CINTA SEORANG PANGERAN

Tamparan Untuk Ratu Sabrina



Tamparan Untuk Ratu Sabrina

0Langkah Raja Walid dan Amar tentu saja berbeda. Jarak yang cukup jauh dan kondisi tubuh Raja Walid tidak terlalu sehat Ia bahkan tidak menggunakan tandu atau kursi roda jadi dia bergerak dengan menggunakan tenaganya sendiri. Asistennya berulangkali mengingatkan agar Raja Walid menahan diri tetapi Raja Walid tidak menggubrisnya.     
0

Amar melihat Raja Walid berbelok dan Ia mengikutinya dengan hati - hati. Walaupun para prajurit yang mengikuti Raja Walid adalah prajurit terpilih tetapi mereka anak buah Amar jadi tentu saja kemahiran komandan besar mereka tidak akan bisa mereka kalahkan. Kemahiran Amar dalam bergerak cepat tidak terlihat oleh mereka sehingga sebelum Raja Walid sampai. Amar sudah berada di dalam istana dan Ia terkejut melihat Perdana Menteri Salman yang sedang memeluk Ratu Sabrina. Ia sangat kaget dan hampir saja semaput pingsan.     

Ini adalah pertama kalinya dia menyusup ke kediaman Ratu Sabrina. Bagaimana bisa seorang perdana menteri ada di ruangan dalam Ratu. Kalau di ruangan depan atau di aula pertemuan bersama para pejabat lain masih memungkinkan mengingat Ratu Sabrina adalah orang yang turut memerintah kerajaan sebagai wakil dari suaminya.     

Amar menyembunyikan tubuhnya di balik lemari besar yang ada diluar ruangan itu. Ia menajamkan telinganya dan mendengar perkataan Perdana Mentri Salman.     

"Aku harus segera keluar. Suamimu sedang menuju kemari. Aku tadi meminta anak buahku untuk memata - matai di luar " Kata Perdana Menteri Salman sambil bergerak.     

"Ta..tapi mau apa lagi Yang Mulia kemari. Aku takut" Kata Ratu Sabrina panik tetapi Perdana Menteri Salman berkata lagi.     

"Aku tidak tahu tapi kemungkinan ini tentang pencambukan Pangeran Nizam olehmu." Kata Perdana Menteri Salman sambil segera menyelinap keluar dan kemudian berjalan menuju taman belakang dan menghilang di balik pohon.     

Ratu Sabrina tampak sangat panik mendengar perdana menteri salman tetapi Ia tidak berdaya untuk menahannya karena kalau ketahuan tambah berakibat fatal bagi mereka.     

Dan ketika suaminya sudah sampai Ia segera merapihkan pakaianya dan mencoba tersenyum untuk mengusir kepanikan.     

Raja Walid tampak melangkah menghampirinya dengan  langkah cepat. Ratu Sabrina segera menyongsongnya dan membungkuk memberikan hormat tetapi Ia terkejut ketika Raja Walid mengangkat mukanya dan kemudian, "PLAK !! Suara tamparan terdengar menggema ke segenap ruangan. Amar yang dapat melihat adegan itu dengan jelas sampai lemas dan gemetaran.      

Ini kelihatanya pertama kalinya Raja Walid menampar istrinya. Muka Ratu Sabrina sampai berpaling ke kiri saking kerasnya tamparan itu. Pekikan suara Ratu Sabrina membuat orang - orang tampak terdiam dan terhenyak.     

"Yang... Mulia " Ratu Sabrina memegang pipinya yang putih itu sekarang memerah dan terasa sangat panas serta menyakitkan. Raja Walid tidak berkata tetapi Ia menatap wajah istrinya dengan sangat tajam.      

Tangannya bergerak lagi dan "PLAK !! " Suara tamparan itu kembali terdengar membuat Ratu Sabrina menjerit dan Ia lalu menjatuhkan tubuhnya berlutut di depan suaminya dan memeluk kaki suaminya sambil menangis meratap.     

"Cukup Yang Mulia, Hamba mohon jangan diteruskan. Ini terlalu menyakitkan" Kata Ratu Sabrina sambil menangis.     

"Atas dasar apa kau berani mencambuk anakku tanpa berdiskusi denganku ? Apa yang sudah Ia lakukan hingga kau tega mencambuknya. Dia adalah anak yang baik. Kalau Ratu Aura mencambuk Husen. Aku masih maklum karena anak itu memang bengal tapi kalau kau mencambuk Nizam maka Aku tidak terima.     

Dia anak yang baik dan tidak pernah bertindak diluar batasan. Cambukan bagi putra Mahkota adalah penghinaan terhadap Aku. Ayahnya. Kalau kau mencambuknya maka sama saja dengan mencambukku. Luka itu begitu parah, kau bisa membunuhnya. tega sekali kau. Apakah kau ibu kandungnya atau musuhnya ?" Kata Raja Walid sambil memegang bahu Ratu Sabrina dan mendorongnya.     

"Ampuni Hamba Yang Mulia, Hamba hanya menegakkan aturan" Kata Ratu Sabrina sambil terisak - isak.     

"Aturan ? Aturan Apa ? Apakah kau tidak bisa mendisiplikannya dengan cara lain ? Atau kalaupun kau mencambuknya mengapa harus dengan cambuk kulit seperti itu. Kau seperti sedang mencambuk penzina saja. Apakah anakmu itu sudah berzina ? atau mencuri sesuatu? Kalaupun benar dia melakukan kesalahan itu seharusnya kau berbicara dulu dengan ku baru kau melakukannya.     

Aku ini suamimu. Raja dikerajaan ini. Dan Ayah dari orang yang kau cambuk. Apakah Aku ini sudah tidak ada harganya lagi dimatamu. Kau sungguh keterlaluan." Raja Walid tampak sangat murka. Tangannya terkepal dan Ia bersusah payah agar tidak memukul Ratu Sabrina lagi.     

kalau saja Ia tidak sadar bahwa yang didepannya ini adalah istrinya yang sangat ia cintai, Ibu bagi putra kesayangannya dan seorang ratu kerajaan yang harus dijaga kehormatannya maka Ia sudah menendang Ratu Sabrina dan menghajarnya habis - habisan atau mencambuknya seperti yang Ia lakukan kepada Nizam.     

Raja Walid merasa dadanya jadi sesak. Ia segera berjalan menuju sofa dan kemudian duduk dengan wajah kusut. Asistennya segera menyodorkan segelas air putih untuk menenangkan Raja Walid. Raja Walid segera meminumnya dan kemudian Ia beristighfar agar hatinya menjadi tenang.     

Ratu Sabrina masih berlutut sambil menangis. Ia merasa harga dirinya hilang sudah dihadapan suaminya sendiri. Hari ini Ia sudah dua kali terkena amarah suaminya dan kali ini adalah yang terparah. Seumur hidupnya suaminya begitu menyayanginya dan tidak pernah membentaknya apalagi menamparnya tetapi hari ini Ia kena tampar dua kali dan itu karena Ia mencambuk Nizam.     

"Mengapa Kau sampai tega mencambuknya ?" Kata Raja Walid sambil duduk menyender.     

"Apakah Nizam mengadu kepadamu?" Kata Ratu Sabrina sambil menunduk. Mendengar kata - kata Ratu Sabrina, amarah Raja Walid kembali meluap. Ia mengambil gelas dan melemparkannya ke hadapan Ratu Sabrina walaupun tidak kena karena memang sengaja melemparnya tidak tepat ke tubuh Ratu Sabrina tetapi tak urung suara pecahannya membuat Ratu Sabrina tampak menjerit histeris saking takutnya.     

"Mengadu katamu ? Mengadu ? Ia begitu menyayangimu. Ia mencintaimu dan Ia selalu melindungimu. Kalau bukan karena Aku memeluknya dan tidak sengaja menyentuh lukanya maka sampai matipun Ia tidak akan mengatakan apapun.     

Bahkan setelah ketahuanpun Ia masih mengatakan bahwa lukanya karena latihan. Bagaimana kau bisa menuduhnya Ia mengadu kepadaku? Kalau Ia mau mengadu mengapa baru sekarang. Mengapa tidak pada saat Ia akan dicambuk saja mengadu kepadaku karena kalau Ia melakukan itu. Aku bersumpah maka Aku akan mencegahnya. Karena Aku yakin kalau Ia tidak akan melakukan perbuatan yang akan membuatnya sampai harus dicambuk" Kata Raja Walid sambil menunjuk muka Ratu Sabrina.     

"Ampuni hamba Yang Mulia. Hamba memang bersalah. Hamba menyesal" Kata Ratu Sabrina semakin merasa bersalah. Ia sesungguhnya sangat menyayangi Nizam dan Ia dari kemarin sudah menyesal telah mencambuk Nizam dan sekarang Ia semakin merasa menyesal.     

"Mengapa Kau begitu jahat terhadap anakmu sendiri padahal Dia begitu menyangimu. Ia bahkan berkata kalau Aku tidak boleh melakukan apapun kepadamu. Tapi Aku harus memberikan pelajaran kepadamu. Agar kau tahu bahwa sampai kapanpun Kau tidak boleh menyakiti anakku."     

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk memasukan cerita Cinta  seorang Pangeran dalam bahasa Inggris di global ke dalam library Anda semua. Cukup search, A Prince's Love dan masukan ke dalam library atau pustaka. Oh ya jangan yang ada tulisan deletenya ya. Jangan lupa untuk meninggalkan komen dan memberikan PS. Dukungan Anda sangat berarti buat Author agar karyanya dapat diterima di negara lain.     

Terima kasih      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.