CINTA SEORANG PANGERAN

Kepala Penjara yang Sedang Mabuk



Kepala Penjara yang Sedang Mabuk

0"Hamba tidak memiliki data apapun tentang kepala penjara, dia berasal dari keluarga satu turunan dengan Yang Mulia Ratu Sabrina sehingga dia memang terlahir kaya sejak lahir. Kinerja dia memang tidak terlalu bagus tetapi ada Perdana Menteri Yang Mulia Salman dibelakangnya. Hamba pikir dia tidak akan mungkin terlibat suap apalagi jika yang ada di dalam penjara adalah orang yang memiliki darah yang sama. Putri Rheina memiliki darah yang sama dengannya jadi seharusnya dia melindungi Putri Rheina dan tidak membiarkannya menderita dalam penjara" Kata Arani.     
0

"Kalau begitu kemungkinan Ia menerima suap melalui tangan orang lain. Ada orang yang memang sengaja menawarkan uang kepadanya untuk melakukan sesuatu. " Kata Pangeran Thalal kepada Nizam.     

Nizam tampak berpikir dengan keras, " Aku merasa ini sedikit aneh. Kalau kepala penjara satu turunan denganku dan Putri Rheina pasti Ia akan menjaga Putri Rheina dengan baik tapi nyatanya tidak. Kemudian si penjaga penjara ini tidak mungkin dia berani berbuat seenaknya kalau Ia tidak memiliki beking yang kuat dibelakangnya.     

Amar !! Kau bawa Kepala Penjara itu kemari sekarang. Aku ingin mentuntaskan permasalahan ini secepatnya. Aku yakin ini ada kaitannya dengan pembunuhan putri Kumari. " Kata Nizam kepada Amar.     

Arani segera membuat surat perintah pemanggilan kepala penjara itu yang ditandatangi oleh Nizam dan stempel pribadi Nizam. Sebagai Putra Mahkota Nizam memiliki wewenang untuk membuat surat pemanggilan, penangkapan dan kerja sama tapi hanya sebatas kecil dan tidak bisa menjangkau para pejabat dan petinggi kerajaan.     

Amar mengambil surat itu dan segera pergi menuju penjara bawah tanah. Ia masuk ke dalam penjara. Walaupun Ia salah satu jendral besar kerajaan Azura tetapi Ia tetap merasa tidak nyaman setiap kali masuk ke dalam penjara bawah tanah.     

Ruangannya pengap dan hanya diterangi lampu. Sinar matahari tidak dapat masuk ke dalamnya. Aliran pergantian udara berjalan lambat karena hanya mengandalkan ventilasi udara yang jumlahnya tidak banyak. Walaupun tempatnya bersih tetapi siapapun pasti tidak ingin berada di penjara bawah tanah.     

Hanya orang - orang yang terlibat kejahatan besar yang masuk ke dalam penjara ini dan itu biasanya berkaitan dengan kasus pemberontakan, pengkhianatan atau pembunuhan di kalangan istana. Karena kalau kejahatannya diluar istana ada penjara dan badan yang umum menanganinya.     

Penjara ini sengaja diadakan sebagai peringatan kepada para penghuni istana untuk tidak melakukan kejahatan dan kasus tidak mencuat keluar. Walaupun demikian banyaknya kasus kematian di dalam penjara membuat keanehan bagi Nizam dan yang lainnya. Karena seharusnya para tahanan menjalani hukuman sesuai vonis yang berlaku. Kalau memang mereka tidak dihukum mati maka sudah selayaknya mereka dapat hidup. Walaupun hidup tidak nyaman tetapi masih bisa bertahan hidup.     

Mereka juga seharusnya mendapatkan siraman rohani dari para ustadz dan ustadzah sebagai cara untuk mengembalikan mereka ke jalan yang lurus sehingga kalau keluar dari penjara mereka dapat hidup dengan tenang menjadi pekerja kasar di dalam istana.     

Ketika Amar masuk ke dalam ruangan kepala penjaga dia terkejut melihat si kepala penjaga itu sedang teler. Dan bau minuman keras tampak menguar dari dalam ruangan. Amar langsung emosi menyadari kalau orang ini ternyata sedang mabuk. Mabuk di dalam penjara pada saat sedang bertugas.     

Sungguh luar biasa. Selain mabuk itu dilarang keras di istana apalagi mabuk sedang bertugas maka kesalahan si penjaga ini sangat fatal. Ia benar - benar bernyali besar. Apa karena Ia merasa satu turunan dengang Perdana mentri Salman dan Ratu Sabrina menyebabkan dia memiliki keberanian yang begitu besar.     

Kepala Penjara itu tidak mengira Amar masuk secara tiba - tiba sehingga Ia tidak sempat mempersiapkan diri sehingga Ia segera berdiri memberikan hormat dengan tubuh sempoyongan. "A..asalamualaikum Jendral.. Amar..hik.." Dia cegukan dengan mata merah.     

Muka Amar tampak sangat kelam karena marah. Ia lalu melangkah masuk dan mengambil botol minuman yang di pegang oleh kepala penjara. Kepala penjara tampak pasrah botol minumannya diambil. Ia masih tahu diri kalau Ia tidak akan bisa melawan Amar karena walau bagaimanapun Amar adalah jendral kepala keamanan di istana Azura jadi dia memang bawahan dari Amar.     

Amar membanting botol itu ke lantai hingga suaranya tampak memecah keheningan. para penjaga tampak saling pandang. Ada beberapa diantara mereka yang menghela nafas lega karena akhirnya si kepala penjaga ketahuan juga sering mabuk saat bertugas.     

Kelakukan kepala penjara itu sebenarnya sudah tidak bisa ditolelir tetapi hanya karena Ia masih satu keturunan dengan Perdana Menteri dan Ratu Sabrina maka tidak ada siapapun yang berani mengusiknya. Kedatangan Nizam beserta orang - orangnya membawa sedikit pencerahan di hati para penjaga penjara. Semoga Nizam membawa perubahan kepada nasib mereka.     

Selama ini mereka terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang berkomplot dengan kepala penjara dan ada golongan yang memang berhati lurus serta menjalankan perintah dengan kejujuran. Mereka menolak korupsi dan suap sehingga hidup mereka malah diintimidasi oleh orang - orang yang melakukan kejahatan. Mereka dikatakan sok suci dan sok alim.      

Orang - orang yang jujur itu tidak mendapatkan fasilitas apapun selain gaji mereka yang terkadang telat diberikan. Tetapi mereka tetap tidak bersedia menjadi pengikut kepala penjara. Mereka lebih baik menderita daripada melakukan hal yang tidak baik. Bertahun - tahun seperti itu hingga Amar datang dan memergoki si penjaga penjara sedang mabuk.      

Para penjaga yang jujur itu bersorak dalam hati, mungkin sudah saatnya mereka terlepas dari tekanan yang diberikan oleh kepala penjara yang sering mempersulit hidup mereka.     

"Berani benar kau mabuk - mabukkan sementara kau tahu sebagai umat muslim, minum khamer itu dilarang karena haram." Kata Amar sambil murka. Ia mendorong dada si kepala penjara itu ke belakang hingga menabrak kursi duduknya.     

"Aku tidak tahu kalau Anda akan datang Jendral. Anda datang tiba - tiba jadi jangan salahkan Aku kalau Aku tidak mempersiapkan diri" Kata kepala penjara itu malah menyalahkan Amar dan bukannya minta maaf.     

Amar mendelik ke arah wajah si penjaga itu dengan buas, " Kau !! Jangan karena kau memiliki keturunan yang sama dengan Yang Mulia Ratu Sabrina dan Perdana Menteri Salman kau bisa seenaknya bertindak. Yang Mulia Nizam memanggilmu sekarang ke markas penjaga di luar istana utama. Segera bersiap untuk ikut denganku menghadap Yang Mulia"     

"Mau apa Yang Mulia memanggilku ? Aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Kalian sudah memanggil salah seorang anak buahku. Aku tidak ada kaitan dengannya. Jadi Aku tidak mau menghadap" Kata Kepala penjaga itu dengan santai.     

"Berani benar kau menolak perintah Yang Mulia Nizam. Dan berani benar kau mengatakan tidak ada hubungannya dengan anak buahmu. Kau harus tahu pada prinsipku. Tidak ada bawahan yang salah karena kesalahan adalah tanggung jawab atasannya. Tidak ada prajurit yang salah karena kesalahan adalah tanggung jawab jendralnya.     

Aku sadar diri kalau Aku lama mengikuti Yang Mulia di Amerika sehingga kepala pengamanan istana tidak Aku pegang. Tapi sekarang Aku sudah berada di sini walaupun Aku belum bertanggung jawab sepenuhnya tapi Aku masih memiliki hak untuk menyeretmu pergi" Kata Amar sambil maju mencengkram leher pakaian kepala penjaga dan menariknya keluar dari balik mejanya. Tubuh itu langsung terpental keluar.     

Terdengar jeritan dari dalam ruangan kepala penjara membuat para penjaga yang berada diluar menegakkan telinganya. Bahkan para tahanan yang kebetulan ruangan tahanannya berada dekat ruangan kepala penjara dapat mendengar teriakan itu walaupun samar - samar.     

"A..da apa ? Siapa yang menjerit?" Seorang tahanan tampak bertanya kepada penjaga yang ada didepannya dengan ketakutan.     

Si penjaga yang tampak penasaran juga sama seperti pelayan belum menjawab, Ia masih menajamkan telinganya untuk mengetahui suara jeritan itu.      

"Apa ada yang disiksa lagi? Apa ada yang bunuh diri lagi? Atau bagaimana? Mengapa akhir - akhir ini suasana penjara semakin menyeramkan" Kata tahanan itu sambil duduk ketakutan.     

"Aku akan mencari tahu, apa yang terjadi. Kau diamlah dulu" Kata si penjaga itu yang memang kebetulan Ia adalah termasuk orang yang baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.