CINTA SEORANG PANGERAN

Shock-nya Amar



Shock-nya Amar

0Suara Raja Walid terdengar begitu sedih, matanya berkabut dengan wajah begitu sendu. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk melampiaskan emosinya. Dimatanya masih terbayang luka Nizam yang tampak masih basah di beberapa tempat. Kulit punggung anakknya yang asalnya halus kini akan berbekas parut yang tidak akan hilang seumur hidupnya.     
0

Raja Walid menggelengkan kepalanya, Ia benar - benar tidak habis pikir kalau Ratu Sabrina sampai mencambuknya begitu parah. Nizam tidak mungkin sampai terluka seperti itu. Dan Raja Walid langsung tahu kalau Ratu sabrina meminta Darbah untuk mencambuknya. Pelayan Ratu Sabrina itu memang digunakan hanya untuk mencambuk para penghuni istana yang terlibat kasus sangat parah. Kini dengan teganya digunakan untuk mencambuk anaknya sendiri.     

Dicambuk Darbah itu taruhannya adalah nyawa, jarang ada yang selamat melewati cambukan itu. Dicambuk Darbah sama saja memberikan hukuman mati. Bagaimana mungkin Ratu Sabrina bisa bertindak seperti itu terhadap anaknya sendiri. Untuk sesaat rasa cintanya menjadi luntur kepada Ratu Sabrina.     

"Yang Mulia, Hamba mohon ampun. Ampunilah hamba. Hamba berjanji tidak akan melakukannya lagi" Kata Ratu Sabrina sambil menangis terisak - isak. Hatinya menjadi sakit melihat mata suaminya yang berkabut. Selama ini suaminya begitu lembut kepadanya. Dan tatapan matanya selalu  penuh cinta. Bagaimana bisa sekarang mata itu begitu dingin.     

Raja Walid menggelengkan kepalanya dengan sedih, "Anak panah yang sudah terlepas dan melukai orang tidak mungkin bisa ditarik lagi. Jangan pernah temui Aku sampai Aku bisa melupakan kejadian ini. Dan jangan lagi mengatur apa yang harus kulakukan.      

Kejadian saat ini membuktikan bahwa pengorbanan yang aku lakukan selama ini telah kau sia - siakan. Aku hanya meminta kau mengasihani anakku tetapi kau malah mencambuknya seperti mencambuk binatang." Kata Raja Walid sambil pergi meninggalkan Ratu Sabrina.     

Ratu Sabrina berteriak histeris dan tidak terima. "Yang Mulia.. Hamba tidak terima.. Hamba minta ampun Yang Mulia.. Jangan lakukan ini kepada hamba. " Kata Ratu Sabrina sambil kemudian duduk dan di bawah dan menangis dengan menutup mukanya oleh kedua tangannya. Bahu Ratu Sabrina naik turun menahan isak tangisnya.     

"Yang Mulia pikir hanya Yang Mulia yang berkorban. Aku mengorbankan segalanya untuk Yang Mulia dan Anak kita. Aku menahan sakit setiap kali kau sentuh. Aku menahan diri untuk tidak menyentuh orang yang kucintai. Aku mengorbankan semua kebahagianku untuk Anak kita.     

Aku hanya berniat untuk mengajarinya dan bukan untuk membunuhnya tetapi kau menganggap Aku seperti akan membunuhnya. Ini terlalu menyakitkan. Aku hanya tidak ingin Ia terlalu tunduk kepada wanita seperti kau tunduk kepadaku.     

Aku tidak ingin dia bernasib sama denganmu yang dikendalikan oleh seorang wanita seperti Aku mengendalikanmu. Aku tidak ingin dia mendapatkan wanita yang tidak layak untuknya. Aku tidak ingin mengulang nasibmu terhadap dirinya.     

Apa Aku salah telah melakukan semua ini? Apa Aku salah hanya memberikannya pelajaran. Apakah Yang Mulia tahu mengapa Aku menyuruh Darbah untuk mencambuknya ? Karena hanya dia yang dapat menyakiti Nizam. Cambukan rotan tidak akan berbekas baginya.  Bahkan rotan akan patah kalau mencambuknya.     

Aku adalah ibunya dan Aku tahu persis seberapa kekuatannya. Aku percaya dia tidak akan mati hanya karena dicambuk Darbah. Ia hanya akan kesakitan saja dan terluka parah tetapi tidak akan mati. Aku tidak gila yang Mulia. Aku mohon kembalilah" Kata Ratu Sabrina sambil menutupi wajahnya.     

Ratu Sabrina terus meratap tanpa Ia sadari kalau Amar ada di ruangan itu dan sedang mendengarkan apapun yang Ia ucapkan. Muka Amar sungguh sudah tidak ketahuan berwarna apa saking tidak karuan hatinya.     

Amar tidak tahan mendengarkan ratapan Ratu Sabrina. Ia tidak tahan bukan menahan sedih. Ia tidak tahan karena sangat terkejut, cemas dan Ia merasa bahwa ini adalah hal yang paling mengerikan yang Ia pernah dengar selama Ia berada di istana ini. Amar melarikan diri melalui atap - atap yang memang Ia ketahui.     

Sebagai kepala komandan seluruh penjagaan Istana Ia mempelajari semua jalan yang memungkinkan dia bisa menembus ke semua tempat di istana termasuk harem dan penjara jika diperlukan. Tentu saja atas seizin Nizam sebagai atasannya. Karena Ia sudah bersumpah setia kepada Nizam sepanjang Nizam tidak melakukan hal yang bertentangan dengan keyakinannya.     

Amar kemudian meloncat dari atap ke tempat yang dirasa aman kemudian melarikan diri dengan sangat cepat. Ia menerobos masuk ke dalam kantornya Arani tanpa mengetuknya.     

"Brak !! " Pintu langsung terbuka lebar dan memperlihatkan apa yang ada di dalamnya. Arani yang sedang berada di dalamnya dan sedang berada di pangkuan suaminya langsung meloncat kaget. Sesaat matanya hampir keluar melihat Amar yang terpaku menatapnya dengan mata melotot dan mulut ternganga.     

Dan Amar semakin melotot melihat pakaian Arani di bagian depan terbuka sedikit. Arani ini walaupun tidak memakai kerudung tetapi pakaiannya selalu tertutup rapat dari ujung rambut sampai ujung kaki.  Sekarang sebagian dadanya terlihat jelas. Maka gerakan refleks yang dilakukan Amar adalah  Ia langsung menutup pintunya lagi tanpa sempat mengucapkan perkataan apapun. Suara pintu yang ditutup menimbulkan suara cukup keras hingga membuat para penjaga saling berpandangan mata.     

Wajah Amar yang pucat semakin pucat hari ini Ia harus bersyukur jantungnya masih ada ditempatnya. Kekagetan yang bertubi - tubi Ia alami hari ini membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Amar duduk di kursi yang ada di depan kantor Arani. Ia menata deburan jantung dulu.     

Amar tidak mengira ada Jonathan di kantor Arani karena Ia tidak pernah melihat siapapun ada di kantor Arani selain kalau sedang rapat. Ia juga sebenarnya tidak pernah menerobos masuk dengan tidak sopan tetapi kali ini karena Ia kaget terhadap Ratu Sabrina sehingga itu yang membuat Ia lupa dengan etika dan tata krama kesopanan.     

Dan sungguh hari ini sangat sial, karena Ia melihat adegan Arani sedang duduk dipangkuan Jonathan sambil berciuman. Ini hal yang sangat mengerikan memergoki atasannya berciuman seperti itu. Amar memukul kepalanya sendiri. Bagaimana kalau Arani marah dan menghajarnya.      

Amar sudah berbuat dengan tidak sopan dan sampai kapanpun Ia tidak pernah menang melawan Arani. Wanita itu sekuat singa dan hanya  kalau oleh Nizam. Itupun terkadang tidak jelas apakah Arani memang benar - benar kalau oleh Nizam atau hanya pura - pura kalah mengingat kalau Nizam itu adalah orang yang paling dihormati dan disegani oleh Arani.     

Amar mengambil botol minuman yang memang selalu ada di setiap meja. Amar menenggak air putih mineral di botol itu untuk membasahi tenggorokannya yang kering dan nyawanya serasa putus ketika pintu di buka dari dalam. Amar menelan air putih yang sekarang rasanya seperti air panas yang mendidih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.