CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Harus Membunuhnya



Aku Harus Membunuhnya

0Walaupun Ia sangat mencintai Perdana Menteri Salman tapi bagaimana mungkin Ia akan ditelanjang di depan pria yang bukan suaminya. Ini sangat memalukan. Air mata Ratu Sabrina sekarang benar - benar meleleh karena malu. Hingga membuat Raja Walid tersadar kalau istrinya ternyata sangat serius menolak untuk bercinta di sofa. Hingga kemudian Ia lalu bangkit dari atas tubuh istrinya lalu kembali menggendong istrinya.     
0

"Lepaskan Hamba, Yang Mulia Baginda. Biarkan Hamba berjalan sendiri. Yang Mulia masih belum sehat" Kata Ratu Sabrina sambil berusaha turun.     

"Kau jangan terlalu meremehkan Aku. Aku memang sering menggunakan kursi roda tetapi kali ini Aku sangat kuat dan bersemangat. Ini karena Aku sangat merindukanmu. Ayolah kita ke kamar. Tapi berikan Aku pelayanan yang terbaik" Kata Raja Walid sambil tersenyum genit. Ratu Sabrina kembali melengos dan kini Ia tidak berkata apapun lagi. Terserah apa yang diinginkan suaminya asalkan mereka tidak melakukannya di depan perdana menteri Salman.     

Diam - diam perdana menteri Salman menghela nafas lega. Ia tidak bisa membayangkan kalau harus menyaksikan kekasihnya bercinta di depan matanya. Bisa - bisa Ia lepas kendali dan membunuh Raja Walid dengan kedua tangannya langsung saking cemburunya.     

Melihat Raja Walid menciumi Ratu Sabrina saja Ia sudah sangat kesal dan cemburu. Mengapa hari ini Ia sangat sial sekali. Ia menerima berita buruk tentang anaknya yang memihak Alena dan menyaksikan kekasihnya bercumbu dengan suaminya sendiri. Walaupun itu tidak salah tetapi tetap saja Ia tidak bisa terima.     

Bertahun - tahun Ia memendam perasaan benci kepada Raja Walid. Seandainya saja Ratu Sabrina tidak menghalangi mungkin orang yang pertama Ia bunuh di dunia ini adalah Raja Walid.  Bagaimana mungkin Ia tidak membencinya. Walid mengambil kekasihnya yang sangat Ia cintai. Mengapa harus Sabrina kekasihnya. Bukankah banyak wanita lain yang bersedia menjadi istrinya.      

Padahal Baginda Raja Walid tidak sepenuhnya bersalah karena Ratu Sabrinanya juga tidak menolak. Seandainya menolak Ia mungkin tidak akan memaksa. Mana Ia tahu kalau Ratu Sabrina sudah memiliki kekasih.     

Perdana Mentri turun dari langit - langit ruangan. Tubuhnya menggigil karena marah. Ia melihat pintu kamar Ratu Sabrina tertutup dan Perdana Mentri Salman sudah sangat yakin apa yang mereka sedang lakukan di dalam. Kekasihnya sedang bercinta dengan suaminya. Ini sangat menyakitkan hatinya. Mata Perdana Mentri Salman kemudian berkaca - kaca.     

Perdana Menteri Salman sangat ingin segera pergi meninggalkan ruangan ini tetapi entah mengapa, kakinya malah melangkah ke depan pintu kamar. Tidak ada siapapun di ruangan itu karena tadi Raja Walid sudah menyurus semua pelayan dan pengawal pergi meninggalkan ruangan.     

Ketika Ratu Sabrina bermalam pengantin dengan Raja Walid. Perdana Menteri Salman menghabiskan malamnya dengan meminum minuman keras. Walaupun tahu itu haram tetapi Ia tidak tahan untuk menahan rasa sakit sehingga Ia memerlukan sesuatu untuk menghilangkan rasa sakitnya. Bahkan Ia tidak terbiasa minum sehingga selesai minum Ia malah muntah darah.     

Perdana Menteri Salman harus di rawat seminggu untuk menyembuhkan luka akibat organ dalam terbakar minuman keras. Luka fisik cepat pulihnya tetapi luka di hatinya sangat sulit untuk sembuh. Sampai sekarang luka itu masih terasa sakit. Dan Ia sekarang malah akan menambah luka itu dengan mendekati kamar tempat mereka bercinta.     

Kamar itu tidak kedap suara sehingga memungkinkan suara kegiatan orang yang ada didalamnya terdengar keluar. Perbuatan tidak sopan Perdana Menteri Salman di dorong karena rasa cemburu yang meluap - luap. Sehingga Ia malah menajamkan pendengarannya. Dan suara yang pertama kali didengarnya tentu saja suara wanita yang sangat Ia cintai. Suara Sabrina yang sedang merintih karena tekanan intens dari Raja Walid suaminya.     

Ratu Sabrina sebenarnya tidak ingin bersuara tetapi entah mengapa suaminya sangat keterlaluan kali ini. Entah kekuatan apa yang meraksukinya sehingga membuat Ratu Sabrina jadi tidak terkendali. Suara Ratu Sabrina meracau kemana - mana membuat darah perdana Menteri Salman mendidih bagaikan cairan lava di dalam kawah.     

Muka pucat berubah jadi hitam. Tangan Perdana Mentri Salman terkepal di depan pintu dan Ia mencoba menahan diri agar tidak memukulkan tinjunya ke pintu itu. Badannya menggigil walaupun hatinya sangat panas. Dan Ia lalu berkata perlahan,     

"Aku akan membunuhmu.. Aku bersumpah akan membunuhmu" Kata Perdana Mentri Salman sambil kemudian berjalan menjauhi kamar Terkutuk itu. Ia kembali melayang ke atas dan bersembunyi di celah langit - langit. Ia tidak bisa keluar sebelum Raja Walid meniggalkan ruangan itu karena akses keluar dari kamar hanyalah melalui ruangan ini. Jadi Perdana menteri Salman haruslah bersabar sampai sepasang suami istri itu menyelesaikan kegiatannya.     

Sementara itu di dalam, udara begitu panas. Keringat mengalir dari tubuh keduanya. Raja Walid seperti sedang menumpahkan kerinduannya. Dan  entah kekuatan apa yang sedang berada di tubuhnya sehingga membuat Ratu Sabrina kemudian menyerah dan terkapar kelelahan.     

"Yang Mulia.. ini sudah cukup. Hamba sudah sangat letih" Kata Ratu Sabrina sambil mengatur nafasnya yang hampir putus. Tubuh moleknya terbaring terlentang dan sangat indah terawat. Raja Walid malah tertawa sambil ikut berbaring disisi istrinya.     

"Makanya kau harus sering - sering melayaniku sehingga Kau bisa terlatih"     

"Aku ini sudah tua. Mengapa Yang Mulia tidak mendatangi selir yang masih muda - muda itu?" Kata Ratu Sabrina sambil cemberut.     

"Aku saat ini hanya sedang menginginkanmu. Aku merindukanmu. Mengapa Kau tidak datang - datang. Apakah ada urusan kerajaan yang begitu penting ? Apakah tidak bisa ditangani oleh Perdana Menteri Salman seorang diri? Mengapa Ia harus mengadalkan kau terus menerus' Kata Raja Walid sambil mengusap keringat istrinya yang mengalir dari kening ke pelipis.     

"Ada banyak masalah kerajaan yang belum tuntas. Ada banyak  bencana yang harus ditangani dan itu memerlukan banyak pemikiran hamba dan perdana menteri Salman."     

"Mengapa kau tidak melibatkan NIzam untuk mengurusi semua urusan kerajaan?" Kata Raja Walid sambil mengerutkan keningnya. Anaknya itu sudah sangat layak terlibat dalam urusan kerajaan.     

"Dia masih sibuk dengan masalah harem dan istri - istrinya" Kata Ratu Sabrina sambil melengos kesal kalau mengingat bagaimana Nizam selalu menentangnya.      

"Mengapa bukan kau yang menangani harem atau istri pertamanya atau ibu dari anak - anaknya" Kata Raja Walid kepada istrinya.     

"Itulah Yang Mulia. Harem masih belum memiliki pemimpin yang mampu mengusasai dan memimpin harem. Hamba ini sudah tua dan waktunya untuk beristirahat tetapi sampai sekarang Aku masih belum melihat seseorang yang pantas untuk memimpin harem.     

Untuk itulah Yang Mulia, Hamba mohon izin untuk mengadakan ujian untuk memilih pemimpin dalam harem" Kata Ratu Sabrina.     

Mata Raja Walid melebar ini adalah metode baru yang akan diselengarakan di dalam harem. Biasanya pemimpin harem suka ditunjuk langsung oleh Ratu tapi sekarang akan diujiankan. Ini sangat baik karena akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Harem dan kerajaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.