CINTA SEORANG PANGERAN

Apa Kau Mencintai Pangeran Abbash ?



Apa Kau Mencintai Pangeran Abbash ?

0Alena yang sedang menikmati secangkir kopi dengan kudapan setelah selesai menyusui anak - anaknya tampak keheranan melihat Nizam tiba - tiba masuk dengan wajah kelam. Kesambet dimana nih makhluk, mengapa wajahnya begitu gelap. Sudah seperti orang yang habis upacara di hari senin dengan pembina upacaranya yang memberikan amanatnya berjam - jam. Nizam tidak berkata apa - apa, duduk di depan Alena. Alena malah menyaksikan Nizam sambil meminum kopinya.     
0

Ketika para pelayan akan menuangkan kopinya ke Nizam, tangan Nizam terangkat dan menyuruh para pelayan pergi meninggalkan mereka. Alena jadi semakin tidak enak hati melihat hal ini.      

"Ada apa? Mau apa? Mengapa Kau terlihat begitu marah? " Kata Alena sambil mengusap bulu kuduknya. Tingkat aura keseraman yang Ia rasakan seperti ada hantu yang wara wiri dibelakang tubuhnya. Alena tahu persis kalau wajah Nizam sudah kelam seperti ini adalah Nizam sedang cemburu. Masalahnya cemburu kepada siapa. Bukankah Ia selama ini berada di dalam harem. Jangankan manusia berjenis kelamin pria. Binatang yang ada di dalam harem saja semua betina. Yang terakhir kali cuma becanda doang. Itu pikiran Alena yang lagi konyol.     

Nizam tidak menjawab pertanyaan Alena tapi bibirnya sudah sangat cemberut dan matanya sudah muram. Alena jadi mulai naik darah dengan ketidak pastian apa penyebab suaminya tampak sangat marah kepadanya.     

"Kalau kau cuma duduk dan memandangku seperti itu maka Aku akan pergi. Kau merusak acara coffee break Aku." Kata Alena sambil mau bangkit dan berdiri tapi Nizam langsung mendesis, " Duduk ! " Katanya dingin.     

"Lha dari tadi Aku sudah duduk. Tapi kau malah terus menatapku dengan tidak jelas. Kau mengapa lagi? Perasaan Kau yang banyak salah kepadaku tapi mengapa Aku menjadi seperti terdakwa"     

"Katakan kepadaku ! " Kata Nizam sambil menata debaran jantungnya. Akal sehatnya mulai meninggalkan otaknya.     

"katakan apa? dari tadi Aku menunggu" Kata Alena.     

"Katakan Apakah kau mencintai Pangeran Abbash? Bagaimana sebenarnya perasaanmu terhadap Pangeran itu? " Kata Nizam kepada Alena. Alena mengangkat alisnya dengan aneh.     

"Apa diluar ada hujan batu? Apa akar pohon sudah ada di atas dan daun ada di dalam tanah? Mengapa Kau tiba - tiba bertanya tentang hal aneh seperti itu kepadaku? "     

"Aku tidak ingin mendengar kau membalik - balikkan pertanyaanku. Cukup jawab pertanyaanku. Apa kau mencintai pangeran Abbash?"     

"Nizam kau jangan membuatku gila ! Bagaimana mungkin Aku mencintai Pangeran Abbash kalau Aku sekarang ada di dalam istanamu. Kau ini sudah gila apa?"     

"Aku tidak percaya. pastinya kau memiliki perasaan suka kepada Pangeran Abbash"     

"Nizam, Putra Mahkota kerajaan Azura yang mulia seperti katamu waktu itu bahwa tidur dan meniduri itu adalah dua hal yang berbeda maka perlu Aku tegaskan kalau menyukai dan mencintai adalah dua hal berbeda"     

"Tidak ! Itu adalah hal yang sama" kata Nizam dengan mata keruh.     

"oh Aku baru tahu kalau itu dua hal yang sama. Jadi kalau Aku mengatakan kalau Aku menyukai Amar, menyukai Pangeran Thalal, Menyukai Ali maka berarti Aku mencintai mereka.     

Akhir - akhir ini otakmu jadi semakin aneh. Ada apa sebenarnya ini? Katakanlah? Apakah Putri Rheina mengatakan sesuatu kepadamu? Apa dia memanas - manasimu?" Kata Alena balik meradang kepada Nizam.     

"Bukan seperti itu tetapi suka itu adalah bunganya cinta."     

"Aku tidak perduli kalau suka itu mau jadi bunganya, daunnya, buahnya atau akarnya dari cinta. Tetapi perlu Aku tegaskan aku tidak mencintai Pangeran abbash." Kata Alena sambil melotot.     

"Kalau begitu, mengapa kau tidak mengatakan kalau Kau sudah didatangi oleh Pangeran Abbash" Kata Nizam. Alena terkejut mendengar pernyataan Nizam tentang ini. Ia terdiam seketika. Mengapa Nizam bisa tahu kalau Ia pernah berbincang dengan pangeran Abbash yang menyusup ke tubuh seorang pelayan.     

Saking kagetnya Alena menjadi terdiam. Ia kehilangan kata - kata. Ia merasa terciduk oleh dosa yang tidak Ia lakukan. Bukankah Ia tidak mendatangi Pangeran abbash tetapi malah Pangeran Itu yang menyusup ke tubuh pelayan ketika Ia sedang bersedih.     

'Mengapa Kau malah terdiam? berarti apa yang aku tuduhkan kepadamu adalah benar. Kau mencintai pangeran Abbash dan diam- diam sering bertemu untuk memadu cinta. Teganya kau melakukan itu Alena kepadaku. mengapa Kau menyaktiti hatiku. Apakah kau tahu kalau Aku sangat mencintaimu. Mengapa kau berselingkuh dengan Pangeran Abbash?" Kata Nizam dengan sedih.     

Alena menjadi sangat kesal luar biasa kepada Nizam yang kalau cemburu jadi seperti orang yang tidak masuk diakal. Mau bicara apapun kalau Nizam sedang marah seperti ini maka hasilnya tidak akan baik jadi Alena kemudian berpikir cepat. Ia tidak mau jadi bulan - bulanan kemarahan Nizam kalau sedang cemburu seperti masa terdahulu.      

Kalau Nizam sedang marah karena cemburu maka Alena tidak boleh ikut marah. Ia harus tetap berkepala dingin. Ia kemudian melirik ke arah gelas yang berisi air putih kemudian Ia mengambilnya. Nizam masih menatapnya ketika tiba - tiba Alena menyiramkan air putih itu ke tubuh Nizam semuanya. Nizam terpekik kaget, jubahnya basah kuyup.     

"Eh airnya tumpah. Maaf Aku sengaja. Aku ingin mendinginkan tubuhmu yang sebentar lagi akan hangus karena terbakar cemburu" Kata Alena sambil kemudian duduk dipangkuan Nizam dan membuka kancing jubah Nizam. Nizam terpaku melihat tingkah Alena yang meniru kelakuannya ketika menghadapi kemarahan Alena.     

Nizam mau membuka mulut ketika Alena membungkamnya dengan ciuman yang begitu dalam. Nizam mau menolak ciuman Alena ketika Ia kemudian merasakan lidah Alena mulai menerobos masuk dan menggapai lidahnya.     

 Nizam tidak kuasa menahan tubuhnya yang merespon tubuh Alena yang tidak mau diam duduk dipangkuannya. Alena memancing tubuh Nizam agar merespon setiap gerakan tubuhnya yang seductif. Tubuhnya langsung menegang tidak terkendali.      

Alena melihat muka Nizam yang gelap karena marah berubah menjadi memerah. Apalagi ketika Alena melepaskan gaunnya dan memperlihatkan tubuh indahnya kepada Nizam. Alena memegang kepala Nizam dan membenamkan ke dadanya yang indah. Ia seakan mendinginkan amarah Nizam dengan kelembutan kulitnya.     

Nizam mengubur wajahnya di dada Alena. Dan Ia kemudian mengeram ketika Alena sudah memasuki tubuhnya. Tubuh Nizam terbenam seperti tenggelamnya amarah Nizam kepada Alena dan amarah Nizam bukan saja menjadi hilang tetapi amarah Nizam berubah menjadi mabuk karena gerakan Alena.      

 Alena berbuat semaksimal mungkin agar Nizam melampiaskan amarahnya dalam bentuk lain. dan memang benar ketika tidak lama Alena sudah mengerang menyerah. Nizam malah mengangkat tubuh Alena dari pangkuannya dan Ia membaringkan tubuh Alena di atas sofa tempat mereka berbincang tadi.      

Nizam lalu meraih madu di atas meja lalu menuangkannya ke tubuh Alena. Alena terkejut ketika cairan madu itu terlanjur membasahi tubuhnya. Nizam menyeringai melihat Alena bangun sambil mengomel.     

"Apa - apaan kamu? " Kata Alena kepada Nizam. Tetapi Nizam mendorong Alena agar tetap berbaring. "Diamlah ! Aku masih marah dan ingin memakanmu hidup - hidup. Tetap berbaring.." Kata Nizam sambil menundukkan mukanya dan menjulurkan lidanya. Tubuh Alena mengejang ketika Ia merasakan lidah suaminya yang menyapu semua madu di atas tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.