CINTA SEORANG PANGERAN

Wanita itu Membawa Pengaruh buruk



Wanita itu Membawa Pengaruh buruk

"Ananda tidak sakit ibunda Ratu, Tapi Ibunda yang sakit. Bagaimana bisa Ibunda menantu Ibunda sendiri sekeji itu. Bukankah ibunda sendiri ada didepan kamar Mereka ketika Yang Mulia Pangeran Nizam menyentuh Alena untuk pertama kali. Ibunda jelas - jelas mendengar bagaimana tersiksanya Alena.     

Jeritan kesakitan Alena apakah tidak menggetarkan hati Ibunda Ratu ? Bagaimana mungkin penderitaan Alena sekarang dibalas dengan tuduhan keji dari Ibunda? Apakah darah yang terhambur bukan bukti kesucian Alena?" Putri Rheina tampak berdiri tegak saking marahnya. Kekerasan hatinya keluar lagi melihat tuduhan Ratu Sabrina kepada Alena.     

Melihat menantunya begitu berani memarahinya. Ratu Sabrina langsung ikut berdiri tegak karena sangat marah.     

"Kau berani benar berkata seperti itu kepadaku ? Mertuamu sendiri ? Orang yang begitu menyayangimu ? Kau membela orang luar daripada mertuamu sendiri ? Bagaimana bisa? Apakah dia juga sudah menebarkan sihirnya kepadamu?" Kata Ratu Sabrina sambil mencekal kedua lengan Putri Rheina.     

"Lagipula bagaimana kau tahu kejadian yang sebenarnya? Bukankah kau tidak ada disana ? Ayahandamu bilang kalau Alena hanya berpura - pura saja merasa kesakitan agar semua orang percaya dia masih suci" Kata Ratu Sabrina semakin berang.     

"Astaghfirulloh, Ibunda Yang Mulia. Mengapa Ayahanda bisa mempengaruhi ibunda Ratu seperti itu ? Apa salah Alena kepada Ayahanda ?" Kata Putri Rheina sambil memegang dadanya yang tiba - tiba terasa sakit. Ia tidak rela Alena yang baru saja dari teman baiknya dituduh seperti itu walaupun oleh ayahnya sendiri     

"Kau yang terlalu berlebih - lebihan. Seharusnya saat ini waktu yang tepat untuk menyingkirkan Alena. Nizam sangat mencintai Alena. Wanita itu sudah menyihirnya. Mencuci otaknya. Anakku yang begitu penurut sekarang malah berubah menentangku. Ayahandamu banyak memberikan penjelasan kepadaku" Kata Ratu Sabrina mencoba menyadarkan menantunya agar berada di pihaknya dan menentang Alena.     

Putri Rheina tampak semakin berkaca - kaca, "Ibunda, Alena tidaklah seperti itu. Ia wanita terbaik yang Ananda kenal. Di saat Ananda membencinya, Alena menyelamatkan Ananda dari hukuman orang - orang kerajaan Putri Kumari. Alena merawat Ananda ketika sakit dan Ia memiliki teman - teman yang tidak pernah bersikap munafik.      

Merekalah orang pertama yang menjadi teman Ananda bukan karena Ananda seorang putri tetapi karena Ananda adalah manusia biasa. Ibunda tolong tarik kata - kata Ibunda dan meminta maaf kepada Yang Mulia Pangeran Nizam. Ini sangat menyakitkan bagi yang Mulia' Kata Putri Rheina sambil memegang tangan Ratu Sabrina.     

"Apa kau bermaksud mengatakan kalau Ayahandamu adalah seorang pembohong. Orang yang menyebarkan fitnah. Apa kau tidak takut durhaka malah balik menuduh Ayah sendiri seperti itu?" Kata Ratu Sabrina dengan geram.     

"Lagipula Saat malam kesucian itu kau tidak ada disana bagaimana kau bisa mengetahui kejadian yang sebenarnya?" Kata Ratu Sabrina lagi.     

"Ananda memang tidak ada disana tetapi Ananda memiliki mata dan telinga untuk ikut hadir disana. Alena sangat kesakitan karena Yang Mulia pangeran Nizam setengah memperkosanya. Ananda yang menambahkan zat afrosidiak kepada air salwahya sehingga membuat Yang Mulia lepas kendali. Dan Alena yang menanggungnya. Ananda puas mendengar Alena begitu kesakitan dan menderita. Bahkan selama seminggu Alena tidak bisa berjalan dengan benar.     

Setelah melalui penderitaan yang begitu hebat dan darah yang tertumpahkan sekarang Ayahanda dan Ibunda dengan tenang menuduh Alena bukan wanita yang suci. Ini sangat memalukan Ibunda. Ibunda telah terhasut kata - kata dari Ayahanda. Ananda malu menjadi putri Ayahanda dan menantu ibunda Ratu" Kata Putri Rheina menentang semua anggapan Ratu Sabrina.     

"Dia adalah Ayahandamu sendiri" Suara Ratu Sabrina menjadi semakin keras. Putri Rheina semakin keras lagi     

"Hampa tidak perduli dia adalah Ayahanda sendiri jika memang Dia salah dia harus meminta maaf" Kata Putri Rheina dan itu membuat Ratu Sabrina semakin emosi.     

"Kalian semua menentang kami gara - gara wanita luar itu' Kata Ratu Sabrina sambil kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Putri Rheina. Ia semakin geram dan mulai merasa kalau Perdana Menteri Salman benar. Alena benar - benar seperti racun yang tersebar ke seluruh kerajaan.     

Ratu Sabrina berjalan tergesa - gesa keluar dari istana Nizam. Latifa dan para pengawalnya berlari mengejarnya. Bahkan Ratu Sabrina lupa menaiki tandunya. Jarak dari istana Nizam ke istananya cukup jauh.     

'Latifa.. mereka benar - benar sudah dikuasai oleh wanita itu. Benar kata perdana menteri Salman. Alena harus disingkirkan sampai ke dalam akarnya" Kata Ratu Sabrina sambil terus berjalan dengan langkah tergesa - gesa.     

Ratu Sabrina bahkan mengabaikan hormat yang diberikan oleh penjaga dan pelayan yang berpapasan dengannya. Ia ingin segera bertemu dengan perdana menteri Salman. Dan kebetulan Perdana Menteri Salman baru selesai memeriksa surat - surat yang masuk dan Ia sedang menunggu Ratu Sabrina. Begitu dilihatnya Ratu Sabrina datang. Perdana Mentri Salman langsung berdiri dan memberikan hormatnya.     

"Assalamualaikum Yang Mulia" Katanya dengan sopan. Ratu Sabrina menjawabnya perlahan. Mukanya masih tampak kusut dan merah karena masih marah terhadap Nizam dan Putri Rheina     

"Ada apakah ? Kalau boleh hamba tahu?" Kata Perdana mentri Salman sambil tetap menundukkan mukanya tidak berani bertindak kurang ajar karena banyak orang yang memperhatikan mereka walaupun hanya diam - diam.     

Ratu Sabrina tidak menjawabnya tetapi Ia malah menyuruhnya masuk ke dalam istananya. perdana Menteri Salman menganggukkan kepalanya dan membiarkan Ratu Sabrina masuk ke dalam terlebih dahulu diikuti Latifa dan para pelayan. Perdana Mentri Salman hanya berdiri dengan tangan di depan tubuhnya dan wajah menunduk.      

Setelah semua orang masuk barulah Ia masuk sambil hati - hati karena sangat tidak pantas seorang perdana menteri masuk ke dalam istana Sang Ratu. Untungnya tidak ada orang yang berada diluar kekuasaannya sehingga Perdana menteri dapat memastikan kalau semua aman - aman saja.     

Ratu Sabrina kemudian duduk di ruangan tengah dan meminta hidangan buah - buahan yang manis untuk mereka santap. Ratu Sabrina kemudian melambaikan tangannya meminta semua pelayan keluar termasuk dengan latifa sehingga mereka tidak dapat mendengar pembicaraan mereka. Begitu mereka keluar maka Ratu Sabrina langsung menghambur ke pelukan Perdana Menteri Salman membuat Perdana Mentri Salman sangat kaget.     

"Apakah yang kau lakukan Sabrina? Kau tidak takut ketahuan?" Kata Perdana Mentri Salman sambil mengangkat Ratu Sabrina dari pelukannya.     

"Aku tidak perduli. Aku sedang kesal. Kau tahu kalau anakmu sendiri sekarang sudah mulai menentang juga seperti Nizam. Bagaimana ini bisa terjadi ? Semua orang sudah mulai membangkang pada kita gara - gara wanita itu.     

kau memang benar Kakak. Wanita itu harus kita singkirkan sebelum semua terlambat."     

"Baguslah kalau kau sudah mengerti. Hanya saja tidak semudah itu untuk menyingkirkannya karena wanita itu semakin lama semakin memiliki banyak pendukung. Jika kita menentangnya maka akan banyak orang yang terpengaruh olehnya. " Kata Perdana Salman kepada Ratu Sabrina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.