CINTA SEORANG PANGERAN

Cambukan Untuk Nizam



Cambukan Untuk Nizam

0"Tidak Nayla, biarkan Yang Mulia mencambukku." Kata Nizam kepada Nayla. Tapi Nayla malah menggelengkan kepalanya dan membenturkan keningnya ke atas lantai.     
0

"Biar Hamba saja yang dihukum. Hamba akan menggantikan Yang Mulia Pangeran Nizam untuk menerima hukuman " Kata Nayla sambil kembal membenturkan keningnya ke atas lantai. Suaranya begitu keras membuat Nizam jadi tidak sabar,     

"ALI, FUAD !! Seret Nayla pergi !!" Kata Nizam kepada dua orang pengawalnya itu. Ali dan Fuad tampak panik melihat kejadian ini tetapi mereka tidak membantah karena mereka sudah hapal benar bagaimana sifat Nizam.      

Kalau sudah tentang Alena maka siapapun tidak ada yang dapat menghalanginya. Maka dengan gerakan cepat mereka segera mencekal tangan Nayla dan membawanya pergi. Nayla malah berteriak - teriak tapi Ia segera dibungkam oleh Ali karena teriakan Nayla bisa jadi malah menambah amarah Ratu Sabrina.     

"Ibunda. Ibunda boleh mencambuk Ananda sampai mati. Tapi Ananda tidak akan pernah mengizinkan Alena pergi meninggalkan istana Ananda dan kembali ke dalam harem" kata Nizam.     

"KAU !! Lalu bagaimana kau bisa bercinta dengan putri yang lain kalau dalam istanamu ada istrimu. Apakah kamu telah merendahkan putri yang lain ? Atau kau sedang merendahkan wewenangku? " Ratu Sabrina sudah kehilangan lagi tata krama dalam kata - katanya. Nizam menundukkan kepalanya. Kamarnya memang menurut aturan tidak boleh ditempati oleh salah satu istri.     

Kamar itu adalah tempat dia tidur dengan semua istri - istrinya secara bergantian. Tetapi bukan Nizam kalau tidak keras kepala. Nizam tahu kalau ini hanya menyangkut tata krama, ada aturan di dalam istana yang tidak memperbolehkan seorang raja atau putra mahkota memanggil dua istri atau lebih secara bersamaan. Jadi jika ada Alena di dalam istana kemudian Nizam memanggil istrinya yang lain maka ini sama artinya memanggil dua istri secara bersamaan. Walaupun di dalam istana ada banyak kamar tetapi kamar yang ditempati Nizam hanya satu.     

"Ibunda.. jikalau memang menghukum Ananda diperlukan, hamba tidak keberatan. Tetapi Hamba tidak akan membiarkan Alena meninggalkan tempati ini. Jadi sebagai ganti dari ketidak taatan hamba. Hamba bersedia dihukum cambuk seberapapun Ibunda inginkan" Kata Nizam sambil pergi keluar dari ruangan setelah membungkukkan badannya.     

Wajah Ratu Sabrina begitu pucat karena marah, Ia seperti ditantang oleh anaknya sendiri. Ini sangat menoreh harga dirinya maka dengan tangan gemetar Ia mengacungkan telunjuknya.     

"Panggilkan Darban kemari !! " Kata Ratu Sabrina lebih keras lagi dan Latifa langsung mengangkat handphonenya, Ia tidak bisa mencegah majikannya dari kamarahan yang luar biasa ini.     

Dan tidak lama, penjaga berkulit hitam itu datang sambil membawa cambuknya. Wajahnya sangat menakutkan. Alena menjadi gemetar. Ia tidak menyangka kalau ini berubah menjadi serius.     

Ia tidak berpikir kalau hukuman untuk Nizam akan berbeda dengan hukuman untuk para putri. Tadinya Alena hanya ingin merasa puas Nizam di pukul atau dicambuk oleh Sanita atau Hatice. Karena kalau dicambuk oleh mereka Nizam pasti akan kuat. Tapi mengapa yang dipanggil adalah orang yang begitu menakutkan.     

"Ibunda.." Alena baru berkata seperti itu tapi Latifa tampak melirik ke arah Alena dan berkata, "Mohon Yang Mulia untuk tidak menambah kemarahan Ratu Sabrina" Kata Latifa dengan tegas.     

Alena hanya ternganga melihat Nizam pergi ke sebuah ruangan, diikuti oleh yang lainnnya. Alena ikut berjalan mengikuti mereka. Mereka ternyata pergi ke ruangan belakang yang didalamnya ada tempat untuk mengikat orang yang akan di hukum cambuk. Wajah Alena begitu pucat melihatnya. Ia tidak mengira kalau hukuman untuk Nizam akan seperti itu.      

Ia melihat kedua tangan Nizam diikat oleh Darban. Wajah Darban sedikit gelisah karena Ia tidak mengira kalau Ia akan mencambuk Pangeran Putra Mahkota. Ia menjadi sedikit tegang. jadi Ia lalau meminta maaf kepada Nizam, "Yang Mulia ampuni hamba.." kata Darban dengan sedih sambil memegang erat cambuk yang ada ditangannya. Tetapi Ia tidak berani menolak perintah Ratu Azura.     

"Lakukan tugasmu dengan benar! " Kata Nizam sambil berdiri dengan tangan terikat di tiang kiri dan kanan. Wajahnya tampak membeku dengan keras. Tidak ada ketakutan sedikitpun.     

"Buka pakaianku ! " Kata Nizam kepada Darban yang berdiri disampingnya dengan gelisah. Darban berharap Ratu Sabrina akan membatalkan perintahnya sehingga Ia tidak perlu mendapatkan perintah mengerikan seperti ini.     

"Tidak Yang Mulia, biarkan hamba mencambuk Yang Mulia dengan masih mengenakan pakaian" Kata Darban sambil gemetar. Ia tahu kalau seharusnya Nizam melepaskan pakaian atasnya agar saat dicambuk maka cambuk itu akan langsung mengenai kulit dan tidak mengenai pakaian.     

Ratu Sabrina duduk dihadapan Nizam dengan mata tajam, " Pangeran Nizam Al- Walid. Aku tanya sekali lagi, Apakah kau akan membiarkan istrimu Alena kembali ke dalam harem ?"     

"Tidak Ibunda, Hamba mohon maaf. Hamba tidak mengizinkan" Kata Nizam sambil tersenyum.     

"CAMBUK DIA ! Biarkan dia tahu kalau Aku tidak pernah main - main terhadap orang yang melanggar aturan walaupun itu anak sendiri" Kata Ratu Sabrina dan Darban segera mengulurkan cambuk yang tadi masih Ia pegang dengan posisi tergulung. cambuk itu terhulur dan kemudian Darban menghentakkan cambuk itu ke udara menimbulkan suara yang membahana.     

Darban berjalan ke arah belakang Nizam dan mulai mencambuk Nizam sekali. Suara cambuk kulit yang mengenai kulit membuat ruangan bergetar dan Alena terpekik ketika Ia melihat cambuk itu mengenai kulit Nizam. Baju yang dipakai Nizam langsung robek dan cambuk itu meninggalkan bulir merah yang langsung berdarah sedikit saking kuatnya cambukan Darban. Tapi wajah Nizam malah semakin mengeras.     

Sekali.. dua kali..tiga kali dan terus bertubi - tubi tetapi tidak ada tanda - tanda Ratu Sabrina mengatakan apapun. Tapi ketika dilihatnya muka Nizam mulai sedikit pucat karena luka di kulit punggungnya mulai menguarkan rasa perih.     

"Tarik kata - katamu ! dan biarkan Aku membawa Alena pergi dari sini" Kata Ratu Sabrina kepada Nizam. Ia sudah mulai khawatir karena Nizam tampak tidak menunjukkan tanda - tanda akan menyerah.     

Nizam malah tertawa kecil dan berkata, "Ibunda tidak bisa menggoyahkan keinginan Ananda. Ananda ingin Alena ada disisi Ananda selamanya" kata Nizam sambil tertawa. Nizam tertawa, Ia ingin dengan tertawa, Nizam dapat menghilangkan betapa sakitnya cambukan Darban.     

Kekuatan Darban benar - benar luar biasa. Biasanya kalau orang dicambuk Darban dalam lima cambukan akan langsung pingsan. Lebih dari sepuluh maka akan pergi meniggalkan dunia. Tapi kini Latifa berhitung kalau Nizam sudah mendapatkan cambukan lebih dari sepuluh kali cambukan.     

"Tapi Mengapa ? Mengapa Kau tidak mempercayai Harem ? Dia akan menjadi pemimpin Harem. Bagaimana Ia bisa memimpin kalau Ia malah tinggal di bawah ketiakmu terus. Dia tidak akan pernah jadi ratu yang baik kalau kau terus melindunginya" Kata Ratu Sabrina sambil kembali memerintahkan Darban mencambuk Nizam. Nizam memejamkan matanya. Darah sudah mulai mengalir dari punggungnya dan menetes ke lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.