CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Rheina Harus Tahu Diri



Putri Rheina Harus Tahu Diri

0Putri Rheina baru saja memberikan petunjuknya kepada para pelayannya agar membereskan semua barang - barang yang akan di bawanya pulang ke rumah orang tuanya tetapi kemudian Ia melihat pelayannya berlari ke arah nya dengan tergesa - gesa. Bahkan Ia hampir terjatuh karena menabrak kursi yang ada di depannya.     
0

"Yang Mulia.. Yang Mulia..." Teriak pelayan itu sambil terengah - engah     

"Demi Tuhan! Apa yang terjadi? Apa ada kebakaran atau gempa bumi ?" Kata Putri Rheina dengan kesal, Ia hampir terpelanting karena kaget.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam.. Yang Mulia Pangeran Nizam.." Kata pelayan itu sambil memegang dadanya. Putri Rheina yang sekarang sedikit berbeda dengan waktu sebelum koma. Ia sekarang tidak terlalu pemarah dan sedikit tenang. Dia waktu itu hampir mati sehingga Ia kini lebih bersabar menghadapi orang - orang. Sungguh perubahan yang sangat baik.     

"Ada apa ? Apa yang terjadi ?" Mendengar nama Nizam disebut. Putri Rheina seketika panik. Ia langsung menguncang - guncangkan bahu si pelayan sambil ikut histeris.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam di cambuk Ratu Sabrina sampai hampir mau mati?" Kata Si pelayan ikut panik.     

"APAA ? Apa yang terjadi ? Mengapa bisa?" Putri Rheina segera berlari ke luar dari ruangan dan akan mencari Nizam tetapi kemudian Ia berbalik lagi.     

"Dimana Yang Mulia sekarang?" kata Putri Rheina baru sadar kalau istana ini begitu luas. Bisa seminggu muter - muter kalau tidak tahu tempatnya.     

"Di istana Yang Mulia" Kata Pelayannya.     

'Oh iya.. bodohnya Aku" Kata Putri Rheina sambil kemudian pergi meninggalkan ruangannya di dalam harem di ikuti oleh para pelayan dan asistennya.     

Jalannya Putri Rheina itu seperti para putri yang lainnya begitu lembut dan seakan tidak menginjak tanah saking halusnya jalan mereka. Kepala harus lurus, badan tegak. Pinggul tidak boleh terlalu berlenggak - lenggok seperti itik buruk rupa. Dan pandangan ke depan serta wajah harus datar dengan senyum tidak boleh memperlihatkan gigi.     

Tetapi kali ini Putri Rheina sudah melupakan semua etika berjalan keputriannya yang Ia pelajari begitu Ia bisa menginjak kaki di bumi. Ia berlari hingga pakaiannya berkibar. Untungnya Ia masih sempat menutupi pakainnya yang sedikit terbuka dengan jubah yang selalu dikenakan setiap Ia melangkah keluar dari dalam harem. Kerudung juga menutupi rambutnya.     

Air matanya sudah mulai menetes membayangkan bagaimana Nizam di cambuk oleh Darbah. Ketika Ibu mertuanya sudah mengeluarkan Darbah maka jarang ada orang yang selamat dari cambukannya. Kalaupun ada yang selamat maka membutuhkan waktu yang lama untuk pulih.     

Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Nizam sehingga ibunya begitu tega mencambuknya. Putri Rheina tidak habis mengerti. Mengapa Ibu mertuanya jadi sangat kejam seperti itu. Ia mencambuk putranya sendiri. Putra satu - satunya. Apa ibu mertuanya sudah gila sekarang.     

Ratu Rhiena terus berkata - kata hingga Ia sampai di istana Nizam. Di Istana itu tampak sangat panik dan para pelayan tampak menangis terisak - isak. Putri Rheina semakin histeris dan panik. Dalam pikirannya Ia sudah membayangkan kalau Nizam pasti sudah mati.     

Jadi ketika Ia sudah sampai di dalam istana semua mata segera tertuju kepadanya. Termasuk Nayla, Maya, Amar, Cynthia dan semua orang. Putri Rheina tertegun di tatap oleh semua orang yang Ia anggap orang - orang yang bukan berada di pihaknya. Apalagi semua mata menatap ke arahnya dengan kening berkerut. Putri Rheina jadi merasa terintimidasi.      

Kalau saja Ia, Putri Rheina yang dulu mungkin Ia sudah marah - marah dan menerobos masuk tapi sekarang Ia mulai menyadari kalau orang - orang yang berada di pihak Alena sangat banyak. Ia menjadi merasa tidak ada apa - apanya dibandingkan dengan Alena. Jadi dengan wajah sedih Putri Rheina tiba - tiba menangkupkan tangannya di dadanya sambil memelas.     

"Aku tahu, Aku bukanlah seseorang yang diinginkan kalian untuk berada di sini. Tetapi Demi Tuhan, Aku tidak bermaksud untuk memperkeruh suasana. Aku hanya ingin mengetahui bagaimana nasib Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata Putri Rheina sambil menangis.     

Orang - orang hanya terpaku dan belum berani mengucapkan sepatah katapun ketika Putri Rheina tiba - tiba berlutut di depan semuanya membuat Pangeran Thalal yang ikut terpaku sangat terkejut. Walau bagaimanapun kedudukan Putri Rheina lebih tinggi dari semuanya dan Ia berada di bawah kedudukan Nizam dan Alena. Jadi Pangeran Thalal segera memburunya dan mengangkat bahunya.     

"Kakak Putri Rheina. Tolong untuk tidak melakukan itu semua. kakak adalah istri dari Kakak Nizam. Silahkan untuk melihat keadaanya. Tetapi.." Kata Pangeran Thalal dengan hati teriris. Ia sangat iba kepada Putri Rheina yang memasang wajah memelas itu. Biasanya Putri Rheina ini sangat sulit dilihat karena Ia hampir tidak pernah menampakkan mukanya di luar harem.     

Kalaupun keluar wajahnya selalu tertutup, Pangeran Thalal hanya pernah beberapa kali melihat wajahnya. Dan Pangeran Thalal kini dapat melihat betapa menyedihkan wajah cantik yang ada dihadapannya ini. Matanya sembab, mukanya pucat dan tubuhnya gemetar. Putri Rheina tampak sangat ketakutan kehilangan Nizam yang baru - baru ini bersikap manis kepadanya.     

"Tetapi apa ? Apakah Aku tidak boleh melihatnya? Apakah Aku tidak layak ? Tapi kalau memang Aku tidak layak, Aku tidak apa - apa. Tapi beritahukan kepadaku bagaimana kabar Yang Mulia? Aku bisa mati karena sedih kalau seandainya Aku tidak mengetahui kabarnya" Kata Putri Rheina sambil menatap wajah Pangeran Thalal.      

Pangeran Thalal hanya dapat menelan ludah untuk membasahi tenggorokkannya yang mendadak kering bagaikan gurun pasir di musim kemarau. Bagaimana bisa Ia mengatakan kalau di dalam ada Alena yang sedang menunggui Nizam siuman sambil menangis tiada henti.     

Bagaimana bisa Pangeran Thalal juga meminta izin kepada Alena agar Putri Rhiena bisa menemui Nizam kalau itu malah akan membuat Alena jadi semakin sedih. Ia juga tidak bisa mengatakan kepada Putri Rheina tentang kondisi Nizam.      

Pangeran Thalal sungguh tidak akan tega kalau harus membiarkan Putri Rheina pergi meninggalkan istana Nizam tanpa melihat bagaimana kondisi suaminya itu. Apalagi melihat wajah Putri Rheina yang begitu memelas dan tampak sangat tulus.     

"Tidak Kakak Putri. Aku mohon jangan berkata seperti itu. Silahkan Kakak untuk melihatnya tetapi di dalam ada Kakak Putri Alena" Kata Pangeran Thalal berkata dengan jujur.     

Wajah Putri Rheina semakin terpukul mendengarnya. Ia adalah istri yang pertama tetapi Ia seakan tidak memiliki wewenang sama sekali. Ia seperti tersudutkan oleh semua orang. Ia seakan berada di posisi sebagai perebut kebahagiaan bagi Alena. Putri Rheina menganggukan kepalanya. Ia menahan diri sekuat tenaga agar tidak terlihat kalah sebelum bertarung     

 Putri Rheina ingin semua orang melihatnya sebagai putri yang tegar tetapi hatinya ternyata sulit di ajak bekerja sama. Ketika otaknya menyuruh dia untuk bersikap tegar tetapi hatinya tidak maka yang terjadi adalah. Air matanya mengalir deras di atas pipinya yang begitu ranum. Matanya yang biru bagaikan berlian itu semakin berkilauan karena tergenang air mata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.