CINTA SEORANG PANGERAN

Bekas Lipstick di Bibir Nizam



Bekas Lipstick di Bibir Nizam

0" Yang Mulia.. apakah Yang Mulia sedang tidak enak badan?" Kata Maya kepada Alena yang sedang duduk sambil termenung.     
0

"Kau tahu, kalau suamiku hendak menikahi Putri Mira" Kata Alena kepada Maya. Maya terdiam sambil menghela nafas, Ia masih belum jelas dengan berita ini karena masih simpang siur.     

"Hamba baru mendengarnya, Tapi kalau memang itu terjadi dan Yang Mulia tidak suka. Izinkan hamba membunuhnya maka akan hamba bunuh dia sekarang juga. Palingan hamba akan di hukum mati." Kata Maya dengan wajah datar. Alena tercengang mendengar perkataan Maya.      

Seumur hidupnya baru kali ini ada orang yang memandang kematian seperti memandang sebutir permen. Begitu ringan seakan tidak ada harganya saking murahnya. Ia sendiri begitu menderita tetapi tetap saja tidak ingin mati.      

"Apa kau gila Maya, mana mungkin aku meminta kematianku hanya untuk membuatku bahagia. Tidak !! Aku tidak ingin kau melakukan apapun. Kali ini Aku tidak ingin berkonfrontasi dengan Putri Mira. Dia adalah adiknya Pangeran Abbash. Pangeran Abbash memiliki banyak jasa kepadaku. Aku tidak ingin disebut orang yang tidak tahu membalas budi" Kata Alena dengan lemah.     

"Tapi, kalau sampai balas jasa itu harus mengorbankan cinta yang Mulia, Hamba rasa itu sangat tidak masuk di akal"     

Alena tetap menggelengkan kepalanya, "Aku sudah banyak dikecam orang karena gara - gara kehadiranku maka suasana istana jadi kacau. Dan Bahkan Aku mendengar kalau sejak kedatanganku banyak sekali kasus yang terjadi. Dan Aku malah membuat suamiku kehilangan kepercayaan dari rakyatnya.      

Mungkin untuk kali ini Aku hanya akan diam. Diam adalah emas walaupun hatiku sakit" Kata Alena sambil kembali menghela nafas. Maya menuangkan teh ke dalam gelas lalu menuangkan madu ke dalamnya serta menyimpan beberapa daun mint ke atasnya.     

"Minumlah Yang Mulia, Hamba yakin penderitaan ini tidak akan lama. Yang Mulia jangan khawatir, hamba akan melakukan sekuat tenaga agar Yang Mulia tidak tersakiti lebih dalam lagi" Kata Maya sambil memberikan daun teh ini kepada Alena.     

Alena mengambilnya dan meminumnya. Aroma teh dan manisnya madu langsung menciptakan kesegaran bagi Alena.     

"Yang Mulia, apakah Yang Mulia tidak berniat untuk datang keruangannya. Mungkin Yang Mulia akan berbicara kepadanya" Kata Maya sambil menyodorkan buah anggur kepada Alena.     

"Aku tidak bisa pergi ke ruangannya apalagi dengan hati yang sedang sedih dan emosi seperti ini. Aku takut dia sebenarnya tidak gila"     

"Yang Mulia tahu tentang itu?" kata Maya dengan sangat terkejut.      

"Aku tidak tahu dengan jelas tetapi Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya. Aku pernah berlatih menari dengannya ketika Aku dan yang lainnya harus mempersembahkan tarian di malam kesucianku untuk Nizam.     

Orangnya pendiam dan tidak banyak bicara tapi dia berlatih dengan sungguh - sungguh. Ia juga sempat menyapaku dan tampak sangat baik. Jadi sebenarnya Aku sendiri tidak percaya kalau Ia melakukan hal itu. Tapi waktu bisa merubah segalanya.     

Aku tidak ingin membuka konfrontasi dengannya. Aku tidak mau dicap sebagai wanita pembuat onar. yang tidak tahu diri, serakah dan egois. Mungkin cintaku harus mengalah. "     

Maya jadi merasa sangat sedih, "Yang Mulia.. izinkan besok hamba akan pergi ke kerajaan Zamron"      

"Untuk apa ? Kau ingin menemui Pangeran abbash ?" Kata Alena tercekat.     

"Aku ingin bicara agar dia jangan diam saja. Bawa adiknya keluar dari harem. Karena adiknya itu hanya akan menciptkan kesedihan bagi Yang Mulia" Kata Maya dengan muka gemas dan mata berapi - api.     

"Jangan.. jangan kau lakukan itu. Ya Tuhan.. Aku akan sangat malu kalau harus mengemis cinta Nizam kepadanya" kata Alena sambil menggelengkan kepalanya.     

"Apa maksudnya dengan mengemis cinta Yang Mulia Nizam kepadanya?" Kata Maya kepada Alena dengan kening berkerut.     

"Kalau Kau meminta Pangeran Abbash untuk menyingkirkan adiknya sendiri dari harem maka Aku takut dia akan menganggapku tidak sanggup memperjuangkan cintaku sendiri. Aku tidak berdaya sehingga haru meminta orang lain untuk menyingkirkan sainganku" Kata Alena.     

"Apa Yang Mulai takut kehilangan muka di hadapan Pangeran Abbash?" Kata Maya kepada Alena dengan polos dan wajah Alena langsung merah padam. Ia malu mengakui kalau Alena takut kehilangan harga dirinya dihadapan Pangeran tampan itu.      

"Jangan bicara seperti itu, Nanti akan terdengar oleh orang lain dan akan menimbulkan salah penafsiran" Kata Alena kepada Maya.     

Tapi tiba - tiba dari arah pintu Nizam sudah muncul dan berkata, "Tentu saja akan ada salah penafsiran. Karena dari kata - katamu Aku sudah menafsirkan kalau Kau memang tidak ingin Pangeran Abbash tahu kau akan kalah bersaing dengan adiknya sehingga Kau meminta bantuannya untuk menyingkirkan Putri Mira" Kata Nizam sambil cemberut.     

Maya langsung berdiri memberikan hormat kepada Nizam. Nizam melambaikan tangannya menyuruh Maya keluar. Maya segera undur diri dengan wajah khawatir tetapi Ia tidak berani mengatakan apa - apa. Apalagi melihat wajah Nizam yang kelam.     

Alena memandang Nizam dengan perasaan malas.      

"Aku merasa yakin kalau kau memang mencintai Pangeran Abbash" Kata Nizam sambil mendekati Alena. Ia memegang dagu Alena dan mendongakkan wajahnya agar bisa melihat wajahnya dengan jelas.     

"Menuduh istri sendiri mencintai pria lain dengan tubuh berbau parfum wanita. Jadi sebenarnya siapa yang bersalah?" Kata Alena sambil menepiskan tangan Nizam. Nizam langsung mengangkat lengannya dan mencium - cium pakaiannya. Nizam menjadi sedikit tegang ketika Ia menyadari kalau parfum Putri Rheina tertinggal di pakaiannya.     

"Aku sedang melaksanakan suatu misi sehingga harus ke ruangannya" Kata Nizam sambil tersenyum. Ia tidak jadi marah kepada Alena karena kesalahannya kepada Alena lebih besar dari kesalahan Alena kepada dirinya.     

"Misi apaan ? Sampai parfumnya menempel seperti itu" Kata Alena sambil mendorong tubuh Nizam. Alena mulai emosi mencium betapa wanginya Nizam. Wangi asing yang tidak Ia kenal sebelumnya     

"Aku sedang menyelidiki ayah mertuaku" kata Nizam. Nizam berusaha bersikap tenang dan berusaha mengatasi keadaan huru - hara yang mungkin akan terjadi kalau Alena mengetahui kejadian sebenarnya.     

"Memangnya kenapa dengan Perdana Menteri Salman?" Alena jadi sedikit tertarik. Mendadak Ia lupa dengan wangi tubuh Nizam.      

"Aku mencium sesuatu yang aneh dengan tingkahnya. Sehingga Aku menyuruh Putri Rheina untuk pulang ke rumahnya dan melaporkan tingkah Ayahnya kepadaku" Kata Nizam sambil mengambil cangkir teh Alena yang masih tersisa setengahnya. Lalu Ia meminumnya. Nizam senang karena Alena tertarik mendengar ceritanya. jadi Ia menatap wajah Nizam yang sedang meminum tehnya.     

Tetapi kemudian Alena langsung berteriak ketika Ia baru sadar kalau di bibir Nizam ada bekas lipstick.     

"NIZAAM !!!! " Alena berteriak histeris. Badannya gemetar ketika menyadari kalau Nizam pasti sudah mencium Putri Rheina.     

"Apa ? Ada apa?" Kata Nizam kaget. Melihat Alena melotot sambil menunjukkan jarinya ke mukanya. Ekspresi Alena seperti melihat hantu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.