CINTA SEORANG PANGERAN

Menyelamatkan Nizam



Menyelamatkan Nizam

0"Yang Mulia.. ini sudah membahayakan" Kata Darbah sambil terengah - engah. Tangannya sudah kesemutan karena mencambuki Nizam tetapi Ratu Sabrina hanya diam membeku. Ratu Sabrina menunggu Nizam mengatakan kalau Ia menyerah dan akan membiarkan Alena kembali ke dalam harem.     
0

"Ibunda Ratu, Hamba mohon. Hentikan cambukannya dan biarkan hamba kembali ke dalam harem" Kata Alena akhirnya. Ia merasa ketakutan kalau Nizam benar - benar akan mati dicambuk ibunya.     

"TIDAK !! Alena hanya boleh berada di dalam Istanaku. Dia tidak boleh pergi kemanapun" Kata Nizam dengan suara lemah.     

"KAU JANGAN BODOH!! Aku tidak ingin tinggal di dalam istanamu. Aku tidak apa - apa. Aku mampu melindungi diriku sendiri" Teriak Alena dengan histeris. Ia berlutut di kaki Ibu mertuanya dan meratap.     

"Demi Tuhan Ibunda, Ini semua salah hamba. Hamba akan pulang saja ke Indonesia. Hamba tidak keberatan kalau harus pergi dari sisi Pangeran Nizam asalkan Ibunda bersedia mengampuni nyawanya" Ratap Alena sambil bercucuran air mata. Ia sudah lupa kalau Ia pergi maka Ia akan meninggalkan anak - anaknya.     

Maya terkesiap mendengar perkataan Alena. Ia tidak mengira kalau Alena akan mengatakan itu semua. Cintanya kepada Nizam sudah membuat Ia lupa kalau Ia akan membuat pengorbanan besar kalau harus meninggalkan Azura.     

"Ini semua salah Hamba, Bukan salah Nizam, Ibunda. Biarkan hamba pergi. Hambalah pusat permasalahan di dalam harem. Jika tidak ada hamba mungkin semua akan berjalan sesuai dengan keinginan ibunda. Izinkan hamba pergi.     

Hamba tidak sanggup melihat Nizam disiksa seperti itu. Hamba akan pergi seorang diri. Hamba tidak keberatan menyerahkan anak - anak hamba. Ibunda Yang Mulia.. hamba berjanji akan pergi. Tolong ampuni nyawa Nizam" Kata Alena sambil menangis. Ia berusaha mencium kaki ibu mertuanya tapi Nizam malah berteriak.     

"TIDAAAK.. Aku akan mati jika Ibunda melakukan itu. Aku bersumpah akan mati jika Ibunda membiarkan Alena pergi" Teriak Nizam dengan kalap. Bagaimana mungkin Alena berkata akan meninggalkannya dan anak - anaknya. Pergi ke Harem saja Nizam tidak setuju apalagi kalau harus pulang ke Indonesia dan bercerai dengannya.     

Ratu Sabrina jadi semakin marah mendengar perkataan Alena dan Nizam. Ratu Sabrina tidak perlu apapun yang akan dilakukan dan dikatakan oleh Alena. Karena Ia hanya butuh komitmen dari Nizam. Jelas saja Ratu Sabrina bukan orang yang bodoh. Ia tidak mungkin mengikuti perkataan Alena. Karena kalau Alena pergi sama saja Ia membiarkan Nizam mati.     

Anaknya sudah kehilangan akal sudah tentang Alena dan ini memang terlalu berlebih - lebihan. Jadi ibarat umpan dan Nizam mangsa tidak mungkin Ia membiarkan umpan itu pergi jadi jalan yang terbaik adalah memang membiarkan umpan itu selalu ada disisi pemangsanya agar Ia dapat mengendalikannya. Tetapi Nizam sunguh bukan boneka yang mudah dikendalikan seperti ayahnya Raja Al-Walid.     

Nizam terlalu keras seperti dirinya. Ibaratnya Nizam adalah adalah baja dan drinya adalah besi. Jika mereka saling dipukulkan maka mereka tidak akan dapat saling mengalahkan tetapi jika dilebur mereka akan bersatu. Hanya saja untuk melebur bersama itu sangat sulit karena mereka memiliki cara yang berbeda untuk meraih kepentingan yang sama.     

"Seret Alena dari hadapanku." Kata Ratu Sabrina memerintahkan para pengawalnya menyeret Alena dari hadapan Ratu Sabrina. Alena berteriak,     

"Tidak jangan !! Ibunda !! Biarkan Hamba saja yang dicambuk. Ini sudah cukup ! Nizam bisa mati Ibunda.." Teriak Alena sambil meronta - ronta. Tetapi Pengawal itu akan membopongnya. Pengawal itu adalah pengawal laki - laki dan itu membuat Nizam semakin histeris.     

"Jangan sentuh istriku ! Aku akan memotong tangan kalian !" Kata Nizam sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya. Ratu Sabrina jadi tegang melihat Nizam mengamuk. Maya yang terkesima segera berlari dan menarik tangan Alena dari kedua pengawal itu.     

Alena melirik ke arah Maya sebelum kemudian Ia pingsan dalam pelukan Maya.     

"Jangan khawatir Yang Mulia, Hamba akan menjaga putri Alena" Kata Maya sambil menggendong Alena dan membawanya pergi setelah Ia membungkukkan tubuhnya memberikan hormat kepada Ratu Sabrina dan Nizam. Nizam sedikit tenang melihat Maya yang mengamankan Alena.     

"Ibunda luar biasa..hebat " Kata Nizam sambil terengah - engah. Ia sudah sangat emosi tetapi Ia masih sangat sadar kalau dihadapannya ini adalah ibunya sendiri.     

"Cambuk lagi..!! " Kata Ratu Sabrina semakin geram karena Nizam malah menyindirinya sebagai orang yang luar biasa.      

"Yang Mulia.. " Darbah tampak mengangkat cambuknya tapi Ia melihat punggung Nizam sudah terkelupas di sana sini. Darah semakin banyak. Darbah jadi tidak berani mencambukkan lagi cambuknya tapi Ratu Sabrina berteriak,     

"Cepat !! " Teriaknya sehingga Darbah langsung mengayunkan kembali cambuknya dan kali ini Nizam langsung memuntahkan darah. Darbah mengigil, sambil kembali mengangkat cambuknya tetapi kemudian Ia melihat seseoarang berlari dari arah luar dengan cepat menerobos masuk kemudian dengan kekuatan penuh Ia menangkap cambuk yang sedang terayun itu.     

Darbah ternganga melihat cambuknya ditangkap seseorang. Apalagi kemudian Ia merebut cambuk itu kemudian menariknya hingga membuat tubuh Darbah langsung terjungkal ke depan dan jatuh tepat di kaki Ratu Sabrina.     

Latifah berteriak histeris saking kagetnya dan Ratu Sabrina berdiri dengan wajah sangat pucat. Seseorang berambut cepak dan memakai pakaian hitam - hitam berdiri di depan Nizam dengan muka sangat hitam saking marahnya.     

"KAU ARANI !! Beraninya Kau !! " Ratu Sabrina mengangkat telunjuknya ke arah Arani saking marahnya. Arani membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Ratu Sabrina sambil berkata,     

"Ampuni hamba Yang Mulia, tapi jika sampai nyawa Yang Mulia Pangeran Nizam hilang dari tubuhnya maka hamba akan memberontak bersama seluruh pasukan yang berada di bawah kekuasan hamba. Hamba akan mati bersama Yang Mulia Pangeran Nizam " Kata Arani dengan muka dingin.      

Ratu Sabrina menurunkan telunjuknya yang menunjuk Arani dengan muka kusut. Apa yang dikatakan Arani tidak bisa dianggap remeh. Arani, Amar dan Pangeran Al - Rasyid memegang sebagian besar pasukan tempur mereka dan mereka adalah orang - orangnya Nizam maka sudah dapat dipastikan kalau Nizam mati maka semuanya akan memberontak.     

Dan jika Arani mengatakan Ia akan mati bersama Nizam itu maksudnya adalah mereka akan memberontak sampai ada yang mati atau kalah diantara kedua belah pihak. Dan ini akan menjadi chaos yang sangat rumit dan akan menghancurkan Azura dalam sekali tindakan.     

Ratu Sabrina menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aku ini ibunya. Tidak usah kau ancam seperti itu. Mana mungkin seorang ibu bisa membunuh anaknya sendiri. Kau terlalu berlebihan" Kata Ratu Sabrina sambil tersenyum. Arani kembali membungkukkan badannya.     

"Terima kasih atas bimbingan Yang Mulia Ibunda Ratu. Yang Mulia memang selalu menjadi yang terbaik. Jika tidak keberatan izinkan hamba membawa Yang Mulia Pangeran Nizam ke istananya" Kata Arani sambil tetap membungkukkan badannya.     

"Pergilah ! Obati dia.. Nanti Aku akan datang melihatnya" Kata Ratu Sabrina sambil pergi di ikuti oleh Latifa yang mengucapkan Alhamdulillah berkali - kali. Darbah yang terjungkal tadi langsung merangkak menuju kaki Arani.     

"Jendral Arani.. Aku hanya melaksanakan perintah Ratu Sabrina. Tolong ampuni Aku" Kata Darbah sambil menangis ketakutan. Tubuh yang seperti Goliath itu gemetar di bawah kaki Arani. Tubuhnya yang besar itu hampir tiga kali lipat besarnya dari Arani tetapi Ia tidak malu meratap di kaki Arani. Arani lebih menakutkan dari Ratu Sabrina.     

Arani menggerakan kakinya. Ia menendang bahu Darbah hingga Darbah kembali terjungkal ke belakang.     

"Pergillah ! Jangan tampakkan wajahmu di hadapanku untuk beberapa saat. Aku bisa emosi melihatnya" Kata Arani sambil melepaskan rantai yang merantai tangan Nizam. Nizam langsung ambruk ke pelukan Arani begitu tangannya dilepaskan. Nizam pingsan karena memang terlalu sakit dan banyak mengeluarkan darah.     

Arani menangkap tubuh Nizam dengan hati hancur. Air matanya hampir menetes saking sedihnya. Ia lalu membawa Nizam dengan menggendongnya. Ia membawa Nizam kembali ke istananya. Dalam hatinya Arani berbisik, 'Cintamu pada Putri Alena begitu banyak cobaan dan rintangan. ini terlalu menyakitkan dan menyedihkan' kata Arani dalam hati sambil sangat sedih. Ia melihat kedua pengawal Nizam yang tidak berdaya berjalan di belakang Arani.      

"Aku akan segera menyiapkan pengobatan Yang Mulia" Kata Fuad tiba - tiba kepada Arani.      

"Pergilah !" Kata Arani kepada Fuad. Dan Fuad langsung berlari untuk mengkondisikan ruangan perawatan di istana Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.