CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam Mencurigai Maya



Nizam Mencurigai Maya

0Nizam mengangkat alisnya dan menatap Maya, "Aku sangat setuju denganmu. Aku akan menekan dia untuk membersihkan jiwanya. Agar Ia bertaubat. Aku akan lebih tenang kalau Ia sudah bersih dari ilmu - ilmu yang mengerikan seperti itu" Kata Nizam. Tetapi kemudian Maya terdiam seperti sedang berpikir keras.     
0

"Mengapa Kau malah terdiam? Ada apa?" Kata Nizam      

"Masalahnya Yang Mulia. Apakah Pangeran Abbash mau melakukannya" Kata Maya. Tetapi Nizam malah tersenyum dengan licik.     

"Aku akan menkahi adiknya dan itu adalah suatu tindakan yang tidak bisa dihindari. Tetapi Aku akan menjadikan pernikahan ini untuk menekannya agar Ia menghapus semua ilmu kebatinannya. Jika Ia tidak mau maka Aku tidak akan menikahi adiknya.     

Aku anggap ini impas untuk mengobati penderitaanku dan Alena. Dia pasti sangat menyayangi adiknya." Kata Nizam sambil tersenyum. Ia menjadi sedikit terhibur dengan rencana pernikahannya dengan Putri Mira.     

"Jadi Yang Mulia benar - benar akan menikahi Putri Mira?" Maya berubah menjadi masam mendengar kata - kata Nizam.     

Nizam menghela nafas. "Kelihatannya Aku tidak bisa menghindarinya" Kata Nizam dengan lesu.     

"Kasihan Yang Mulia Putri Alena. Yang Mulia pasti terguncang mendengarnya" Kata Maya lagi.     

"Aku harus melakukannya untuk mentuntaskan permasalah ini. Sambil memikirkan langkah selanjutnya. Sekarang pergilah kau ke ruanganku. Aku tahu dia sedang butuh seseorang untuk diajak bicara" kata Nizam.     

"Mengapa kita tidak memanggil Putri Cynthia? Agar Yang Mulia dapat berbincang dengan sahabatnya" Kata Maya.     

Nizam menggelengkan kepalanya, "Ia sama sedihnya dengan Alena. Mereka harus dipisahkan dulu untuk sementara waktu agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Nah.. Aku pergi dulu" Kata Nizam sambil hendak berdiri. Tetapi kemudian Nizam yang sedang melangkah tiba - tiba teringat sesuatu. Ia lalu berbalik lagi.     

"Kau tadi masuk saat aku berbicara denga Putri Elisa. Aku pikir kau pasti akan berbicara tentang sesuatu? Ada apakah?" kata Nizam membuat Maya langsung terdiam. Ia jadi gugup. Semenjak pertemuannya dengan Amar waktu itu, Ia belum bertemu lagi dengannya jadi Ia ingin memastikan apakah Amar sudah berbicara dengan Nizam apa belum.     

"Mmm.. apakah Amar sudah berbicara dengan Yang Mulia?" Kata Maya sambil menundukkan kepalanya. Wajahnya bersemu merah.     

"Sudah.. Beberapa hari yang lalu Ia kemari dan berbicara sesuatu" Kata Nizam kepada Maya.     

"Oh.. begitu. Jadi bagaimana tanggapan Yang Mulia?" Maya bertanya lagi kepada Nizam.     

"Tanggapanku? Aku jadi pergi ke ruangan Putri Mira untuk membuktikan beberapa kecurigaan Amar, Arani, Cynthia dan pangeran Thalal" Kata Nizam lagi. Maya jadi semakin tertunduk tetapi kali ini keningnya berkerut.     

'Jadi Amar belum berbicara tentang rencana pernikahan mereka yang dipercepat' kata Maya dalam hati. Pantas saja Ia tidak berbicara apa - apa kepadanya.      

"Mengapa Kau terdiam? Memangnya kau berharap dia ingin berbicara apa kepadaku? Karena kelihatannya kau seperti tidak puas dengan jawabanku?" Nizam mulai mencurigai Maya.     

Maya menggelengkan kepalanya, "Tidak Yang Mulia. Hanya saja hamba pernah melihat Amar masuk ke istana Yang Mulia. hamba menduga kalau Amar akan membicarakan tentang hamba kepada Yang Mulia" Kata Maya kepada Nizam.     

"Mengapa kau mengira seperti itu? Apakah kau ingin Amar membatalkan pernikahanmu dengannya?" Kata Nizam menjadi kaku. Nizam jadi khawatir lagi kalau Maya berubah pikiran dan meminta Amar untuk membatalkan pernikahan.      

"Mmm..bukan seperti itu Yang Mulia. Tapi.. ah sudahlah, biar nanti Amar saja yang berbicara. Hamba mohon pamit dulu" Kata Maya sambil merona dan segera melarikan diri dari Nizam yang tampak kebingungan.     

Maya tidak perduli dengan kebingungan Nizam. Ia benar - benar tidak akan sanggup kalau harus berbicara langsung kepada Nizam untuk mempercepat hari pernikahannya. Bisa - bisa Nizam akan tertawa terbahak - bahak. Bukankah Maya yang paling menentang perjodohan diantara Amar dan dirinya kalau sekarang Ia berbicara bahwa Ia ingin mempercepat pernikahan mereka. Alangkah malunya Ia. Maya adalah perempuan dan memiliki harga diri. Biarla Amar yang berbicara.     

"Maya !! " Nizam memanggil Maya sehingga Maya kemudian menghentikan langkahnya.     

"Aku senang Kau ternyata tidak bermaksud untuk menolak menikah dengan Amar karena kemarin Amar sempat berkata Ia ingin mempercepat hari pernikahan kalian" Kata Nizam. Dan wajah Maya langsung semakin memerah.     

"Kalau kau setuju, mari kita percepat pernikahan kalian di Minggu depan. Aku ingin hari pernikahanmu akan jadi ajang pertemuan Aku dan pangeran Abbash sekaligus membicarakan tentang pernikahanku dengan Putri Mira" Kata Nizam kepada Maya.     

Maya berbalik dan berkata malu - malu, "Hamba tidak berani membantah lagi. Hamba akan mengikuti apapun Yang Mulia inginkan" Kata Maya dengan tertunduk.     

"Sulit dipercaya kalau kau yang begitu galak dan judes menjadi begini lembut dan pasrah. " Kata Nizam sambil menatap Maya dari bawah ke atas dengan kening berkerut. Maya sesaat menjadi gugup dan pucat.     

"Mengapa Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Aku tidak percaya kau bisa begitu mudah langsung jatuh cinta kepada Amar" Kata Nizam.     

"Tentu saja tidak seperti itu Yang Mulia. Tetapi memangnya hamba memiliki pilihan lain? Kalau hamba menolak menikah dengan Amar apakah boleh? Kalaupun Yang Mulia akan mempercepat ataupun menunda pernikahan hamba, apakah Hamba bisa menolaknya?" Kata Mira mencoba bersilat lidah.     

Nizam mengerutkan bibirnya dan menganggukkan kepalanya, "Kau memang pandai berbicara. Kau jelas tidak memiliki banyak pilihan. Jadi Aku percaya kau tidak memilki motif apapun" Kata Nizam sambil tersenyum kemudian Ia memberikan isyarat agar Maya pergi. Maya segera membalikkan badannya sambil mengusap tetesan keringat yang ada dikeningnya. Lalu berjalan cepat diiringi tatapan Nizam.     

Nizam sendiri tampak masih berdiri sambil menatap Maya. ' Kau tidak bisa mengelabuiku Maya, Kau jelas - jelas menyembunyikan sesuatu demikian juga dengan Amar. Dua orang yang begitu saling membenci tidak mungkin tiba - tiba menjadi begitu damai dan memiliki pemikiran yang sama.' Nizam berkata dalam hatinya. Ia lalu melangkah pergi meninggalkan istananya.     

Sambil berjalan Nizam berkata kepada Ali, "Apakah Kau sudah menyeldidiki keadaan dipenjara. Mengapa sampai Putri Rheina sakit tetapi tidak ada tim medis yang benar untuk merawatnya?" Kata Nizam kepada Ali.     

"Hamba masih belum menemukan titik terang tetapi memang seperti ada pembiaran Putri Rheina sakit di dalam penjara. Bahkan kepala penjara kelihatannya seperti tidak perduli dengan kondisi Putri Rheina. Mereka bilang karena di dalam waktu itu ada para prajurit dari Kerajaan Rajna yang ikut berjaga sehingga mereka tidak bisa memperhatikan Putri Rheina dengan leluasa. Tetapi kemudian para prajurit itu ditarik oleh Kerajaan Rajna setelah pernikahan Pangeran Husen dengan Putri Avantika.     

Hamba merasa ada konspirasi terselubung di dalam penjara juga. Apakah mereka menginginkan Putri Rheina tidak selamat?" kata Ali kepada Nizam dengan hati - hati.     

"Ayo kita pergi ke istana pangeran Thalal. Kita berbicara disana. Dan Kau Fuad. Segera panggil Amar kemari. Kita harus segera mengungkap kasus ini. Aku yakin ada pertalian antara kasus Putri Kumari, Putri Mira dan pembiaran Putri Rheina di penjara bawah tanah"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.