CINTA SEORANG PANGERAN

Memata - Matai Ayanda Sendiri



Memata - Matai Ayanda Sendiri

0Nizam memejamkan matanya dan melepaskan ciuman Putri Rheina dan kemudian berkata dengan lembut, " Bisakah kau memberikan Aku waktu sebentar lagi. Maafkan Aku, Aku tidak bisa melakukannya sekarang" Kata Nizam sambil mengangkat Putri Rheina dari pangkuannya. Putri Rheina akan marah tapi kemudian Ia menahan amarahnya. Ia tidak mau kalau Ia marah, Nizam malah pergi meninggalkannya. Jadi Putri Rheina kemudian tersenyum manis.     
0

"Tidak apa - apa Yang Mulia, Hamba meminta maaf mungkin hamba sedikit keterlaluan. "     

"Tidak.. bukan seperti itu, hanya saja Aku sedang banyak pikiran"     

"Pasti tentang Putri Mira itu.. Putri itu memang sedikit misterius. Bukan sedikit tapi banyak. Ayahanda bilang, Hamba harus berhati - hati kepadanya."     

"Apakah Paman Salman mengetahui sesuatu tentang putri Mira? " Tanya Nizam tiba - tiba teringat tentang perdana mentri Salman.      

"Hamba tidak tahu pasti tetapi Ayahanda hanya berkata kalau Pangeran Barry pasti tidak akan tinggal diam selama adiknya ada di dalam harem. Tetapi sejauh ini Hamba tidak melihat sesuatu yang mencurigakan"     

"Dan ketika kau menaruh obat pencahar ke makanan Alena apakah kau benar - benar tidak tahu siapa yang telah menukar obatnya" Kata Nizam bertanya sekali lagi untuk memastikan bahwa Putri Rheina benar - benar tidak melupakan satu informasi satupun kepadanya.     

"Siapa yang membantumu untuk membawa obat pencahar dari luar? karena setahuku di dalam harem para putri tidak sembarangan membawa obat dari luar dan kalaupun membutuhkan obat harus berasal dari resep dokter" Kata Nizam kepada Putri Rheina. Putri Rheina jadi tersipu - sipu malu merasa bersalah.     

"Yang Mulia.. Hamba benar - benar sangat membenci Alena dan Putri Kumari. Jadi tadinya hamba pikir kalau Alena sakit perut maka si putri menyebalkan itu akan ditendang dari harem" Kata Putri Rheina dengan kesal.     

"Sst.. jangan mengumpatnya seperti itu. Dia sudah meninggal" Kata Nizam kepada Putri Rheina.     

"Astaghfirulloh, semoga Alloh mengampun dosa - dosa hamba dan Putri Kumari. Hamba merencanakan ini sudah lama. Hamba hanya ingin mempermalukan Alena dan bukan ingin membunuhnya. Hamba meminta Sanita untuk membawakan obat itu untuk hamba."     

"Sanita ? Kepala Harem ?" Wajah Nizam tiba - tiba berubah jadi kelam karena marah. Tapi Putri Rheina langsung berlutut di depan Nizam yang sedang duduk.     

"Tolong jangan hukum dia Yang Mulia.. ini salah hamba. Hamba yang bersalah dan hamba sudah mendapatkan balasannya. Hamba sudah hendak mati di sana. Kalau Yang Mulia menghukum Sanita karena kesalahan hamba, Hamba akan sangat merasa bersalah" Kata Putri Rheina.     

Nizam memandang Putri Rheina dari atas ke bawah. Ia mengerutkan keningnya. Mengapa tingkah Putri Rheina jadi begini baik. Biasanya putri ini suka meledak - ledak, manja, egois dan suka mengorbankan orang lain untuk kepentingannya. Bahkan sampai memecat Fatimah karena gagal melaksanakan perintahnya.     

Tiba - tiba Nizam kembali mencurigai Putri Rheina. Jangan - jangan yang dihadapannya Pangeran Abbash. Nizam langsung menghapus bibirnya dengan penuh rasa jijik. Tapi kemudian Ia mengingat kalau tadi Putri Rheina menceritakan luka di kakinya. Luka itu yang tahu hanya mereka berdua ditambah Ratu Sabrina ketika menginterogasi Putri Rheina. Nizam jadi lega.     

"Kau sedikit berbeda, Rheina. Kau tampak baik sekarang" Kata Nizam sambil menahan tawa melihat perubahan sifat Putri Rheina. Putri Rheina cemberut ditertawakan oleh Nizam.     

"Ini karena hamba hampir mau mati dan bertemu dengan orang - orang yang sudah meninggal. Hamba jadi lebih menghargai orang sekarang karena ternyata kalau mati orang itu tidak akan membawa apa - apa. Mereka hanya akan membawa amalnya. Semua kekayaan, kekuasaan dan kecantikan tidak akan dapat menolong. Hamba sekarang mau jadi orang yang lebih baik" Kata Putri Rheina sambil tersenyum.     

"Tapi kau masih membenci Alena" Kata Nizam. Mendengar nama Alena di sebut Putri Rheina langsung cemberut.     

"Sepanjang dia belum bersedia berbagi Yang Mulia denganku maka Aku akan tetap menyatakan perang kepadanya" Kata Putri Rheina. Tapi kemudian dia terdiam dengan lesu.     

"Tapi hamba tidak munafik. Rasa benci hamba kepada Alena sudah berkurang banyak. Ia memang sudah membantu hamba untuk mendapatkan kehidupan yang kedua. Hamba akan mencoba untuk menghilangkan kebencian dari hati hamba" Kata Putri Rheina.     

"Itu bagus.. agar Aku menjadi tenang di dalam menjalankan pemerintahan." Kata Nizam dengan senang.     

"Yang Mulia.. tolong katakan kepadaku. Apakah Yang Mulia akan menghukum Sanita karena hamba" kata Putri Rheina.     

"Dia adalah kepala Harem. Seharusnya dia tidak boleh membantumu melakukan kejahatan. Dia harus dihukum berat" Kata Nizam sambil mengelus kepada Putri Rheina. Sama seperti halnya Putri Rheina. Hampir matinya Putri Rheina kemarin membuat Nizam lebih perhatian dan menyayangi Putri Rheina karena takut kalau tiba - tiba Putri Rheina benar - benar akan mati dengan membawa ketidak adilan baginya.     

"Tapi hamba yang salah.." Kata Putri Rheina.     

"Dia adalah kepala harem. Semua wewenang harem ada ditangannya. Karena dia mau kau ajak sekongkol maka kematian Putri Kumari tidak dapat dihindari dan hampir mencelakakan Alena." Nizam tiba - tiba terbangkit lagi amarahnya karena insiden itu hampir mencelakai Alena.     

"Hamba sangat menyesal.. Yang Mulia. Hamba berjanji tidak akan melakukan kejahatan lagi. Please Yang Mulia" kata Putri Rheina sambil menengadahkan mukanya yang cantik itu ke wajah Nizam. Kalau dulu mungkin Nizam akan mengomelinya dan tidak akan memberikan ampun tapi ketika teringat bagaimana Putri Rheina hampir mati maka Ia jadi tidak tega.     

"Baiklah.. asalkan kau mau melakukan satu hal untukku" Kata Nizam tiba - tiba.     

"Apakah itu? " Kata Putri Rheina dengan mata berbinar - binar.     

"Aku merasa khawatir kau ada disini dan Aku juga tidak bisa menyimpanmu di istanaku. Maukah kau pulang dulu ke rumah orang tuamu?" Kata Nizam kepada Putri Rheina.     

"Apakah Yang Mulia tidak hendak mengusir hamba?" Kata Putri Rheina sambil berkaca - kaca.     

"Tentu saja tidak. Bagaimana Aku akan mengusirmu kalau statusmu adalah istriku yang sah. Aku hanya khawatir kau dicelakai orang lagi pula kalau kau ada di rumah orang tuamu, Aku akan tenang. Biar Aku yang akan berbicara dengan Paman Salman. Pasti dia mengerti" kata Nizam.     

"Yang Mulia.. apakah hanya itu perintahnya?" Kata Putri Rheina. Nizam menggelengkan kepalanya. Ia lalu menundukkan mukanya dan berbisik di telinga Putri Rheina.     

"Aku ingin selama di sana Kau melaporkan kepadaku siapa saja yang bertemu dengan ayahmu dan kalau bisa kau curi dengar pembicaraannya" Kata Nizam kepada Putri Rheina. Ia lalu berkata dengan perlahan - lahan.     

Mata Putri Rheina terbelalak, "Yang Mulia meminta hamba untuk memata - matai Ayahanda?" Kata Putri Rheina dengan muka pucat. Nizam menganggukan kepalanya sambil tersenyum merayu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.