CINTA SEORANG PANGERAN

Sedang Memberikan Adik kepada Axel dan Alexa



Sedang Memberikan Adik kepada Axel dan Alexa

0Nizam tidak bisa berkata apa-apa lagi. Alena mengambil jubah Nizam yang tergeletak di lantai. Lalu memberikan kepada Nizam.      
0

"Keluarlah.. jangan sampai Aku semakin kalut. Biarkan aku sendiri" kata Alena dengan dingin.     

" Jangan seperti itu Alena? Apakah Aku harus tidur di luar?" Tanya Nizam sambil memakai pakaiannya.     

"Lha..mengapa harus tidur di luar. Ini adalah istana bukan rumah tipe sangat sederhana sekali yang hanya punya satu kamar. Yang Mulia bisa tidur di mana saja atau bahkan di dalam Harem istri yang Mulia begitu banyak. Jadi yang Mulia bisa tidur di mana saja" Kata Alena dengan kesal.     

Nizam merengut," Aku membawa kau ke sini agar Aku bisa tidur di sampingmu setiap hari. Tapi kau malah tega mengusirku. Teganya Kau Alena.... " Kata Nizam.     

"Tega?? Tega apanya? Kau yang tega pamer - pamer kemesraan kepada ku"     

"Aku tidak sengaja Alena, Tolong pahami permasalahanku."     

" Aku sangat paham, secara posisi dan keadilan Aku tidak berhak melarang mu berbagi kasih sayang dengan istrimu karena Aku juga perempuan. Bahkan dalam posisi ini sebenarnya Akulah perebut suami Putri Rheina.     

Aku juga tidak bisa menyalahkanmu karena kau juga tidak bersalah. Tetapi secara manusiawi Aku adalah manusia biasa yang memiliki perasaan. Aku tidak bisa memanipulasi diriku sendiri kalau Aku begitu sakit membayangkan Kau menyentuh Putri Rheina.     

Yang Mulia maafkan Aku karena Aku tidak bisa menerima ini" Kata Alena dengan wajah sedih.     

Nizam tertunduk, Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena apapun kata Alena itu benar adanya. Sehingga Nizam kemudian berbicara,     

"Kau benar, sayangku. Aku terlalu egois memaksakan mu untuk memaafkan Aku. Maafkan Aku, Alena. Bairkan Aku pergi dulu sampai Kau mau memaafkan Aku" Kata Nizam.     

Alena menatap kepergian Nizam dengan hati sedih tapi baru saja Nizam membuka pintu, dilihatnya ada sosok tubuh berpakaian biru tua bersulam emas.     

Nizam dan Alena sangat terkejut melihat sosok tubuh itu. Nizam langsung menegakkan tubuhnya dengan penuh hormat lalu membungkukkan badannya seraya mengambil tangan orang itu. Menciumnya dengan lembut disertai ucapan salam.     

Alena melihat Nizam seperti itu tidak kalah kagetnya tapi ketika dilihatnya wajah orang itu, Alena mengikuti apa yang lakukan oleh Nizam.     

"Semoga kebahagiaan selalu bersama kalian" kata orang itu sambil masuk ke dalam walaupun tanpa disuruh. Alena dan Nizam hampir bersamaan mengucapkan amin. Mereka jadi saling pandang tetapi Alena langsung membuang muka. Sehingga Nizam kemudian pura - pura mempersilahkan ibundanya untuk masuk padahal ibunya sudah masuk tanpa Nizam persilahkan masuk.     

"Silahkan Ibunda, " Kata Nizam sambil sedikit pucat, Ia melirik Alena yang membuang muka dengan sangat gelisah. Ia takut kalau Alena tidak bisa mengontrol emosi dan memperlihatkan kalau mereka sedang bertengkar.     

"Latifa.. Aku sedikit merasa kepanasan. Tolong besarkan AC dan berikan Aku air minum berupa lemon mint. " Kata Ratu Sabrina sambil duduk dengan gaya yang elegan.     

Nizam dan Alena hanya berdiri dengan hormat tidak berani duduk sebelum dipersilahkan.     

Nizam merasakan udara disekitarnya yang sudah panas bertambah panas. Melihat dari raut wajah Ibunya yang begitu masam. Nizam tahu Ibunya sedang sangat marah kepadanya.     

"Duduk lah! " Kata Ratu Sabrina kepada Nizam dan Alena. Nizam dan Alena hampir bersamaan mengucapkan terima kasih sambil duduk.     

" Ananda harap kalian sudah menebak mengapa Aku kemari" Kata Ratu Sabrina. Nizam menghela nafas perlahan seakan takut terdengar helaan nafas gelisahnya oleh ibunya.     

" Ananda terlalu bodoh untuk bisa menebak apa isi hati Ibunda, wanita tercerdas di Azura" Kata Nizam sambil tertunduk. Ibunya sedikit mengerutkan bibirnya mendengar pujian Nizam. Memuji tetapi dengan raut wajah yang begitu mencurigakan.     

"Mengapa wajah ananda  begitu berkerut seperti itu? Padahal disampingmu ada wanita yang paling ananda cintai" Kata Ratu Sabrina tiba - tiba berbicara sinis.     

"Ananda hanya sedikit kaget karena kedatangan Yang Mulia" Kata Nizam sambil mencoba tersenyum dan kemudian dengan lembut meraih tangan Alena. Alena mengejang marah merasakan tangan Nizam memegangnya. Sepintas terlihat sangat lembut tetapi sesungguhnya Nizam memberikan penekanan sehingga ketika Alena hendak menariknya, Alena tidak bisa menariknya.     

Ratu Sabrina mengkerutkan keningnya melihat Nizam memegang tangan Alena dengan tidak tahu malu. Ia jadi menuduh yang tidak - tidak kepada Alena dan Nizam. Jangan - jangan tadi Nizam dan Alena sedang melakukan sesuatu sehingga ketika dia datang Nizam tampak tidak suka. Apalagi kemudian Ratu Sabrina melihat baju Nizam yang kusut dan letak kerahnya sedikit terlipat.     

Nizam memang terburu - buru saat memakai pakaiannya sendiri karena hatinya sedang galau. Apalagi biasanya Nizam berpakaian dibantu oleh para pelayan. Ketika tersadar dengan prasangkanya sendiri Ratu Sabrina menjadi merona merah. Nizam anaknya itu adalah anaknya yang sangat sehat dan gagah. Tentu saja Ia memiliki kekuatan dan kapasitas dalam menghadapi wanita.      

Andaikan Nizam tidak tergila - gila dengan Alena tentu sekarang di harem akan banyak putri yang hamil dan istananya akan memiliki banyak bayi. Ia akan memiliki banyak keturunan yang sehat, kuat dan pintar seperti Nizam. Ia pasti akan memiliki banyak sekutu. Sayangnya di usian Nizam yang sudah hendak mendekati kepala tiga, Nizam baru memiliki dua anak. Sungguh menyia - nyaikan anugrah kekuatan yand dimiliki Nizam.     

"Apa tadi kalian sedang melakukan pertemuan?" Kata Ratu Sabrina sambil meminum tehnya. Sekarang Nizam yang tampak merona dan Alena malah merah padam. Dan Alena langsung ternganga ketika Nizam malah berkata dengan ekpresi malu - malu.     

"Ah.. Ibunda sungguh ibu sejati, selalu tahu apa yang anaknya lakukan. Kami memang sedang mencoba untuk memberikan Pangeran Axel dan Putri Alexa adik yang baru. " Kata Nizam sambil melirik Alena dengan mesra.     

Tapi balasan Alena adalah menginjak kaki Nizam sekuat tenaga sehingga Nizam sampai hampir mau meneteskan air matanya saking sakitnya. Tapi sambil menahan sakit Nizam malah mencoba tersenyum. Nizam menampilkan senyum di atas penderitaan.     

Wajah kesal Ratu Sabrina mendadak menjadi cerah mendengar perkataan Nizam. Ia tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya,     

"Dasar anak nakal, tidak tahu malu. Berani - berani kau berkata jujur seperti itu. Pantas saja di bibirmu itu ada bekas.. akh.. sudahlah. Ananda benar - benar tidak tahu malu" Kata Ratu Sabrina sambil menunjuk bibir Nizam ternyata masih ada bekas lipstick. Nizam lagi - lagi mengumpat. Perasaan Ia sudah menghapus bibirnya dengan benar tetapi ternyata tetap masih ada bekasnya. Tangan Nizam yang sedang memegang tangan Alena jadi gemetar karena marah,.     

' Aku tidak akan tenang hidup sebelum mencambuk Sanita' Bisik Nizam dalam hatinya. Ia benar - benar sangat marah kepada kepala Haremnya. Sanita sudah membantu Putri Rheina mendapatkan obat pencahar dan Ia sudah menyediakan lipstick murahan terhadap para putri di dalam harem.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.