CINTA SEORANG PANGERAN

Tanda Ancaman



Tanda Ancaman

0Nizam masih mendengarkan kepala penjara itu bercerita.     
0

"Hamba menyadari kalau orang itu sedang mengancam keluarga hamba kemudian hamba bertanya apa yang sebenarnya Ia inginkan? Ternyata Ia menginginkan hamba mempersulit kehidupan Putri Rheina di dalam penjara. Bila perlu mereka menginginkan Putri Rheina mati di dalam penjara. Mereka ingin Putri Rheina mati bunuh diri. Tetapi sebelum bunuh diri ternyata Putri Rheina malah jatuh sakit dan akhirnya di ambil oleh Yang Mulia.     

Hamba begitu stress dengan ancaman yang hamba terima apalagi ketika pada suatu hari anak hamba yang menculik setelah Ia pulang kuliah. Padahal anak hamba laki - laki. Ia diculik dipukuli lalu dilepaskan lagi. Mereka bilang itu sebagai tanda peringatan agar hamba berhati - hati.     

Hamba begitu ketakutan sehingga kemudian hamba melarikan diri untuk bermabuk - mabukkan." Kata si kepala penjaga itu sambil menundukan kepalanya. Nizam mengangkat bahunya dan berkata,     

"Aku percaya kau berkata benar. Tetapi entahlah, Aku merasa kau masih menyembunyikan sesuatu kepadaku. Katakan kepadaku, selain orang itu yang mengancammu kau bersekutu dengan siapa lagi? Dengan Ayah mertuaku kah? "     

"Ha..hamba sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Hamba sebenarnya tidak bersekongkol dengan Perdana Menteri Salman. hamba hanya disuruh oleh orang itu untuk memfitnah perdana menteri Salman" Kata kepala penjara itu dengan terbata - bata. Ia benar - benar hilang akal menghadapi kecerdasan Nizam. Nizam selalu mematahkan alasannya dengan pernyataannya yang sulit dibantah.     

"Betapa bodohnya orang yang menyuruhmu memfitnah mertuaku. Bagaimana bisa kau menganiaya Putri Rheina lalu menimpakan kesalahan kepada ayahnya. Setahuku Perdana Menteri Salman sangat mencintai putrinya. Putri Rheina adalah putri permata dari kerajaan Azura. Ia simbol kecantikan dan kesayangan kerajaan. Ibundaku berusaha mati - matian untuk melindunginya. Ayahnya yaitu perdana mentri Salman menganggap bahwa Ia adalah nyawanya. Lalu mengapa ada orang yang begitu bodoh menyalahkannya atas penganiyaan putrinya itu?"     

Kepala Penjara lantas terdiam, Ia tampak kebingungan sendiri. Mengapa teori yang begitu mudah ini malah tidak Ia ingat sama sekali.     

"Ha..hamba hanya panik karena ancamannya Yang Mulia.. tolonglah Hamba. Hamba benar - benar korban kali ini"     

"Kau benar - benar korban kali ini. Berarti ada masa dimana kau tidak menjadi korban? " Kata Nizam lagi membuat si kepala penjara ingin menampar mulutnya sendiri karena kebodohannya. Bagaimana Ia bisa berkelit dari Nizam, Bagaimana Ia bisa meyakinkan Nizam agar kasusnya hanya terlibat tentang suap penganiayaan Putri Rheina dan bukan yang lain.     

"Yang Mulia.. hamba mohon. Tolonglah untuk tidak mempersulit hamba. Hamba ingin keselamatan hidup keluarga hamba"     

"Kalau aku akan menjaga seluruh keluargamu, maka apakah kau akan berterus terang ?" Kata Nizam sambil melihat ke arah kepala penjara itu yang terlihat sudah berputus asa. Matanya tampak beriak gelisah. Nizam sangat khawatri kalau si kepala penjara akan mengakhiri nyawanya sendiri karena Nizam tahu persis ada orang - orang yang bersumpah mati jika tertangkap dengan jaminan keselamatan seluruh keluarganya. Kelihatannya si kepala penjara ini memang sedang mendapat tekanan.     

"Aku yakin saat ini kau pasti ingin mati. Bukankah kau sekarang sedang menghadapi tekanan dua orang yang berbeda. Satu orang adalah Perdana Menteri Salman dan satu orang lagi pasti orang yang berada di balik kematian Putri Kumari.      

kau berani menggunakan nama mertuaku untuk menimpa kesalahan karena kau berharap kalau kau menyebutkan nama itu maka penyelidikan akan berhenti karena kau pikir orang - orang pasti akan ketakutan mendengar nama Perdana menteri Salman.     

Aku tidak tahu, kasus apa yang tejadi sehingga Paman Salman menyuapmu dengan uang yang banyak bahkan sampai menyuap banyak penjaga di dalam penjara. " Si kepala penjara tampak ternganga mendengar perkataan Nizam.     

Ya Tuhan.. adakah orang seperti Putra Mahkota di dunia ini. Mengapa Ia seperti  bisa mengetahui isi hati seseorang. Ia harus bagaimana lagi agar tidak memberitahukan Nizam kalau Perdana Menteri Salman menyuap mereka karena menyembunyikan seseorang di dalam penjara.     

"Kau memang atasan yang bodoh, seharusnya kau menjaga anak buahmu agar tidak melakukan hal yang mencurigakan tetapi dia. Dia malah menunjukkan kalau Dia telah menerima suap dengan hidup bermewah - mewah dengan hanya penghasilan sebagai penjaga penjara. Sungguh kebodohan yang haqiqi" kata Nizam.     

"Hamba tahu, hamba bersalah.. tapi hamba stress karena masalah ini"     

"Masalah apa ? Dia hidup bermewah - mewah sudah lama berarti kasus suap ini berjalan sudah sangat lama. Kau memang tidak dapat mengatur penjara dengan baik sehingga anak buahmu bertingkah seenaknya di dalam penjara. Kau merasa tidak harus bekerja dengan baik karena kau akan selalu dilindungi oleh Perdana Menteri Salman.     

Akibatnya suasana penjara jadi mengerikan. para penghuni penjara banyak yang menderita dan mereka akhirnya bunuh diri atau mati karena pengaiayaan anak buahmu. Dan kau. Kerjanya hanya mabuk - mabukkan.     

dan yang lebih parah kau malah menerima suap lagi dari orang yang berbeda. Aku heran ada orang sehina itu " Kata Nizam.     

"Yang Mulia.. untuk alasan yang terakhir. Ini benar -benar sejujurnya. Hamba memang senang minum tetapi hamba tidak pernah lepas kendali. Tetapi begitu hamba menerima perintah dari orang itu. hamba menjadi depresi dan membuat hamba semakin ingin meminum minuman keras untuk melupakan permasalahan hamba. Hamba tidak bisa menolak perintahnya" Kata kepala penjara dengan wajah memelas.     

Nizam terdiam, alasan terakhir yang dikatakan oleh kepala penjara itu sangat masuk di akal.     

"Sebenarnya orang itu siapa? Apakah kau mengetahuinya"     

"Hamba tidak tahu siapa dia. Dia hanya menghubungi hamba melalui nomor telepon yang tiap hari berganti - ganti dan tidak bisa hamba lacak. Setiap kali hamba menolak dia akan memberikan tanda ancaman kepada hamba."     

"Tanda ancaman ?" Nizam mengerutkan keningnya.     

"Benar Yang Mulia. Ia pernah menyerempet anak hamba dengan mobilnya hingga terluka. Ia pernah mengempesi ban mobil yang ditumpangi istri hamba ketika berbelanja. Bahkan seperti yang hamba katakan tadi. Ia pernah menculik anak hamba dan menahannya sehari semalam sebelum kemudian melepaskannya.     

Ia memang tidak sampai melukai keluarga hamba tetapi tanda - tanda ancaman itu menunjukkan kalau Ia berniat akan mencelakai keluarga hamba maka Ia dapat melakukannya dengan mudah. Apa yang harus hamba lakukan" Kata si kepala penjara sambil menangis tersedu - sedu. Nizam menghela nafas panjang. Ia melirik ke arah Arani. Arani mengangkat alisnya.     

"Hamba mohon izin untuk menanyainya Yang Mulia" Kata Arani kepada Nizam. Nizam menganggukan kepalanya. Arani lalu berkata di belakang Nizam dengan suara dingin.     

"Kau menyimpan nomor telepon dari orang itu? " Kata Arani kepada orang itu     

"Tentu Jendral, tetapi nomor - nomor itu setiap kali hamba hubungi balik selalu mengatakan kalau nomor yang hamba hubungi adalah salah"     

"Tentu saja begitu, karena orang itu tidak akan bisa dihubungi oleh siapapun kecuali kita melacaknya sendiri" kata Arani     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.