CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Mira tidak Seperti Dugaan Mereka.



Putri Mira tidak Seperti Dugaan Mereka.

0"Apa Aku salah kalau Aku berpura - pura gila? Aku sama sekali tidak bermaksud mencelakai Yang Mulia Pangeran Nizam. Tapi Bagaimana bisa Yang Mulia menyuruhku pergi kalau masuk ke dalam kamarku pun belum pernah. Bagaimana bisa Yang Mulia Nizam mengusirku dari istananya kalau Aku sama sekali belum pernah dipanggil ke dalam ruangannya?" Kata Putri Mira sambil menghapus air matanya.     
0

"Aku tidak pernah meminta untuk menjadi istrinya walaupun Aku menyukainya. Ratu Sabrina memintaku dengan resmi. Aku datang dengan terhormat sebagai utusan dari kerajaan Zamron. Bahkan Aku sampai bertengkar dengan Kakak Barry. Aku mengorbankan banyak hal untuk bisa sampai di sini. Tapi apa yang Aku dapat ? Aku tidak mendapatkan apa - apa. Aku hanya akan menua di sini dengan berpura - pura gila selamanya" Putri Mira berkata lagi. Suaranya terdengar sangat parau dan menyedihkan.     

"Kalau begitu mari kita pulang untuk apa membuang waktu di sini. Tiga tahun sudah cukup untuk duka nestapa" Kata pelayan Putri Mira dengan suara yang tidak kalah sedihnya dengan putri Mira. Ia terus berhitung setiap hari dan memperhatikan bagaimana bunga yang seharusnya mekar tetapi malah layu sebelum berkembang.      

Putri yang begitu cerdas, aktif dan cantik itu harus kehilangan masa mudanya hanya dengan berdiam di dalam ruangan dan terkurung selamanya. Ini sangat tidak adil. Hidup sia - sia dan akan mati terkubur di tanah dilupakan orang.     

"Dua tahun, tiga tahun, lima tahun bahkan seumur hidup. aku tidak perduli lagi. Aku sudah tidak ingin hidup lagi tetapi Aku juga tidak ingin mati karena bunuh diri. Aku lebih mati menderita di sini tetapi memiliki kehormatan daripada pulang ke kerajaan Zamron dengan menahan malu. Istri yang tidak dihargai suami, tidak dicintai dan tidak dihormati. Di kembalikan ke kerajaan tanpa disentuh sama sekali. Sungguh sangat memalukan." Kata Putri Mira membuat pelayan itu terdiam dan tidak berani bersuara lagi.     

Apa yang dikatakan oleh majikannya sangat benar. Kalau sampai Putri Mira pulang dalam keadaan suci maka hal ini akan menjadi hal yang sangat memalukan. Tanda merah di bawah lengan Putri Mira menunjukkan kalau Putri Mira memang tidak pernah disentuh oleh suaminya.     

"Yang Mulia Putri Mira...hamba tidak tahu apa lagi yang harus hamba lakukan untuk membujuk Yang Mulia. Apalah arti kehormatan kalau hanya akan membuat kita menderita. Kita berhak untuk hidup bahagia" Kata pelayannya itu masih berupaya membujuk Putri Mira. Putri Mira menggelengkan kepalanya.     

"Aku telah terikat perbuatan Kakak Barry, Aku tidak bisa bersaing dengan putri yang lain. Aku hanya bisa menunggu di sini sampai suatu hari nanti Pangeran Nizam berubah pikiran dan akan menikahiku secara agama lalu hidup bersama hingga maut memisahkan. Dan jika tidak maka biarkanlah.. Aku hidup menua bersama cinta dan kehormatanku" Kata Putri Mira.     

"Yang Mulia.. apa Yang Mulia Pangeran Abbash atau Pangeran Barry tidak berkeinginan untuk menjumpai Yang Mulia di sini? Mengapa tidak ada satupun yang bersedia menengok Yang Mulia di sini?" Kata Pelayan Putri Mira.     

"Kakak Barry sedang diasingkan di pulau terpencil, Kakak Abbash, Aku tidak tahu sedang apa dia? Aku sudah lama tidak bertemu mereka. Aku sangat merindukan mereka." Putri Mira kembali menghapus air matanya.      

"Mengapa harus Putri Kumari yang mati? " Bisik Putri Mira kepada pelayannya.     

"Apa maksud Yang Mulia?" Kata Pelayannya itu.     

"Mengapa bukan Aku yang mati? Mengapa harus dia? Aku yang ingin mati tetapi orang lain yang mati. Jika hidupku tidak bisa menarik perhatiannya maka kematiaku mungkin akan menggerakan hati Yang Mulia Pangeran Nizam untuk memperhatikanku" Kata Putri Mira sambil kembali menangis.     

Malam semakin larut ketika isak tangis Putri Mira terdengar ke seluruh ruangan membuat malam kelam semakin gelap segelap hati para pelayan di kediaman Putri Mira. Putri Mira lalu berjalan melangkah ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya yang lemah di atas tempat tidur kemudian menarik kakinya dan mulai tertidur dengan gelisah.     

Ketika Putri Mira selesai sarapan Ia sedang duduk sambil menerawang. Suara penjaga pintu depan berteriak,     

"Yang Mulia Pangeran Nizam datang.. mohon Yang Mulia Putri Mira bersedia." Kata penjaga itu. Kedatangan Nizam tidak hanya membuat Putri Mira kaget tetapi para pelayan langsung pontang - panting menyiapkan makanan dan minuman.     

Putri Mira tampak gemetar dan segera berlutut ketika Nizam masuk ke dalam. Ia diikuti oleh Cynthia dan Nayla, asisten Nizam.     

Nizam mengira Ia akan mendapati Putri Mira yang akan mengamuk saat melihat dirinya atau tertawa - tawa atau menangis sedih bagaimana layaknya tingkah orang yang terkenal karena menderita gangguan mental. Tetapi ketika Nizam datang Putri Mira malah berlutut dan memberikan hormat. Nizam segera mengangkat bahunya dan memintanya berdiri.     

Putri Mira mengambil tangan kanan Nizam dan menciumnya. Nizam mengelus kepalanya dan mencium keningnya.     

"Apa kabarmu Putri Mira ? Apakah kau baik - baik saja? " Kata Nizam dengan tatapan mata menyelidiki. Dihadapannya adalah adik dari orang yang akan mencelakakan anaknya sekaligus menyelamatkan anaknya juga. Ia tidak berani gegabah terhadap Putri Mira mengingat Ia adalah adik kesayangan Pangeran Abbash. Ia tahu Pangeran Abbash sangat menyayangi adiknya ini.      

Nizam kemudian duduk dan mempersilahkan kepada Putri Mira untuk duduk. Putri Mira segera duduk dengan perasaan campur aduk. Ia sama sekali tidak berani menatap wajah Nizam. Ia hanya menundukkan kepalanya seakan tidak ingin Nizam mengetahui isi hatinya.      

Cynthia berdiri di belakang Nizam bersama Nayla. Ia menatap Putri Mira dengan lekat. Tetapi sama halnya dengan Nizam. Ia sama sekali tidak menduga kalau reaksi Putri Mira saat bertemu dengan Nizam begitu tenang dan bukannya mengamuk seperti yang orang - orang ceritakan. Bagaimana orang - orang bercerita kalau ada orang asing yang datang ke ruangannya maka Putri Mira akan mengamuk dan melempari mereka dengan barang apa saja yang ada didepannya.     

Itulah sebabnya ruangan putri Mira tidak pernah tersentuh oleh siapapun. Tapi kali ini tingkah dari Putri Mira begitu manis. Ia duduk anggun sambil menundukkan kepalanya. Rambutnya yang hitam tergerai membuat kecantikan putri Mira seperti dewi dari negeri China. Ia sangat mirip dengan Pangeran Abbash. Cynthia sampai tidak sadar memegang bahu Nizam dan meremasnya seakan ingin mengatakan bahwa ini terlalu aneh dan tidak sesuai dengan dugaan mereka.     

Nizam menganggukan kepalanya dan menepuk tangan yang ada dibahunya itu dengan lembut seakan ingin menenangkan Cynthia. Cynthia kembali menarik tangannya dan terus menatap Putri Mira dai atas ke bawah.     

"Mengapa Kau tidak menjawab pertanyaanku? Apakah Kau baik - baik saja?" Tanya Nizam.      

"A...aku baik - baik saja"     

"Syukurlah karena dari apa yang Aku dengar kau katanya kurang baik?" Kata Nizam mulai memancing dengan pertanyaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.