CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Sudah Tidur Dengannya



Kau Sudah Tidur Dengannya

"Alena, minta pelayan untuk menyajikan makanan. Aku sangat lapar." Kata Nizam sambil mengangkat handphonenya.     

"Kau ingin makan apa?" Alena bertanya sambil merapihkan gaun yang baru Ia pakai. Gaun itu sedikit kusut setelah Ia pakai sholat tadi.      

"Apa saja yang cepat, yang ada di dapurmu. ' Kata Nizam sambil melihat ada pesan masuk ke dalamnya dari Amar. Nizam langsung melakukan panggilan kepada Amar. Dan Amar langsung mengangkatnya.     

"Assalamualaikum, Yang Mulia" Kata Amar kepada Nizam. Nizam menjawab salam Amar. Alena tidak berkata lagi. Ia segera keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur. Dilihatnya para pelayan sedang sibuk memasak seperti akan ada pesta.      

Alena sampai kebingungan. Ia tidak pernah tahu kalau di dapur akan masak makanan sebegini banyak. Bukankah mereka hanya menyajikan makanan buat dirinya dan para penghuni di ruangannya. Apa mereka masak seperti ini setiap hari.      

Para pelayan itu langsung menghentikan kegiatan memasaknya dan melihat ke arah Alena serta memberikan hormat.     

"Yang Mulia, apakah Yang Mulia Pangeran Nizam sudah ingin bersantap ?" Kata pelayan yang menjadi ketua dapur.     

"Dari mana kalian tahu kalau Yang Mulia Pangeran Nizam ingin bersantap? " Kata Alena sambil kebingungan.     

"Karena selama ini Yang Mulia belum pernah pergi ke dapur. Berarti Yang Mulia Pangeran Nizam ingin bersantap" Kata Ketua dapur itu dan itu membuat Alena kagum.     

"Kau sungguh pandai, sekarang Aku mengerti mengapa Kalian memasak begini banyak. Kalian pasti sudah mengira kalau Yang Mulia Pangeran ingin bersantap" Kata Alena sambil tersenyum.     

"Segera hidangkan di dalam kamarku" Kata Alena kepada para pelayan itu.     

"Baiklah Yang Mulia" Kata para pelayan sambil membungkukan badannya.     

Setelah Alena pergi, ketua dapur itu langsung menepukkan tangannya dua kali. "Ayo cepat ! cepat ! bersiap, Yang Mulia pasti sangat lapar setelah bersama istrinya. Berada lama jauh dari Putri Alena akan membuat Yang Mulia semakin tergila - gila dengan Putri Alena makanya sudah ku duga kalau Yang Mulia pasti sekarang kelaparan.     

Jangan mengecewakan Yang Mulia karena ini pertama kalinya yang Mulia memakan masakan kita" Kata Ketua Dapur itu dengan penuh semangat. Ia menyiapkan banyak sekali hidangan mulai dari makanan pembuka,utama sampai penutup.     

Ketika pintu ruangan kamar Alena di buka tampak Nizam sedang menelpon. Ia menyingkir ketika para pelayan membereskan meja bundar di kamar Alena dan mulai manata makanan - makanan itu. Harumnya masakan yang baru dimasak langsung semerbak memenuhi ruangan kamar Alena. Membuat Nizam menjadi semakin lapar.      

Ia sudah berhari - hari tidak makan dengan benar dan ditambah dengan bercinta membuat perutnya semakin lapar tapi Ia harus bersabar membiarkan makanan di tata dulu.     

"Jadi maksudmu adalah Kau ingin kita berbicara. Hemmm.. ya Aku mengerti. Dimana ? Di istanaku ? Aku setuju. Aku akan keluar dari Harem setelah Aku bersantap. Dan sekalian kau minta Cynthia untuk membawa si kembar ke istanaku. Aku sangat merindukan mereka" Kata Nizam kepada Amar.      

Alena melirik ke arah Nizam, Ia juga sangat merindukan si kembar. Karena banyak masalah Ia jarang menyusui si kembar. Cynthia menyusui ketiga bayi itu bergantian. Alena sangat berterima kasih kepada Cynthia yang sudah bersedia menjadi ibu susu bagi anak - anaknya.     

Cynthia pernah berkata kepada Alena kalau Alena tidak usah mengkhawatirkan si kembar karena Ia akan menyusui mereka bersama dengan Pangeran Atha. Agar mereka menjadi saudara sepersusuan dan Nizam sendiri tidak keberatan. Walaupun begitu Alena masih memompa ASInya sendiri dan menyimpannya dikulkas. Banyak masalah menyebabkan air susu menjadi sedikit keluarnya.     

Nizam lalu menutup teleponnya dan mulai duduk di meja makan ditemani Alena. Alena makan sedikit demi sedikit, Ia masih belum berselera karena teringat banyak masalah. Tapi tidak demikian dengan Nizam. Nizam tampak memakan apapun yang tersedia dihadapannya.     

Alena melihat Nizam sedang makan dengan lahap, hampir semua makanan yang tersaji di meja dimakan. Alena belum pernah melihat Nizam makan seperti orang yang tidak makan selama seminggu. Membuat Alena jadi bertanya sambil menatap suaminya yang mengambil roti dan memasukan ke dalam mulutnya setelah mencelupkannya ke dalam kuah kari.     

"Apa kau tidak pernah makan di tempat Putri Rheina ?" Tanya Alena keheranan. Nizam menggelengkan kepalanya sambil meminum susu yang bercampur rempah. Lalu kembali mengambil roti isi daging dan memakannya dengan yogurt.      

Nizam masih belum menjawab pertanyaan Alena yang sedang menatapnya sambil memakan buah anggur sebutir demi sebutir. Nizam tampak sedang menikmati makanannya sehingga kemudian setelah Nizam menelan semua roti isi daging barulah menjawab pertanyaan istrinya.     

"Bagaimana Aku bisa makan melihat Rheina terbaring tidak berdaya.." Nizam langsung berhenti bicara setelah menyadari ucapannya. Nizam mengeluarkan pernyataan yang memprovokasi Alena.     

Wajah Nizam jadi pucat sambil melirik ke arah Alena yang kini sedang menatapnya dengan buas. Nizam seperti membangunkan harimau yang baru saja sudah tidur. Bukankah tadi amarah Alena sudah menurun ketika Alena mengobati rasa sakit Nizam. Tapi sekarang Nizam malah menghembuskan kembali bara api yang hampir terpadam. Dan dengan seketika bara api itu berubah menjadi kobaran api yang menyambar - nyambar.     

"Eummmm begini Alena.. maksudku bukan ke arah sana..itu tadi.." Nizam langsung gugup dan refleks memegang tubuhnya yang tadi di sakiti Alena. Ia perlu menjaga harta berharganya jangan sampai sekarang kena tendangan Alena. Alena kalau sedang kalap suka tidak sadar kalau tindakan kemarahannya bisa membahayakan orang lain. Keringat dingin mendadak mengalir deras padahal Nizam baru saja selesai mandi.     

"Teganya kau berkata seperti itu. Di hadapanku. Apa kau tidak cukup menyakitiku dengan menangis dan meringkuk di atas tubuh Rheina. Kau tahu aku sangat sakit melihatmu meratap bahkan sampai ingin mati kalau Putri Rheina akan mati.     

Kau juga berjanji akan berusaha bertindak adil kepada Putri Rheina. Teganya kau berkata seperti itu. Bahkan Aku sekarang yakin kalau Kau sudah tidur dengannya"     

"Tentu saja Aku sudah tidur dengannya" Kata Nizam sambil melap keringatnya dengan tisu yang Ia tarik dari tempatnya. Dia malah semakin tidak sadar mengucapkan kalimat itu. Mata Alena membesar sebesar - besarnya. Mukanya pucat pasi menahan amarah yang semakin membakar seluruh tubuhnya. Ia sangat terluka mendengar perkataan Nizam.     

Walaupun Alena sudah menduga kalau Nizam sudah menyentuh Putri Rheina tapi mendengar langsung dari mulut Nizam tetap saja Alena tidak dapat menahan sakit dan deritanya. Perkataan Nizam membuat darahnya langsung mendidih. Alena berdiri dan berteriak,     

"NIZAM !! Beraninya kau mengakui hal itu dihadapanku ?" Kata Alena sambil berurai air mata. Sakit sekali hatinya mendengar kata - kata itu. Para pelayan yang berjajar di kiri dan kanan mereka langsung menundukkan kepalanya. Nizam memberikan isyarat melalui gerakan kepala agar mereka pergi meninggalkan ruangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.