CINTA SEORANG PANGERAN

Menguji Kesabaran Alena



Menguji Kesabaran Alena

0"Biarkan saja !! Aku tidak perduli. Biar Aku mati saja" Nizam malah merajuk dengan bibir mengkerut. Alena mendekat dan mencecahkan ciumannya, Ia lalu mendekapkan muka suaminya ke dadanya, kemudian mulutnya bersuara seperti ibu yang menenangkan tangisan bayinya. Nizam meronta tetapi kemudian mulutnya dijejali tubuh Alena sampai penuh. Nizam diam, Ia tidak berani melakukan gerakan apapun yang akan menyebabkan minuman anak - anaknya keluar dari tubuh Alena.      
0

Nizam yang kelelahan jadi mengantuk karena dekapan Alena dan akhirnya Ia benar - benar tertidur kelelahan. Alena tetap bertahan di samping tubuh Nizam hingga Ia yakin kalau suaminya sudah tertidur. Setelah melihat Kepala Nizam terkulai maka Ia segera bangun, menarik gaunnya dan mengenakannya kembali. Ia lalu mengambil obat luka itu di meja kecil dengan kapas dan tisu.     

Sambil meneteskan air mata, Alena mengusap darah yang mengalir lalu mengobatinya dengan obat dari dokter. Nizam meringis ketika Ia merasakan perih dari obat itu tetapi matanya tetapi terpejam. Rasa lelahnya membuat Ia tidak mampu untuk membuka matanya.      

"Semoga Alloh memberkahi cinta kita dan selalu memberikan kita kekuatan " Bisik Alena ketika Ia sudah selesai mengobati luka Nizam. Obat yang manjur karena darah langsung berhenti mengalir.      

Walaupun mata Nizam terpejam tetapi tangannya menggapai - gapai mencari Alena,     

"Jangan pergi Alena.. Tetaplah disampingku" Kata Nizam mengigau. Alena memegang tangan yang menggapai - gapai itu lalu meremasnya dengan lembut.     

"Aku akan ada disampingmu tetapi Aku akan tetap berjuang untuk kebahagiaan kita. Nizam, Aku harap kau mengerti dan memberikan Aku kepercayaan bahwa Aku dapat bertahan" Kata Alena sambil kembali mendekap tubuh Nizam dan kemudian Ia ikut terlelap.     

Sampai menjelang malam dan mereka sedang menikmati makan malam, Alena tidak berani berkata apapun lagi. Ia akan mencari waktu yang tepat untuk kembali berbicara dengan Nizam. Ia tidak ingin mengganggu Nizam yang sedang lahap memakan makanannya.     

Alena melayaninya sendiri, Ia menyuruh semua pelayan keluar karena Ia tidak ingin Nizam terganggu. Nizam sendiri tampak menikmati layanan yang diberikan Alena. Nizam tahu Alena sedang memanjakan dirinya. Lukanya juga sudah tidak terasa sakit, Ia juga tahu kalau Alena sudah mengobatinya.     

Melihat Alena terus menyodorkan makanan untuknya Nizam kemudian mengangkat tangannya. Ia merasa sudah cukup kenyang dan kemudian Ia gantian memberikan banyak makanan kepada Alena. Alena mendelik ketika Nizam menumpuk banyak roti di piringnya.      

"Hey..hey.. Aku bukannya Kau yang bisa banyak makan. Nanti Aku bisa gendut" Kata Alena sambil menyingkirkan kembali roti yang disimpan Nizam di dalam piringnya.     

"Tidak apa - apa kau gendut. Malah itu bagus biar mata lelaki berhenti menatapmu dan Kau akan menjadi milikku selamanya." Kata Nizam sambil kembali menaruh roti di piring Alena. Alena menggelengkan kepalanya. Rupanya otak suaminya masih konslet juga.      

Alena lalu mengunyah semua roti - roti itu dan Nizam menatapnya dengan senang. Ia kemudian menatap ke arah Alena dan berkata,     

"Mengapa Kau masih belum hamil lagi ? Harusnya kau hamil lagi, bila perlu kembar empat sekalian" Kata Nizam membuat Alena langsung terbatuk - batuk dengan keras.     

"Anak - anak belum lagi setahun, Masa Aku hamil lagi" Kata Alena sambil melotot setelah Ia meminum air. Nizam jadi nyengir kaya kuda.      

"Yah.. baiklah. Tapi kau harus ingat. begitu anak - anak sudah bisa berjalan dan berbicara, Kau tidak boleh mengenakan alat kontrasepsi. Kau harus hamil lagi secepatnya" Kata Nizam seperti mengultimatum.     

Alena tidak membantah, Ia tidak ingin berbicara yang memancing emosi suaminya lagi. Ia tahu kalau Nizam sedang mencari gara - gara.     

Melihat Alena tetap mengunyah dengan tenang, Nizam kembali membuat ulah. "Kau pasti lelah" Kata Nizam kepada Alena. Ia sudah menyentuh Alena berkali - kali dan Ia yakin Alena pasti kelelahan dan badannya sakit - sakit. Karena Ia sendiri merasakan tulang belulangnya seperti dilucuti dari dalam tubuhnya.     

"Aku memang lelah tetapi kau tidak usah khawatir, itu setimpal dengan kepuasan yang Aku peroleh" Kata Alena kepada Nizam. Nizam mengangkat alisnya sambil tersenyum,     

"Aku akan membuatmu lelah terus menerus dan memberikanmu kepuasan sampai kau tidak bisa pergi dari sisiku karena kelelahan" Kata Nizam sambil tersenyum licik. Lagi - lagi Alena tidak terpancing,     

"Tidak apa - apa.. Karena Aku tidak akan melakukan gerakan apapun. Aku akan membiarkan kau yang bergerak terus menerus sehingga Kau yang akan kelelahan"     

"Jadi kau akan diam saja? Lalu Kau akan berubah menjadi balok es setiap Aku sentuh?" Kata Nizam langsung cemberut. Alena langsung mengusap dadanya, dan terus komat - kamit. ' Tenang Alena, sabar. Orang Sabar kekasih Alloh.' Bisik Alena dalam hati.     

"Lalu Kau ingin Aku seperti apa ? Bara api?.. Nanti kau terbakar sendiri kalau Aku menjadi bara api" Kata Alena sambil mengunyah roti suapan terakhir. Nizam jadi tertawa kecil. Ia memuji kesabaran Alena. Padahal Ia sudah mancing - mancing emosi Alena. Ia ingin tahu kesungguhan Alena untuk pergi ke dalam harem. Kalau sampai Alena terpancing emosinya berarti Alena belum siap untuk pergi kembali ke harem.     

Hati Nizam mulai melunak ketika Alena mengobati lukanya. Tindakan cerdas Alena membuat Nizam merasa kalau Alena mungkin bisa menjaga diri kalau pergi ke dalam harem. Tetapi tentu saja Nizam harus memastikan kalau Alena siap tinggal di dalam harem.     

"Besok, aku akan minta Arani untuk melatihmu, agar Kau tidak terlalu lemah" Kata Nizam sambil mengangkat tangan Alena dan memijit lengannya seperti sedang memastikan kepadatan otot lengan Alena. Alena meringis kesakitan,     

"Ah..sakit.." Kata Alena meringis.     

"Hu..uh.. giliran dipegang lengan sedikit saja sakit, nah giliran di pegang ini malah pengen nambah" Kata Nizam sambil mengulurkan tangannya memegang tubuh Alena bagian depan. Alena jadi geram.     

"Hari ini, Kau benar - benar menguji kesabaranku Nizam. Ingat tidak kau dulu pernah menyuruhku berhitung satu sampai sepuluh agar Aku bisa mengendalikan emosiku. Ini sekarang Aku sudah bolak - balik berhitung mundur sampai berpuluh - puluh kali untuk meredakan emosiku." Kata Alena sambil balik mencekal tangan Nizam yang sedang hinggap di dadanya dengan manis bagaikan kupu - kupu yang hinggap di atas sekuntum bunga.     

Tapi tangan Nizam malah pindah tempat ketika Ia dilarang hingga di atas bunga oleh pemilik kebunnya. Tangan Nizam malah turun ke akar pohonnya dan itu malah membuat Alena terbelalak. Dan ketika tiba - tiba seorang pelayan wanita datang menghadap melaporkan sesuatu membuat Nizam menarik tangannya dari sana.     

"Ada apa ? " Nizam melotot dengan gusar. Ia kesal kesenangannya terganggu padahal Ia ingin melihat Alena mengamuk.     

"Ampuni hamba Yang Mulia, tetapi Yang Mulia Ratu Sabrina mohon izin menengok Yang Mulia " Kata pelayan itu sambil menundukkan kepala. Alena dan Nizam seketika saling memandang dengan kening berkerut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.