CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Menyakiti Nizam



Alena Menyakiti Nizam

0"Lukamu kelihatannya akan berbekas, Nizam. Alangkah sakitnya ini" Kata Alena sambil meneteskan air matanya. Dia tidak berani menyentuh bekas luka yang tampak sangat mengerikan itu, Jadi dia hanya berani mengusap - ngusapnya yang tidak terluka.     
0

"Tapi lebih sakit kalau kau pergi meninggalkan Aku. Aku lebih baik menderita seperti ini asalkan kau ada disisiku " Kata Nizam sambil mengusap - ngusap punggun Alena.     

"You are so sweet " Alena berkata sambil terus mengusap perlahan luka - luka Nizam. Merasakan betapa kasarnya kulit Nizam yang terluka.     

Nizam semakin lebay, Ia membenamkan mukanya ke dada Alena sambil mengaduh - ngaduh, "Sakit.. sekarang tiup - tiup Alena biar lukanya dingin" Kata Nizam sambil memeluk pinggang Alena. Alena lalu meniup luka Nizam dengan lembut. Nizam tersenyum senang, kerinduannya terbayar sudah walaupun Ia mendapatkan cambuk yang sangat menyakitkan tetapi Ia merasa balasannya setimpal Ia mendapatkan kembali kepercayaan Alena dan Putri Rheina yang menyerah menjadi istrinya. Nizam menjadi sangat lega.      

Perasaan berdosanya karena sudah menyia - nyiakan Putri Rheina sekarang hilang dan itu membuat jiwanya menjadi sangat temtram, damai dan bahagia. Ia tidak merasa seperti dikejar - kejar dosa lagi. Ia juga tidak akan menyakiti Putri Rhiena lagi. Putri Rheina sudah ikhlas Ia lepaskan.     

Melihat Nizam sedang tenang, Alena kemudian mencoba kembali berbicara kepadanya,     

"Nizam, Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, Aku harap kau tidak emosi" Kata Alena dengan hati - hati. Nizam langsung menegakkan wajahnya. Ia jadi curiga kalau Alena akan mengatakan sesuatu yang akan mengganggu perasaannya. Wajahnya jadi tegang.     

Alena tahu kalau Nizam mulai berubah sikap sehingga Ia kemudian mengangkat tubuhnya dari pangkuan Nizam, Lalu mengenakan pakaiannya dan Nizam tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatapnya dengan sabar. Setelah mengenakan pakaiannya kemudian Alena duduk dengan santai padahal Ia akan berbicara tentang sesuatu yang kemungkinan akan membuat Nizam menjadi marah kembali.     

"Nizam.. Kau tahukan, Kalau jalan kita masih panjang. Kau harus banyak memikirkan tentang kerajaan, tentang negaramu. Sekarang Aku perhatikan Kau malah sibuk dengan bagian dalam istana dan tidak pernah memikirkan tentang rakyat Azura. Kau terus menerus terlibat masalah tentang harem dan istri - istrimu. Itu sangat tidak baik untuk reputasimu.      

Sekarang berita tentang kau dicambuk oleh ibumu pasti sudah tersebar luas. Akan ada banyak mata - mata yang menyebarkannya dan itu malah membuat orang - orang akan semakin membenciku. Aku pasti dikira wanita yang paling egois."     

"Aku tidak perduli. Sepanjang Kau ada disisiku maka Aku akan abaikan pendapat siapapun " Kata Nizam dengan hati yang keras.     

Alena menarik nafas panjang, Ia mengambil tangan Nizam kemudian meremasnya dengan lembut lalu mengusap punggung tangannya.     

"Tetapi itu akan semakin menggiring opini masyarakat tentang ketidak benaran diriku. Aku tidak sanggup menahan diri jika nanti kelak ada yang berkomentar kepada anak - anakku jika ibu mereka adalah wanita yang membawa pengaruh buruk kepada ayah mereka."     

"Hmm... lantas apa sebenarnya yang hendak kau katakan?" Kata Nizam sambil benar - benar memasang wajah yang sangat serius. Pembicaraan ini terlihat tidak main - main. Untungnya Ia sudah mendapatkan kepuasan dari Alena sehingga emosinya kemudian menjadi stabil dan tidak meledak - ledak.     

"Izinkan aku kembali ke dalam harem dengan Rheina. Kami akan memulai pembenahan di dalam harem. Agar semua berjalan normal kembali" Kata Alena kepada Nizam. Wajah Nizam kembali menjadi kelam.     

"Harem berbahaya" Kata Nizam pendek.     

"Akan lebih berbahaya kalau kita sembunyi terus menerus tanpa mengetahui pergerakan mereka" Kata Alena kepada Nizam. Nizam diam, Ia tahu apa yang dikatakan Alena karena pada dasarnya kecerdasan dia jauh melebihi kecerdasan Alena tetapi kalau sudah mengenai Alena maka semua logikanya akan hilang rontok seperti daun di musim gugur.     

Nizam masih membisu, mukanya kini kembali tegang dan darahnya terasa panas karena amarah. Dan Alena tahu sekali apa yang Nizam rasakan. Bukankah kemarin dia sampai rela dicambuk setengah mati karena Ia tidak ingin Alena kembali ke dalam harem. Alena merasakan panasnya Nizam hingga merasa ikut terbakar.     

Alena lalu memeluk Nizam dan mengusap kepalanya dengan lembut. Mata Nizam tampak nanar karena tidak puas dengan pernyataan Alena.     

"Aku tahu kau tidak rela Aku kembali ke dalam harem tetapi Aku tidak bisa selamanya bersembunyi di bawah ketiakmu. Aku adalah Alena, wanita dari Indonesia bukan wanita dari kerajaanmu yang hanya pasrah dengan nasibnya sendiri.      

Aku tidak bisa menyelesaikan segalanya jika Aku terus menerus ada di belakangmu. Nizam, Aku mohon ! Izinkanlah Aku kembali ke dalam harem " Kata Alena dengan lembut tetapi Nizam malah semakin keras. Dia masih terdiam seribu bahasa dan tidak berkata sepatah katapun. Alena menjadi gelisah dan depresi karena Nizam hanya terdiam saja.     

"Nizam, katakanlah sesuatu ! Jangan diam saja. Aku jadi tidak enak hati ? Apakah pernyataanku salah ? Apakah Aku terlalu berlebih - lebihan?" Kata Alena sambil merenggangkan pelukannya dan memegang pipi Nizam dengan kedua telapak tangannya yang mungil. Tangan Alena bahkan seperti tangan anak wanita dari Kerajaan Azura yang memang kebanyakan berbadan tinggi besar.     

Nizam masih terdiam, Ia tampak sangat marah dengan perkataan Alena. Bagaimana bisa Alena berkata seperti itu setelah Ia hampir berkorban dengan nyawanya hanya untuk mempertahankan Alena berada di istananya. Disampingnya. Ini seperti pelecehan terhadap pengorbanannya kemarin. Kalau memang Alena tetap mau ke harem dan Nizam izinkan lalu untuk apa Ia berkorban.     

Apa Alena tidak tahu bagaimana sakitnya dicambuk oleh Darbah? Cambuk itu bukan cambuk rotan tetapi cambuk kulit yang sangat menyakitkan kalau terkena kulit. Dan begitu terkena maka kulit akan terkelupas. Tidak seperti cambuk rotan yang hanya akan meninggalkan bekas memar kebiruan. Kecuali kalau kulitnya sensitif seperti kulit Alena waktu itu.     

Dan yang menyakitkan, Nizam juga harus berkonfrontasi dengan ibunya sendiri. Nizam sebenarnya sangat terluka dicambuk ibunya. Sepanjang hidupnya Nizam baru kali ini terkena cambukan dari ibunya. Ia selama ini adalah anak yang sangat patuh dan penurut. Ia adalah anak kebanggaan orang tua. Nizam hampir tidak memiliki cacat untuk menjadi seorang putra Mahkota.     

Tetapi sekarang dia sering kali bersitegang dengan ibunya gara - gara Alena dan yang terbesar adalah peristiwa pencambukkannya oleh Darbah. Nizam tidak tahu bagaimana kalau Ayahnya sampai tahu dan Nizam berharap semoga Ayahnya tidak pernah tahu peristiwa ini.     

Lalu setelah Nizam melewati hal yang menyakitkan itu, Alena malah tetap ingin kembali ke dalam harem walaupun dengan alasan yang sangat masuk di akal. Mata Nizam seketika menyala bagaikan bara api yang panasnya terasa menghanguskan seluruh perasaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.