CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Memaafkan Nizam



Alena Memaafkan Nizam

0Nizam terdiam mendengar perkataan Alena karena memang ibunya kalau sedang kumatnya maka Ia akan berubah jadi orang yang paling menakutkan. Entah siapa saja yang ada didepannya, Ia akan menghajarnya tanpa ampun.     
0

"Ibumu itu benar - benar keterlaluan. Aku kadang berpikir kalau Ia tadi bukanlah ibumu tapi dia adalah algojo yang akan membunuh anaknya sendiri" Kata Alena masih kesal dengan kelakuan ibu mertuanya.     

"Aku juga sempat berpikir kalau kau bukan anak kandungnya. Mungkin kau anak hasil mungut diselokan" Kata Alena sambil mencibirkan bibirnya kepada Nizam. Nizam jadi ingin tertawa mendengar perkataan Alena.     

"Teorimu itu salah sayang, karena aku sebenarnya duplikat dari ibuku dalam beberapa hal dan yang terpenting di Azura hampir tidak ada selokan" Kata Nizam kepada Alena sambil tertawa - tawa.     

"Oh ya.. benar, dalam beberapa sisi Kau memang mirip seperti ibumu itu. Kau dan ibumu kalau sedang emosi suka hilang akal"      

Nizam kembali tertawa mendengar perkataan Alena,      

"Ha..ha.. auch..it's hurt.." Nizam mengaduh setelah merasakan punggungnya terasa perih berdenyut - denyut karena terguncang oleh tawanya.     

Alena langsung menatap punggung Nizam dengan perasaan penuh rasa khawatir.     

"Lukamu sangat parah, Nizam. Kasihan sekali kamu" Kata Alena sambil mencoba meniup - niup. Mendengar nafas Alena yang sedang meniup - niup lukanya. Nizam malah menghardik. "Hentikan tiupanmu!! " Katanya dengan sebal.     

"Tapi kenapa ? Aku cuma mau mendinginkan lukamu" Kata Alena keheranan.     

"Kau bukannya mendinginkan tubuhku, tapi malah membuat Aku jadi kepanasan" Kata Nizam sambil meringis.     

"Iiissh. Kau ini benar - benar otak mesum. Aku sekalian mau buka baju saja biar kau tambah kelabakan" Kata Alena sambil bersiap - siap mau membuka pakaiannya.     

"Please.. Alena, jangan.. jangan siksa Aku lagi. Aku terkena cambukan begini mungkin hukum karma ketika Aku mencambukmu dulu" kata Nizam sambil menatap ke wajah Alena, Alena langsung tertawa kecil,     

"Iya benar.. ini pasti karma waktu itu. Tahu begitu tadi aku tidak usah meratap. Biar kau tambah tersiksa sekalian" Kata Alena. Nizam langsung cemberut.     

"Tega kamu ya.. Suami sekarat malah berkata seperti itu. Untung ada Arani" Kata Nizam sambil bersyukur Arani datang. Nizam kembali bersyukur dalam hatinya kalau Arani datang tepat pada waktunya, telat sedikit saja Ia pasti sudah tewas ditangan Darbah.     

"Tapi Alena, Apakah kau yang memanggil Arani kemari. Karena tidak banyak yang tahu no handphone Arani." Kata Nizam sedikit keheranan melihat Arani datang dengan tiba - tiba. dan Ia sangat yakin kalau Arani ada yang memanggil. Bukankah Ia sedang sibuk membantu suaminya di dalam mengurus kantor pengacara suaminya itu.     

Alena tersenyum mendengar pertanyaan Nizam,     

"Memang benar. Maya datang tiba - tiba dan langsung berbisik agar Aku segera mendatangkan Arani. Maya bilang, hanya Arani yang bisa menghentikan cambukan Darbah. Aku benar - benar heran kalau Arani sangat berhasil menghentikan ibumu. Sedangkan Aku yang meratap di kakinya tidak sedikitpun menggoyahkan ibumu untuk menghentikan cambukannya" Kata Alena dengan penuh rasa heran. Mengapa ketika semua orang di ruangan itu meminta Ratu Sabrina untuk menghentikan cambukan Nizam tidak berhasil tetapi Arani langsung dapat menghentikannya.     

"Bagaimana mungkin Ibunda terus mencambukku kalau Arani mengancam akan memberontak ke kerajaan Azura. " Kata Nizam kepada Alena dan Alena malah semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti.     

"Tetapi mengapa bisa seperti itu ? Aku tidak semakin tidak mengerti" kata Alena tetap tidak paham.     

"Begini Alena, di Angkatan bersenjata kerajaan Azura berada di bawah kepemimpinan panglima besar Jendral Gozali. Dan dengan beberapa jendral yang berada tepat di bawah Jendral Gozali seperti Pangeran Rasyid, Arani,. Amar dan beberapa jendral lainnya. Pasukan di bawah kepemimpinan Arani adalah pasukan berani mati yang merupakan pasukan khusus untuk melindungiku.      

Sedangkan Pasukan Amar adalah pasukan para penjaga dan pengawal istana. Pangeran Rasyid memimpin pasukan angkatan darat. Sedangkan Almarhum Imran memimpin pasukan udara. Jika Arani memberontak maka Ia pasti akan menyeret Amar dan Pangeran Rasyid untuk bersekutu dengannya. Dan pemberontakan itu tidak akan dapat ditangani oleh Jendral Ghozali.      

Makanya ibuku tidak main - main dengan kata - kata Arani. Ia lebih baik tidak berurusan dengan jendral wanita itu daripada merusakan kerajaan Azura. Lagipula memang ibuku tidak benar - benar menginginkanku mati. Dia sebenarnya sangat senang melihat Arani datang.     

Ibuku memiliki harga diri yang tinggi untuk mengalah. Melihatku begitu keras kepala, Ibuku sebenarnya sudah gelisah dan ingin menghentikan cambukannya tetapi Ia malu sendiri kalau harus kelihatan mengalah terhadap peraturan yang sudah dibuatnya.     

Sehingga ketika Arani datang dan mengancam seperti itu, Ibuku terlihat sangat lega dan segera menghentikannya" Kata Nizam sambil kembali meringis.     

"Ada ya.. ibu seperti itu. Sok punya harga dirii tinggi" Alena kembali ngomel - ngomel.     

"Huss.. kau jangan berkata seperti itu. Walau bagaimanapun dia adalah ibuku"     

"Ya.. Ibumu. Dia seperti ibu tiri di cerita Putri Salju. Cantik, menawan, arogan dan misterius. Pantas saja semua orang tidak berkutik melawan dia."     

"Iya sayangku.. dan kau seperti putri saljunya" Kata Nizam sambil memegang tangan Alena dan menciumnya dengan lembut.     

"Putri Salju itu berkulit putih seperti salju, sedangkan aku berkulit kuning kecoklatan seperti buah dukuh. Yang cocok itu Putri Rheina, kulitnya seperti Salju dan matanya begitu biru" Kata Alena tiba - tiba dia merasa iri dengan kecantikan Putri Rheina yang begitu menawan. Kecantikannya bagaikan para peri yang hidup di dunia khayalan.     

Nizam malah terkehkeh mendengar Alena berkata seperti itu,     

"Mana ada Putri Salju berambut kemerahan seperti rambut Putri Rheina, Kau yang berambut sehitam arang dan berkulit eksotis" Nizam mulai merayu Alena.     

"Kau sedang merayuku? " kata Alena sambil mengerling.     

"Kau tidak marah lagi kepadaku karena Aku sudah mencium Putri Rheina?" kata Nizam tiba - tiba teringat dengan pertengkaran mereka tadi.     

"Kalaupun masih marah, apa yang dapat kulakukan ? Melihatmu begitu tidak berdaya dan terluka. Aku sudah merasa bersyukur kau masih bertahan seperti ini. Kau benar - benar laki - laki yang kuat, Nizam" kata Alena dengan tulus.     

"Oh tentu saja. Kalau Aku tidak kuat mana bisa Aku melayanimu yang terkadang tidak terkendali jika sudah meminta haknya" Kata Nizam dengan genit.     

"Siapa ? Siapa yang tidak terkendali. Kau yang suka tidak tahu tempat dan waktu" Kata Alena dengan murka. Nizam lagi - lagi tertawa tapi tawanya berhenti ketika Ia melihat Arani masuk ke dalam ruangan.     

"Hamba izin menyampaikan sesuatu" Kata Arani sambil membungkukkan badannya.     

"Katakanlah ! " Kata Nizam kepada Arani.     

"Mohon maaf Yang Mulia. Ini tentang Putri Rheina" Kata Arani dengan wajah datar padahal hatinya sudah berdebar kencang, takut Alena histeris dan mengamuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.