CINTA SEORANG PANGERAN

Kesalahan Amar



Kesalahan Amar

0Amar adalah laki - laki normal dan sangat normal jadi Ia sulit menahan pandangan matanya dari Putri Rheina. Walaupun Ia sudah berusaha untuk menjaga matanya tetapi Ia tetap tidak bisa mengendalikan reaksi tubuhnya. Ia memanjangkan lehernya untuk mencuri pandang ke arah wajah Putri Rheina. Dan Ia langsung bersumpah kalau kecantikan wanita ini hanya bisa diimbangi oleh ketampanan Pangeran Abbash.     
0

Walaupun Amar tampak kurang ajar tetap ini murni  karena nalurinya sebagai laki - laki dan bukan perasaan cintanya. Perasaan cintanya sudah habis terbawa Zarina dan mungkin Ia masih perlu waktu untuk menumbuhkannya kepada wanita lain.      

Bertahun - tahun Ia hanya pernah mendengar kecantikan Putri Rheina dan baru kali ini Ia melihatnya dengan jelas. Wajah putri itu tidak bercadar dan rambutnya yang merah itu membuat hati setiap lelaki menjadi bergetar. Putri Rheina sungguh seperti berasal dari planet lain yang tersesat dipermukaan bumi. Jika ada yang memakaikannya sayap maka Ia akan seperti peri dari negeri dongeng.     

Arani tahu kalau Amar dari tadi mencuri - curi pandang terus sehingga kemudian Ia berbisik kepada Putri Rheina.     

"Sebaiknya Yang Mulia mengenakan cadar dan jangan membukanya kalau ada laki - laki di sekitar Yang Mulia" Kata Arani.     

Putri Rheina malah menengadah dan menatap ke arah wajah Arani. "Tetapi mengapa? Ada apa ? "     

"Wajah Yang Mulia terlalu cantik untuk dilihat oleh sembarang pria" Kata Arani.     

"Mana pria ? Di sini hanya ada pengawal dan Amar." Kata Putri Rhiena malah menoleh ke kiri dan ke kanan mencari pria yang dimaksud oleh Arani. Arani menghela nafasnya.     

"Amar itu pria Yang Mulia. Para pengawal mungkin tidak akan berani mengangkat mukanya tetapi Amar adalah jendral besar dan Ia tidak akan setunduk para pengawal lainnya" Kata Arani sambil tersenyum.     

Muka Putri Rheina langsung memerah. Ia segera menaikkan kerudungnya dan menutupi wajahnya. Ia lupa kalau Ia sedang berada di istana Nizam dan bukan di dalam harem.     

"Mungkin sebaiknya Aku segera kembali ke dalam harem" Kata Putri Rheina sambil bergegas membereskan bunga - bunga yang baru Ia petik.     

"Itu ide yang sangat baik" Kata Arani sambil mempersilahkan Putri Rheina untuk masuk ke dalam istana. Putri Rhiena melangkah dengan anggun. Wibawanya sebagai seorang putri memancar ketika Ia berjalan apalagi sekarang hatinya sedang tenang sehingga sikap buruknya tidak terlihat lagi pada diri Putri Rheina.     

Dan itu malah menambah kecantikan Putri Rheina. Amar memalingkan mukanya ketika melihat Putri Rhiena  berjalan di ikuti oleh Arani. Dan Ia kemudian berjalan mengikutinya dari kejauhan. Ketika Putri Rheina menghilang dari balik pintu ruangannya. Arani segera menghentikan langkahnya dan membiarkan Amar mendekatinya.     

Begitu Amar mendekat mangga Arani langsung menendang Amar sampai terlempar menghantam pohon palem yang ada di taman depan. Tubuh Amar mencelat dan terjatuh ke bawah sambil memuntahkan darah.     

Amar terbatuk - batuk tapi Ia tidak berani mengatakan sepatah katapun. Ia tahu kalau Ia telah berbuat salah sehingga kalaupun Ia dihajar Arani, Ia masih bisa terima.     

"Kau tahu kalau Dia sudah menjadi adik Yang Mulia. Yang Mulia Pangeran Nizam sangat menyayangi putri Rheina. Jadi kalau kau kurang ajar kepadanya itu sama saja Kau bertindak kurang ajar terhadap Yang Mulia Pangeran Nizam. Jadi Aku harap tahan pandanganmu" Kata Arani sambil melangkah pergi menuju ke ruangan Nizam.     

Amar hanya mengusap dadanya yang membiru karena tendangan Arani. Ia segera mengatur jalan darahnya agar luka dalamnya segera sembuh. Setelah sedikit lancar dan darah yang membeku sudah kembali mengalir maka Amar segera berjalan mengikuti Arani. Ia sama sekali tidak marah terhadap Arani sebaliknya Amar berterima kasih karena di ingatkan oleh Arani.     

Sesampainya di depan ruangan Nizam para pengawal segara mempersilahkan mereka untuk masuk karena Alena baru saja keluar dan pergi ke ruangan bayi untuk menyusui mereka.      

Nizam sedang duduk di kursinya sambil menikmati kudapan. Ia tampak semakin tampan dengan rambut yang tampak masih basah bahkan pipinya masih terlihat lembab dan memerah. Arani tahu persis aura yang ditampilkan majikannya adalah selalu seperti itu saat setelah bersama Alena.        

Matanya tampak tenang memperhatikan kedua anak buahnya datang, Nizam bahkan menyuruh pelayang segera menghidangkan teh jahe untuk Arani dan Amar.     

"Aku menunggu kalian dari kemarin tetapi tidak ada satupun dari kalian yang muncul. Aku pikir kalian sudah pergi meninggalkan Aku" Kata Nizam sambil tersenyum.              

"Yang Mulia ternyata masih suka bercanda walaupun dalam situasi yang tidak menyenangkan " Kata Arani sambil duduk dan meminum tehnya.     

"Tidak menyenangkan maksudmu? Tahu darimana kalau ini suasana tidak menyenangkan" Kata Nizam kepada Arani.     

"Yang Mulia menyuruh Amar pergi ke istana yang Mulia Ratu Sabrina. Apakah itu bukan sesuatu yang luar biasa?" Kata Arani.     

Wajah Nizam langsung berubah menjadi dingin dan datar. Ia kemudian berkata kepada Amar,     

"Ceritakan kepadaku ! Apakah Yang telah dilakukan Ayahandaku terhadap ibundaku" Kata Nizam dengan dingin.     

Amar menganggukan kepalanya dan berkata, "Hamba harap Yang Mulia bisa menahan emosi dan tidak memukul hamba" Kata Amar sambil melirik ke arah Arani. Tetapi Arani hanya duduk dengan badan tegak sempuna. Ia sungguh jendral sejati.          

"Mengapa Aku harus memukulmu?"     

"Karena Hamba khawatir kalau Hamba melakukan kesalahan dan kemudian Yang Mulia menendang atau memukulku " Kata Amar tampak menyindir Arani. Tapi yang disindirnya malah menampakan wajah tanpa ekspresi. Arani malah meminum tehnya dengan gaya yang sangat terhormat. Nizam mengikuti pandangan Amar yang melirik ke arah Arani sehingga Nizam kemudian menebak apa yang terjadi.     

"Kalau semua kesalahan bisa selesai dengan pukulan maka penjara akan kosong dan kuburan akan penuh. Aku hanya sedang bertanya kepadamu Amar. Kau cukup menceritakan apa yang terjadi dengan Ibundaku. Dan apapun yang terjadi itu bukan kesalahanmu jadi Aku memberikan jaminan diriku sendiri apapun perkataanmu Aku tidak akan marah. Dan Kau boleh meminta kompensasi apapun  jika Aku berkata bohong." Kata Nizam kepada Amar.     

Amar mengangguka kepalanya dan kemudian berkata perlahan,     

"Yang Mulia baginda Raja Walid menampar yang mulia Ratu sabrina dua kali karena sangat marah. " Kata Amar kepada Nizam. Nizam tampak langsung berdiri tegak saking kagetnya.     

Seumur hidup tinggal di istana dan menjadi anak dari mereka belum pernah sekalipun Nizam melihat ibunya ditampar ayahnya. Ini suatu keajaiban alam. Jadi Nizam masih tidak percaya dan berkata,"Apa yang kau katakan? Ayahanda menampar Ibunda?" Kata Nizam dengan hati yang kalut. Di satu sisi Ia bahagia akhirnya ayahnya menunjukkan keberanian kepada ibunya.     

Tetapi di sisi lain Ia masih sedih karena Ayahnya menampar Ratu Sabrina ibunya. Ibunya selalu berjalan tegak dan sangat angkuh, Ia selalu menjadi istri kesayangan ayahnya dan perasaan ibunya pasti sangat hancur karena tamparan ayahnya.     

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk memasukan cerita Cinta  seorang Pangeran dalam bahasa Inggris di global ke dalam library Anda semua. Cukup search, A Prince's Love dan masukan ke dalam library atau pustaka. Oh ya jangan yang ada tulisan deletenya ya. Jangan lupa untuk meninggalkan komen dan memberikan PS. Dukungan Anda sangat berarti buat Author agar karyanya dapat diterima di negara lain.     

Terima kasih      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.