CINTA SEORANG PANGERAN

Hamba Melatih Tarian Untuk Yang Mulia



Hamba Melatih Tarian Untuk Yang Mulia

0Nizam menyenderkan tubuhnya ke dinding, Ia kehilangan kata - kata melihat tubuh putih itu begitu terekspos keluar. Ia melihat kalau Putri Rheina sudah pulih sepenuhnya. Di satu sisi Ia merasa sangat senang melihat Putri Rhiena sudah sehat.     
0

Putri Rheina memainkan pinggulnya dengan lincah disertai menggerakan tangannya dengan gemulai. Ia benar - benar sangat cantik dan menawan dalam tariannya. Perutnya begitu ramping bergetar seiring dengan musik. Para pemain musik itu sedikit terpecah konsentrasinya melihat Nizam yang berdiri menyender dan menatap Putri mereka yang menari tanpa tahu kalau suaminya sedang memperhatikannya.     

Nizam bukanlah orang yang senang dengan pesta dan kumpul bersama orang - orang untuk bersenang - senang kalau masa remajanya Ia habiskan hanya untuk belajar dan berlatih. Semenjak Putri Rheina mendapatkan haid yang pertama, seingatnya Ia tidak pernah melihat Putri Rheina menari lagi. Nizam hanya baru tahu kalau putri itu ternyata dapat menari dengan begitu seronok bagaikan penari telanjang.     

Putri Rheina benar - benar tidak tahu kalau para pelayan yang sedang bermain musik itu tampak sedikit gelisah sehingga kemudian tali Sitar yang dimainkan seorang pelayan putus salah satu senarnya. Musik otomatis berhenti. Putri Rheina baru saja akan memarahi para pelayan itu ketika semua mata pelayan tampak melirik ke arah Nizam kemudian menundukkan kepalanya.     

Putri Rheina segera memalingkan wajahnya ke arah pandangan mata para pelayan. Dan Putri Rhiena langsung terkesiap melihat suaminya yang Ia rindukan siang dan malam ada dihadapannya. Putri Rheina refleks malah menutup dadanya yang tersembul keluar dari kain penutup dadanya. Kakinya juga merapat.      

Semenjak hari pernikahannya dulu dengan Nizam, Ia tidak pernah bertemu dengan Nizam lagi dengan kondisi tidak berpakain yang sepantasnya. Putri Rheina jadi merasakan kalau Nizam seperti orang asing saking jarangnya mereka bertemu kecuali saat Ia sakit dan Nizam memeluknya sepanjang malam hanya agar Putri Rheina dapat tertidur nyenyak.     

"Pa..pakaianku mana ? Ambilkan pakaianku cepat !! " Kata Putri Rheina dengan panik. Ia langsung memutar badannya agar Nizam hanya melihat punggungnya. Punggung itu begitu putih dan tampak bersinar terkena cahaya lampu. Putri Rheina memang layak menyandang putri tercantik di kerajaannya kalau Ia melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Putri Rheina sangat indah. Betapa halus kulitnya.      

"Mengapa kalian diam ? Mana pakaianku ?" Kata Putri Rheina dengan wajah memerah. Rambutnya yang merah itu berjuntai ke atas dadanya.     

"Tapi pakaian Yang Mulia ada di kamar. Tadi Yang Mulia hanya mengenakan pakaian tari" Kata Pelayan itu. Putri Rheina semakin pucat dan Ia jadi ingin menangis meraung - raung saking kesalnya.     

Nizam kebetulan memakai pakaian luar dibalik jubahnya. Semacam jacket woll. Nizam melepaskan jacketnya kemudian menghampiri Putri Rheina yang sudah hampir meneteskan air matanya karena malu. Nizam jadi ingin tertawa. Ternyata putri Rhiena tidak segarang kata - katanya. Ketika dalam posisi ini nyatanya Ia malah mau menangis karena malu.     

Nizam kemudian menyuruh para pelayan keluar dari ruangan agar putri Rheina tidak semakin malu.     

Putri Rheina merasakan ada pakaian yang menutupi punggungnya dan Ia melirik ke arah Nizam sambil tersipu - sipu malu Ia berkata, "Terima kasih Yang Mulia.. sunguh Hamba tidak tahu kalau Yang Mulia datang kemari dan menyaksikan hamba menari" Kata Putri Rheina sambil menundukkan kepalanya.      

"Aku hanya ingin tahu kabarmu dan kata penjaga kau sedang menari. Aku jadi senang mendengarnya karena itu tandanya kau sudah sangat baik dan sehat" Kata Nizam sambil mengelus kepala Putri Rheina dengan lembut. Putri Rheina langsung menyenderkan kepalanya ke dada Nizam. Sesaat Nizam merasakan tubuhnya kaku dan Ia ingin menolaknya tapi sebagai seorang suami sangat tidak pantas menolak istrinya sendiri yang ingin bermanja - manja dengannya. Nizam merasa sudah banyak berbuat salah kepada Putri Rheina.     

"Terima kasih Yang Mulia sudah datang melihat hamba menari, Ini seperti mengenang masa lalu ketika hamba sering menari di depan Yang Mulia."     

"Yah.. Aku juga mengingat hal itu tetapi mengapa tarianmu sangat aneh. Aku belum pernah melihatnya " Kata Nizam sambil tersenyum. Putri Rheina semakin malu, Ia semakin membenamkan mukanya ke dada Nizam. Nizam menjadi semakin gerah. Ingin sekali Ia melarikan diri dari situasi canggung ini. Ia serba salah kalau Ia pergi maka Ia mengingkari janjinya untuk tidak menyakiti hati Putri Rheina lagi.     

Hati Putri Rheina masih sangat rapuh, bisa - bisa Ia akan melakukan seperti yang dilakukan oleh Putri Mira. Putri Mira bisa saja bunuh diri tapi kalau Putri Rheina yang melakukan maka Ia tidak akan sanggup menghadapinya.     

"Ketika menjelang pernikahan hamba dengan Yang Mulia, para pelatih menari hamba meminta hamba untuk berlatih tarian ini agar bisa dipersembahkan kepada Yang Mulia. Tapi hamba tidak pernah memiliki kesempatan untuk mempersembahkannya" Air mata Putri Rheina mulai menetes merasakan hatinya yang sangat pedih. Hati Nizam mendadak seperti disayat sembilu.     

"Maafkan Aku Rheina," Bisik Nizam dengan bibir gemetar karena merasa bersalah. Tiga tahun rasanya sudah sangat cukup untuk menyia - nyiakan istri pertamanya. Nizam harus lebih sering memperhatinkannya secara mental dan bukan hanya memberikan limpahan hartanya saja.     

"Hamba melatihnya berbulan - bulan lamanya dan terus berlatih hingga hari ini dan Yang Mulia dapat melihat. Apakah tarian hamba bagus tidak?" Kata Putri Rheina.     

"Bagus.. sangat bagus" Kata Nizam kepada Putri Rheina dengan tulus. Nizam tidak berbohong karena memang tarian Putri Rheina sangat indah. Rasanya tidak ada yang bisa menyamai keindahan tarian Putri Rheina.     

"Hamba senang akhirnya hamba bisa memperlihatkan tarian itu kepada Yang Mulia. Hamba akan mati dengan tenang" Kata Putri Rheina. Ia benar - benar sangat senang, Nizam melihat tariannya. Hanya saja Ia malu dengan pakaiannya. Ia seperti wanita jalang yang memakai pakaian begitu terbuka. Dadanya, perutnya hingga pahanya terlihat jelas.     

"Huss.. jangan bisa bicara sembarangan. Ayo kita duduk. Kau tentu lelah sudah menari begitu lama" Kata Nizam sambil menarik Putri Rheina dari pelukannya kepada Nizam lalu menuntunnya ke meja kecil yang penuh dengan minuman dan cemilan untuk Putri Rheina.     

Putri Rheina menurut dan duduk dihadapan Nizam sambil memegang rapat jacketnya. Nizam jadi sedikit merengut, Ia jadi ingin memprotes kepada Putri Rheina. Mengapa putri itu begitu takut Nizam melihat tubuhnya. Bukankah Ia suaminya sendiri, harusnya Nizam boleh melihat seluruh tubuh Putri Rheina dan bukan hanya sebagian tubuhnya yang terbuka itu.     

Nizam jadi gemas, Ia lalu menarik Putri Rheina agar berdiri dan menariknya ke hadapan Nizam. Putri Rheina sangat terkejut dan Ia berdiri dengan gemetar di hadapan Nizam, jacket itu bahkan terbuka dengan memperlihatkan tubuhnya di hadapan Nizam. Muka Nizam tepat berada di depan dadanya yang molek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.