menyenderkan kepalanya di dada Alena.     

"Benar.. ini sangat sakit. Tolong kalau kerja lebih profesional " Kata Nizam sambil menghardik para dokter membuat mereka jadi pucat. Perasaan mereka sudah sangat lembut dalam merawat luka Nizam bahkan mereka merawat Nizam seperti merawat bayi saking lembutnya. Alena mengelus kepala Nizam dengan lemah lembut.     

"Sabar ya.. Nizam. Semoga Alloh segera menyembuhkanmu." Kata Alena membuat Nizam seperti di awang - awang.     

"Terima kasih, sayang. Aku sangat merindukanmu. Tidurlah malam ini di sisiku" Kata Nizam dengan penuh harap. Para Dokter tertegun melihat Nizam yang tampak sudah tidak dapat menahan perasaanya kepada Alena. Ini sudah berhari - hari bahkan beberapa minggu dan itu pasti membuat Nizam tersiksa. Tetapi sebenarnya sekarang masih belum tepat untuk melakukannya. Takutnya kalau Nizam banyak bergerak maka luka yang mengering akan membuka kembali dan kemungkinan akan berdarah lagi.      

Kalau Nizam dan Alena hanya tidur bersama mereka tidak akan khawatir yang khawatir adalah kalau mereka malah akan bangun bersama tetapi mereka juga tidak berani melarang Nizam secara langsung jadi akhirnya kepala dokter itu berkata dengan hati - hati.     

"Malam ini semoga Yang Mulia Putri Alena dapat mengawasi Yang Mulia Pangeran Nizam agar tidak terlalu banyak bergerak karena dikhawatirkan lukanya akan berdarah kembali" Kata Dokter itu dengan perlahan setelah semua perawat dan dokter lainnya pergi.     

Nizam langsung mendelik dengan buas ke arah dokter itu apalagi kemudian Alena malah menanggapinya dengan sungguh - sungguh.     

"Jadi bagaimana ? Apakah Aku perlu kembali lagi ke kamarku? Agar Yang Mulia tidak terganggu atau bagaimana?" Kata Alena sambil menatap dokter itu. Nizam langsung mencekal tangan Alena dengan erat.     

"Apa maksudmu Aku akan terganggu. Malam ini Aku tidak mau tahu kalau kau harus ada disini" Kata Nizam sambil memerah karena marah dan gairahnya. Menyentuh Alena membuat darahnya mengalir dengan kencang dan dadanya berdebar dengan penuh semangat. Bahkan tubuhnya ada terbangkit dan mulai tidak terkendali. Dia gelisah tidak dapat pulang berhari - hari bahkan berminggu - minggu ke dalam rumahnya. Dia sangat kesal dengan pemiliknya, mengapa pemiliknya yang terluka tepi dia yang harus menderita karena tidak dapat masuk ke tempatnya.     

Dokter itu langsung membungkukkan dengan hormat. " Tidak yang Mulia Putri Alena, Yang Mulia boleh berada di samping Yang Mulia dan menemaninya beristirahat" Kata Dokter itu.     

"Oh.. begitu tenang saja Dokter. Kalau nanti dia banyak bergerak - gerak maka Aku akan menghajarnya" Kata Alena sambil tertawa setelah dia mengerti mengapa Dokter itu tampak ketakutan dan Nizam tampak marah.     

"Syukurlah Yang Mulia, kalau begitu hamba mohon pamit undur diri" Kata Dokter kepala itu tergesa - gesa. Ia sudah tidak tahan menghadapi tatapan Nizam yang begitu mengintimidasi.      

Begitu Dokter itu pergi Nizam segera menurunkan kakinya ke bawah tempat tidur dan duduk dengan kaki terbuka lebar. Ia menarik Alena agar berdiri di depannya. Dan Mulai mencium Alena dengan penuh kerinduan. Alena juga yang merasakan rindunya hampir hendak meledak tidak menyia - nyiakan kesempatan ini untuk membalas ciuman suaminya dan jadilah mereka saling berciuman untuk melepaskan rindu.     

Alena kemudian duduk di pangkuan Nizam dan mulai berkata, " Kau dengar kan tadi kata Dokter. Kau masih belum boleh bergerak " Kata Alena sambil mencubit hidung Nizam yang mancung. Nizam cemberut.     

"Aku sangat merindukanmu " Bisik Nizam sambil mencium leher Alena dengan lembut. Alena menggelinjang sambil tertawa kecil,     

"Rindu ? Aku hampir tiap hari ada di kamarmu. Menemanimu " Kata Alena sambil kembali mengelus pipi Nizam.     

"Bukan rindu yang biasa. Tapi rindu yang lain" Kata Nizam sambil tangannya sudah merambah kemana - mana. Alena menahan tangan itu sambil tersenyum.     

"Kau nanti akan kesakitan" Bisik Alena sambil mulai merasakan panas.     

"Aku lebih memilih kesakitan daripada tersiksa" Kata Nizam sambil menatap istrinya itu. Alena berusaha menahan tangan Nizam tetapi tenaga Nizam yang besar tidak mampu Alena tahan.     

Para pelayan dan penjaga yang berjaga di depan kamar Nizam tidak mendengar apapun dari dalamnya karena memang kamarnya itu sangat privacy. Istana putra mahkota adalah salah satu bagian terpenting di dalam istana. Dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Bangunannya masih kokoh dan terawat. Dan kamar Nizam tempat untuk para istrinya melayaninya. Bukan hanya sekedar percintaan yang penting tetapi sebenarnya untuk menghasilkan keturunan bagi kerajaanlah yang paling utama sehingga tempatnya harus tenang dan nyaman serta terbebas dari gangguan luar.     

Berbeda dengan kamar di Istana Muthmainah tempat malam pengantin Putra Mahkota bersama istri calon permaisuri yang tempat tidak terlalu luas agar mudah mengontrol pengantin jika ada apa - apa. Kalau kamar Nizam itu benar - benar sangat privacy dan apapun yang terjadi di dalam tidak akan terdengar keluar.     

Muka Nizam semakin memerah walaupun Alena yang bergerak aktif sangat mustahil bagi dirinya untuk tidak ikut bergerak walaupun seadanya. Dan rasa sakit luka yang terbuka tidak terasa ketika Nizam sedang di awang - awang. Efek terasa sakit baru terasa ketika semuanya sudah selesai dan Nizam langsung bertelengkup sambil tak henti - hentinya merintih merasakan kesakitan.     

Alena langsung panik dan segera mengenakan pakaiannya. "Aku juga tadi bilang apa. Kau sih tidak mau sabar. Jadi sakitkan.. " Kata Alena sambil memeriksa luka Nizam. ALena menggelengkan kepalan melihat luka - luka bekas cambukan itu begitu dalam. Dan Alena yakin kalaupun Nizam sembuh maka pasti akan meninggalkan bekasnya. Tangan Alena bergetar ketika mengusap bagian punggung Nizam yang tidak terluka. Hatinya begitu sakit melihat mertuanya telah bertindak bengis terhadap anaknya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.