CINTA SEORANG PANGERAN

Aku lebih mempercayai Kakak Barry



Aku lebih mempercayai Kakak Barry

0"Maksud Kakak Abbash,  Kakak kita Pangeran Barry  tidak waras?" Kata Putri Mira tampak tidak puas kepada kakaknya.     
0

"Kau ini perempuan. Apakah kau tidak merasakan bagaimana kalau anakmu sendiri dibunuh orang. Apakah kau pikir kalau orang waras bisa melakukan itu ?" Kata Pangeran Abbash semakin keras. Dan Putri Mira mendadak terdiam, bukan karena Ia takut terhadap kata - kata Kakaknya tetapi Ia lupa kalau Ia sedang berada di dalam harem dan ada kemungkinan Nizam akan mendengar semua perkataannya. Mendadak wajah Putri Mira menjadi pucat.     

Putri Mira kemudian melirik ke arah asistennya dan memberikan isyarat untuk melihat ke luar. Apakah Nizam masih ada di luar. Asistennya segera bergerak dengan cepat, Ia mengintip dari dalam melihat ke arah luar. Ia menghembuskan nafas lega karena melihat Nizam sudah tidak ada ditempat tadi.     

Asisten itu berbalik dan menatap Putri Mira sambil menggelengkan kepalanya memberikan isyarat kalau Nizam tidak ada. Putri Mira memegang dadanya sambil menghembuskan nafas lega.     

"Aku mengerti sekarang mengapa Pangeran Nizam tidak mencintaimu padahal kau sangat cantik" Kata Pangeran abbash sambil menatap adiknya dengan pandangan prihatin. Ia tiba - tiba merasa sangat kasihan kepada adiknya. Putri Mira membalas tatapan mata Pangeran Abbash dengan mata melebar.     

"Apa maksud Kakak?" Katanya tampak tidak suka mendengar perkataan dari Pangeran Abbash.     

"Bagaimana seorang pria bisa mencintai wanita yang banyak menyembunyikan kebohongan kepadanya. Kau bertingkah begitu lembut dan terlihat sangat mencintai Pangeran Nizam tetapi ternyata kau menginginkan penderitaan baginya"     

Muka Putri Mira pucat pasi mendengar perkataan Pangeran Abbash. Ia tahu kalau Pangeran Abbash bermulut tajam tetapi selama ini Kakaknya ini tidak pernah berkata tajam ke arahnya. Pangeran Abbash sangat menyayanginya bahkan lebih menyayanginya dibandingkan dengan Pangeran Barry. Apapun keinginannya selalu dipenuhi oleh Pangeran Abbash. Tetapi sekarang teganya Pangeran  Abbash mengatakan hal yang menyakitkan baginya.     

"Mengapa Kakak mengatakan hal seperti itu?"     

"Kau harus belajar hidup realistis, sekarang sudah zaman modern dan bukan zaman dulu dimana hubungan pernikahan hanya sekedar hubungan diplomatis. Kami para lelaki lebih memilih hidup dengan wanita yang membuat kita lebih nyaman, menyayangi kita setulus hati dan mencintai  kita apa adanya.      

Jika Kau memang mencintai Pangeran Nizam maka seharusnya kau membiarkan Yang Mulia hidup bahagia dan bukannya berdiam diri ketika tahu dia menderita. Si kembar itu anak Pangeran Nizam terlepas dari siapa ibunya. Yang pasti Pangeran Nizam sangat menyayangi mereka. Apakah kau dapat membayangkan bagaimana sedihnya Yang Mulia kalau sampai si kembar meninggal.     

Tetapi kau malah menyalahkan Aku karena menggagalkan rencana pembunuhan ini. Bagaimana kau bisa hidup seperti itu ? Apakah kau sebenarnya mencintai Yang Mulia Pangeran Nizam atau hanya menginginkan tahtanya saja?     

Kalau Kau hanya  menginginkan tahta, pulanglah denganku Ke kerajaan Zamron dan memerintahlah sebagai Ratu Kerajaan Zamron. Aku dari awal tidak  menginginkan tahta ini. Banyak orang menuduhku berbelot mendukung Pangeran Nizam karena Aku ingin merebut tahta dari Kakak Barry tetapi demi Tuhan, itu tidak benar.     

Aku hanya ingin hidup tenang  dan bahagia bersama anak istriku. Dan Aku juga menginginkan kau hidup bahagia. Adikku Putri Mira, tolonglah. Mari kita pulang, tinggalkan tempat ini. Jangan menyiksa dirimu" Kata Pangeran Abbash sambil memegang tangan adiknya.     

Putri Mira malah menepiskan tangan kakaknya dengan muka marah,     

"Aku mencintai Pangeran Nizam dan hanya akan menikahinya. Aku tidak menginginkan dia bahagia bersama wanita dan anak dari wanita lain. Aku akan memberikan dia banyak anak, sebanyak yang dia inginkan.      

Aku juga tidak butuh tahta hasil pemberian karena aku hanya menginginkan tahta sebagai Ratu Azura. Kakak Abbash, pulanglah! Tinggalkan Aku disini. Biarkan Aku bersama mimpiku" Kata Putri Mira.     

Pangeran Abbash menatap adiknya dengan pandangan kosong. Ia begitu menyayangi adiknya dan Ia melihat bayangan gelap pada diri adiknya. Pangeran Abbash sudah memiliki firasat buruk, seandainya adiknya tetap berada disini maka nyawanya akan berada dalam bahaya.     

Tiba - tiba Pangeran Abbash berlutut di kaki adiknya. Ia memegang tangan adiknya dengan erat,     

"Adikku, Kau tahu Aku sangat menyayangimu. Nyawapun akan kau berikan agar bisa menyelamatkanmu. Aku mohon, pulanglah denganku sekarang juga. Tinggalkan tempat ini. Tempat ini membawa pengaruh yang sangat buruk untukmu. Kakak mendapatkan firasat yang sangat buruk tentang tempat ini" Kata Pangeran Abbash dengan muka penuh harapan.      

Tetapi wajah Putri Mira malah semakin mengeras,     

"Kakak Barry benar, Kau akan datang dan membujukku untuk keluar dari dalam harem. Tidak ! Kakak Abbash ! Aku tidak akan tertipu olehmu. Kau memohon seperti ini bukan karena menyayangiku tetapi karena Kau ingin menolong wanita yang kau cintai yaitu Putri Alena. Kau ingin Pangeran Nizam tetap menjadi miliknya.     

Pulanglah Kakak, Biarkan Aku di sini, menunggu nasib baikku. Kakak lihat saja nanti kalau Aku pasti bisa mengatasi keadaan. Aku akan menjadi Ratu kerajaan Azura" Kata Putri Mira sambil tersenyum. Ia mengangkat bahu kakaknya dan memeluknya dengan erat.     

Badan Pangeran Abbash gemetar karena tidak dapat menahan emosinya,     

"Adikku, Aku mohon sekali lagi, pulanglah denganku. Kau akan mati sia  - sia didalam harem."     

"Aku tidak akan mati"     

"Tetapi Pangeran Nizam tidak mencintaimu"     

"Cinta itu akan tumbuh kemudian, Kebersamaan kami kelak akan menuntun Pangeran Nizam ke dalam pelukan cintaku"     

"Tetapi bagaimana kebersamaan itu akan muncul kalau Pangeran Nizam tidak akan menikahimu."     

"Yang Mulia akan menikahiku" Putri Mira tampak sangat optimis.     

"Tetapi bagaimana bisa? Kau sudah berkali - kali melakukan berbagai taktik untuk mendapatkan Pangeran Nizam tetapi kau selalu kalah. kau sudah berpura - pura gila dan berpura - pura membunuh dirimu sendiri. Tetapi semua itu tidak menghasilkan apapun selain rasa sakit pada jiwa dan ragamu" Kata Pangeran Abbash sambil tetap mencoba membujuk adiknya walaupun kini sudah mulai putus asa.     

"Aku akan terus berusaha sampai Yang Mulia Pangeran Nizam menyerah dan akan menikahiku"      

Pangeran Abbash mengepalkan tangannya dengan erat. Ia sangat gelisah menghadapi adiknya yang begitu keras kepala.     

"Adikku, apa yang membuatmu begitu yakin kalau Pangeran Nizam akan menikahimu karena setahuku Dia sangat mencintai Putri Alena"     

"Aku bilang kalau cinta kami membutuhkan waktu untuk bersama. Kebersamaan fisik akan datang terlebih dahulu sebelum kebersamaan hati kami. Manusia itu bukan Tuhan yang tidak bisa berubah. Karang dilautan saja akan goyah karena deburan ombak.     

Permukaan batu akan berlubang karena tetesan air yang terus menerus, Jadi mengapa berubahnya hati Yang  Mulia Nizam menjadi hal yang mustahil? Karena Yang Mulia pangeran Nizam hanyalah manusia biasa."     

"Adikku Aku sungguh berharap kalau harapanmu itu menjadi kenyataan kalau saja Aku tidak mendapatkan firasat buruk tentangmu. Aku melihat aura kematian mengelilingimu kalau kau tetap berada di dalam harem ini."     

"Tidak Kakak ! Aku tidak percaya kepadamu karena Aku lebih mempercayai Kakak Barry" Kata Putri Mira tersenyum manis tetapi hati Pangeran Abbash langsung menjadi hitam karena amarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.