CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Tidak Akan Tega Terhadap Putri Mira



Alena Tidak Akan Tega Terhadap Putri Mira

0Nizam melihat ke arah Cynthia saat memeluk Alena dan Cynthia sangat mengerti apa pandangan mata Nizam yang tampak resah sehingga Cynthia kemudian menggelengkan kepalanya seakan menyuruh Nizam untuk tidak memberitahukan apapun rencana mereka. Nizampun mengunci mulutnya rapat - rapat. Hatinya benar - benar bagaikan ditoreh belati. Sakit melebihi ditoreh tubuhnya.      
0

Nizam semakin erat memeluk Alena dan mengusap kepalanya. Cynthia memalingkan wajahnya menahan tangis. Ia lalu mengambil Pangeran Atha yang tampak sudah tertidur kelelahan setelah berlatih merangkak.      

"Aku keluar dulu " Kata Cynthia sambil menahan air matanya yang hampir meleleh. Alena segera melepaskan pelukan Nizam.     

"Kau mau kemana? Aku ga akan ngapa - ngapain kho sama Nizam. Kan kemarin udah" Kata Alena membuat tangis Cynthia berubah jadi cacian.     

"Sialan Kamu Alena, Aku ga perlu laporan tentang itu" Kata Cynthia sambil mengacungkan kepalan tangannya.     

"Kalau begitu Kau mau kemana? " Tanya Alena.     

"Aku yang mau begitu - begitu" Kata Cynthia sambil melengos.     

"Sama siapa?" Teriak Alena.     

"Ya.. ampun Alena, Ya sama siapa lagi kalau bukan sama kodok" Kata Cynthia lagi. Ia benar - benar lupa dengan kesedihannya.     

"Kasihan Pangeran Thalal. Pria sebegitu ganteng disamain dengan kodok" Kata Alena dengan nada prihatin.     

"AAAKH.. Alena kau memang biang kerok" Kata Cynthia sambil cepat - cepat pergi daripada dia jadi gila beneran.     

Pangeran Thalal melihat Cynthia keluar dari ruangan Alena sambil memangku Pangeran Atha. Mulutnya terus mengomel - ngomel. Bahkan Ia sampai lupa untuk membalas hormat Amar yang sedang berdiri dan membungkuk.      

"Kau balas dulu hormat Amar, Dia tidak akan mengangkat tubuhnya sampai kau terima salam hormatnya" Kata Pangeran Thalal membuat Cynthia menghentikan langkahnya. Ia segera berbalik ke arah Amar dan membalas hormatnya.     

"Terima kasih Yang Mulia" Kata Amar sambil mengangkat tubuhnya dan tetap menundukkan kepalanya.     

"Bagaimana dengan Maya ? Apakah Ia baik - baik saja?" Kata Cynthia sambil menyelidiki wajah Amar. Ia mendengar dari Alena kalau Maya dijodohkan dengan Amar. Wajah Amar malah bersemu merah dan itu sudah cukup membuktikan bagi Cynthia kalau Amar mulai menerimakan perjodohan ini. Karena kalau seandainya Amar menolak maka mukanya tidak akan merona seperti itu.     

"Syukurlah, kalau kau menerimakannya. Semoga pernikahanmu segera dapat dilaksanakan." Kata Cynthia sambil berpamitan pergi diikuti oleh Pangeran Thalal.     

Pangeran Thalal menjejeri langkah istrinya dan berjalan sambil berkata, "Mengapa Kau malah mendoakan pernikahan mereka segera berlangsung ? Bukankah mereka sebenarnya saling membenci?" kata Pangeran Thalal kebingungan dengan reaksi istrinya terhadap Amar.     

"Bukankah suatu pernikahan itu pertanda baik. Daripada Amar terpuruk terus menerus lebih baik Ia segera mendapatkan penggantinya. Toh orang mati tidak akan hidup kembali" Kata Cynthia dengan dingin.     

"Mengapa Kau berkata dengan begitu kejam? Apakah karena Zarina dulu pernah mencintaiku dan kau masih merasa cemburu?" Kata Pangeran Thalal semakin heran dan itu malah membuat Cynthia menjadi marah.     

"Entah apa yang ada di dalam pikiranmu. Jangan - jangan Yang Mulia menyesal karena tidak jadi menikahi Zarina. Mungkin kalau menikah denganmu Zarina masih hidup" Kata Cynthia tiba - tiba membuat Pangeran Thalal semakin kebingungan. Mengapa istrinya mendadak jadi galak begini. Tapi kemudian Pangeran Thalal sadar kalau istrinya ini dari dulu sudah galak.     

"Apa kau sedang PMS, Cynthia?" Tanya Pangeran Thalal.     

"Tidak ! "      

"Lalu mengapa Kau jadi galak"     

"Aku sedang banyak pikiran"     

"Kau memikirkan Kakak Putri Alena ?"     

"Ya"     

"Aku tahu itu. Aku sudah mengatakan tentang rencanamu kalau seharusnya Kakak Nizam menikahi Putri Mira untuk membuktikan kebohongannya. Bahkan Kakak besok memintamu untuk pergi menemaninya"     

Cynthia terdiam, Ia lalu berbalik dan memberikan Pangeran Atha kepada pelayannya. Para Pelayan itu segera membawa Pangeran Atha menjauh dari Cynthia dan Pangeran Thalal.     

 Cynthia kemudian berjalan menuju sebuah kursi ditaman istana, Ia duduk di dekat rimbunnya bunga mawar. Tiba - tiba Ia menangkupkan tangannya ke mukanya dan mulai menangis lirih. Pangeran Thalal melihat ke kiri dan ke kanan. Ia takut ada orang yang akan mendengarkan mereka. Sehingga kemudian Ia melirik ke arah pengawalnya dan dengan isyarat kepalanya Ia menyuruh para penjaga untuk mengawasi situasi.     

Para pengawalnya segera menyisir daerah sekitar mereka dan setelah dirasa aman barulah Pangeran Thalal duduk di sisi Cynthia. Para wanita kalau sedang marah dan sedih terkadang tidak bisa melihat situasi.      

Pangeran Thalal memeluk istrinya dengan lembut, Ia lalu menyenderkan kepalanya ke bahunya dan mengelus lengan istrinya.     

"Menangislah.. kalau itu bisa membuat lega. Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Kakak Nizam memberitahukan semua analisanya tentang dirimu kepadaku" Kata Nizam.     

"Nizam, kakak Yang Mulia itu memang sangat pintar. Aku selalu berharap bahwa dia bukanlah seorang calon raja. Aku hanya ingin dia menjadi orang biasa. Aku membuat Alena berada di dalam jurang kesedihan secara terus menerus. Ini sangat menyakitkanku.     

Aku tahu betapa bersedihnya Ia saat mengetahui Nizam meringkuk di atas tubuh Putri Rheina dan sekarang Aku malah akan membuat Nizam menikahi Putri Mira secara sah. Ini pasti akan memberikan pukulan yang lebih menyakitkan" Cynthia memeluk leher Pangeran Thalal dengan erat.     

Pangeran Thalal mengelus Kepala Cynthia terus menerus untuk menenangkan Cynthia. Cynthia malah semakin erat memeluk suaminya. Air matanya membanjiri jubah yang dikenakan oleh Pangeran Thalal. Karena Cynthia tidak mengatakan apa - apa dan hanya terus menangis, akhirnya Pangeran Thalal membuka mulutnya dan berkata     

"Kakak Nizam mengatakan, kau melakukan ini hanya untuk membuktikan kalau Putri Mira bersalah dan ada dibalik semua ini. Kau mengusulkan kepada Kakak Nizam untuk segera menikahi Putri Mira secara sah. Karena hanya dengan cara inilah misteri kegilaan Putri Mira akan terungkap.      

Kau seharusnya tidak usah bersedih seperti ini. Mengapa Kau tidak mengatakan kepada Kakak Putri Alena dengan berterus terang. Katakan saja kepada Kakak Putri Alena kalau Kakak Nizam hanya akan berpura - pura menikahinya. Bukankah kalau Kakak Putri Alena tahu, Ia tidak akan bersedih " Kata Pangeran Thalal. Cynthia malah menggelengkan kepalanya dengan wajah semakin sedih.     

"Aku tidak bisa mengatakan kebenaran ini kepada Alena. Alena tidak akan bisa berakting dengan sempurna kalau Ia tidak terdesak. Alena tidak bisa terlalu jahat kepada Putri Mira. Yang Mulia harus ingat kalau Putri Mira adalah adik dari Pangeran Abbash ? Jadi tidak mungkin Alena membenci Putri Mira seperti Ia membenci Putri Rheina."     

"Aku mengerti.. memang benar Kakak Putri Alena sifatnya sangat baik, apalagi Kakak Putri Alena sudah berteman baik denga Pangeran Abbash. Mana tega kakak Putri membohongi adik dari Pangeran Abbash." Kata Pangeran Thalal sambil termenung.     

"Yang Mulia benar, itulah sebabnya Aku tidak akan memberitahukan rencana ini kepada Alena."     

Pangeran Thalal termenung,     

"Ini akan sangat menyakitkan Kakak Putri Alena."     

"Aku tahu itu. Itulah sebabnya Aku menangisi kejahatanku sendiri" Kata Cynthia sambil kembali menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.