CINTA SEORANG PANGERAN

Kekerasan Hati Putri Mira



Kekerasan Hati Putri Mira

0"Kau jangan mempercayai Kakak Barry. Sekarang Aku mengerti sekarang, Mengapa Kau begitu yakin kalau Pangeran Nizam akan menikahimu. Kakak Barry sudah melakukan pemahaman yang salah padamu. Mengapa Kakak Barry begitu kejam.     
0

Dia seringkali mengorbankan aku untuk kepentingannya, Aku masih bisa tahan. Nyawaku berulang kali hampir melayang ketika harus melenyapkan musuh - musuhnya. Aku juga dijadikan umpan untuk menjerat para wanita agar dapat memberikan  informasi yang dia inginkan. Aku masih bisa tahan. Aku tidak perduli dengan nyawaku sendiri.     

Tetapi sekarang dia memanfaatkanmu. Dia sedang mencoba memanfaatkanmu, adikku. Tolong Aku, jangan kau ikuti semua perintahnya. Dia tidak akan pernah memperdulikan orang lain. Dia tidak punya hati. Dia hanya perduli pada dirinya sendiri. Dia tidak punya cinta untuk siapapun" Pangeran Abbash semakin gelisah ketika perkiraannya selama ini tentang keterlibatan kakakknya itu semakin terbukti     

"Tidak.. Kakak Barry sangat menyayangiku. Ia kasihan karena Aku hidup menderita di dalam harem. Ia berjanji akan menjadikan Aku menjadi Ratu Azura sepanjang Aku melakukan apapun perintahnya. "     

Pangeran Abbash menutupi mukanya dan sudah ingin menangis meraung - raung ketika sadar Kakaknya itu akan memanfaatkan adik mereka untuk kepentingannya.     

"Adikku, Aku mohon kepadamu. Kembalilah ikut pulang denganku atau Aku akan memaksamu sekarang juga" Kata - kata Pangeran Abbash tampak sangat putus asa. Bayangan kematian adiknya semakin tercium olehnya dan Ia bertekad akan memaksa Putri Mira untuk ikut dengannya.     

Tetapi wajah Putri Mira malah mengeras, apalagi ketika kemudian pelayan sekaligus pengasuhnya itu berlutut di hadapan Putri Mira. Ia dari tadi berdiri di samping putri Mira dan mendengarkan semua pembicaraan kedua kakak beradik itu.     

Dari sejak kedatangannya ke istana Azura, Pelayan Putri Mira selalu membujuknya untuk meninggalkan tempat ini. Istana Azura memang indah tetapi di dalamnya terlalu banyak kegelapan yang menakutkan. Percintaan yang tidak sebaimana mestinya, Persaingan para putri dan intrik para pejabat semuanya membuat Istana Azura bukan tempat yang menyenangkan bagi para pencari kedamaian.     

Putri Mira memundurkan tubuhnya melihat pelayan pribadinya itu lagi - lagi berlutut,     

"Yang Mulia Putri Mira, Kakak Yang Mulia benar. Marilah kita pulang ke Azura. Di sini bukan tempat kita. Yang Mulia masih muda, suci dan cantik. Akan banyak pangeran yang masih berharap untuk mendampingi Yang Mulia. Jangan sia - siakan hidup Yang Mulia" Kata si pelayan itu sambil menyentuhkan keningnya ke lantai.      

"Kalian semua bersekongkol untuk melawanku. Bibi  ! Kau bukannya membela anak asuhku tetap kau malah membela Kakak Abbash. Apa kau tergila - gila juga dengan kakakku itu? " Putri Mira malah berkata hal yang tidak masuk di akal.     

"Kau jangan gila, adikku. Bagaimana mungkin Bibi mencintaiku ? Dia itu pengasuhmu. Kau jangan tidak sopan kepadanya" Kata Pangeran Abbah sambil menyuruh pelayan pribadi putri Mira untuk bangun. Pelayan itu sudah menangis lirih.     

"Bibi, maafkan adikku. Dia sedang tidak menyadari kalau kelakuannya itu salah" Kata Pangeran Abbash dengan lembut.     

"Hamba menangis bukan karena perkataan Putri Mira yang menyakitkan tetapi hamba menangis karena Putri Mira tidak bersedia untuk pulang. Ini sangat tidak benar. Putri Mira harus pulang ke Kerajaan Zamron secepatnya.     

Hamba melihat Pangeran Nizam sudah sangat membenci yang Mulia. Yang Mulia pangeran menahan perlakuannya karena Ia takut melukai perasaan Anda. Tetapi jika Putri Mira terus menerus mengganggunya Hamba takut Yang Mulia Pangeran NIzam tidak bisa menahan lagi" Kata pelayan itu dengan wajah sedih.     

"Adikku, kau dengarkan apa kata Bibi. Kau saat ini seperti sedang menarik - narik kumis harimau yang sedang tertidur. Jika sampai harimau itu bangun maka kau pasti akan di mangsanya" Kata Pangeran Abbash lagi.     

"Bawalah Bibi bersama Kakak. Aku tidak ingin melihatnya lagi" Kata Putri Mira.     

"Jangan usir hamba dari sini Yang Mulia. Izinkan hamba untuk tetap di sisimu" Kata Pelayan itu sambil kembali berlutut, sekarang malah Ia merangkul kaki majikannya itu.     

Putri Mira malah menyetakkan kaki itu dengan kasar,     

"Bibi sudah tidak mencintaiku. Seharusnya Bibi membela dan mendukungku tetap Bibi malah menghalangiku untuk hidup bahagia. Aku tidak terima ini" Kata Putri Mira. Putri Mira lalu berbalik lagi kepada Pangeran Abbash.     

"Kakak,  jangan pernah memaksaku untuk pergi dari sini karena Aku akan benar - benar bunuh diri jika kakak menghalangi maksudku. Aku akan berjuang dengan bantuan Kakak Barry agar bisa menjadi istri yang Mulia Pangeran Nizam. Sekarang pergilah. Apapun perkataan Kakak, Aku tidak mau mendengar"      

"Apa sebenarnya yang dikatakan Kakak Barry hingga kau tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Apakah Kau  diberitahu oleh kakak Barry tentang rencananya ?" Kata Pangeran Abbash. Putri Mira menggelengkan kepalanya,     

"Kakak Barry tidak memberitahukan recananya detailnya kepadaku tetapi dia bilang tunggu saja. Karena waktunya akan tiba dimana Pangeran Nizam akan menikahiku"      

Pangeran Abbash terdiam, Ia lalu terduduk lemas. Kakaknya itu orang yang sangat cerdas walaupun tidak secerdas Nizam. Tetapi dia tidak punya hati sehingga dia lebih leluasa di dalam melaksanakan keinginannya. Pangeran Abbash selama ini hanya mengikuti perintahnya tanpa diberi tahu rencana detailnya seperti apa. Dan dia tidak pernah melakukan kejahatannya dengan tangannya secara langsung. Dia pasti berlindung di sebalik orang lain.     

Pangeran Abbash hanyalah salah satu kaki tangannya. Selain Pangeran Abbash ada banyak orang lain yang menjadi kaki tangan Pangeran Barry. Pangeran Abbash berpikir keras, Ia harus memberitahukan Nizam tentang hal ini. Pangeran Abbash tidak bisa menebak, penekanan apa yang akan dilakukan kakaknya itu untuk menekan Nizam agar bersedia menikahi adiknya. Dan Ia tidak membayangkan bagaimana marahnya Nizam karena akan dinikahkan ke adiknya itu.          

"Pergillah Kakak ! Aku ingin istirahat" Kata Putri Mira.     

"Adikku marilah kita pulang terlebih dahulu, Ibunda sangat merindukanmu. Kau sudah bertahun - tahun tinggal di sini dan belum pernah pulang ke Zamron sekai saja. Pulanglah walau hanya sebentar. Pangeran Abbash terus merayu adiknya.     

"Aku bukan anak kecil yang bisa kau rayu seperti itu. Ibu tidak pernah merindukanku. Ia sering meminta izin untuk berbincang melalui denganku" kepada Ratu Sabrina," Kata Putri Mira membuat Pangeran Abbash mengusap wajahnya lagi.     

"Ingat, Si Julykan ? Harimau betina putih milikmu? Dia sekarang sudah punya anak dua ekor. Dia pasti merindukanmu."    Pangeran Abbash tiba - tiba teringat dengan harimau kesayangan adiknya itu. Mereka tumbuh bersama sejak kecil dan sekarang adiknya itu berpish dengan harimau putihnya.     

"Kau benar - benar tidak waras. Kau tadi bilang ibunda merindukan aku tetapi sekrang kau bilang si July merindukanku. Aah.. sudahlah! Pergillah kesana. Aku tidak ingin melihat Kakak lagi. Jangan lupa bawa Bibi bersamamu. Putri Mira melangkah pergi meninggalkan Pangeran Abbash dengan pengasuhnya. Pengasuhnya yang sudah di usir oleh Putri MIra langsung menangis dengan sedihnya.          


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.