CINTA SEORANG PANGERAN

Biarkan Hamba Mati



Biarkan Hamba Mati

0Mendengar perkataan Putri Mira. Nizam dan Cynthia langsung bungkam. Apa yang dikatakan oleh Putri Mira memang benar adanya. Sebenarnya dalam hal ini Nizam juga bersalah karena sudah tidak memperdulikan Putri Mira.     
0

"Bahkan kegilaan Hamba tidak membuat Yang Mulia serta merta datang ke ruangan hamba. Padahal ketika Putri Rheina sakit yang Mulia langsung mengurusinya. Ibunda Ratu Sabrina bahkan juga melupakan janjinya bahwa hamba akan segera dinikahi dengan sah oleh Yang Mulia. Tapi nyatanya itu hanyalah mimpi belaka.     

Yang Mulia. Hamba ini adalah manusia bukannya barang. hamba tidak bisa dijemput dan diantar pulang dengan begitu mudah. Hamba dijemput dari istana di kerajaan hamba dengan penuh rasa hormat untuk menjadi istri sah yang Mulia. Tapi kenyataannya, Hamba sama sekali terabaikan.     

Hamba tahu kalau hamba memang tidak secantik Putri Rheina dan Putri Alena tetapi hamba juga tanggung jawab yang Mulia" Kata Putri Mira sambil berurai air mata. Tetesan air mata itu meleleh tidak terkendali membuat Nizam menjadi salah tingkah.     

"Apa salah hamba Yang Mulia? Hamba tidak pernah meminta untuk menjadi istri Yang Mulia. Tetapi Ibunda Ratu Sabrina mengatakan kalau pernikahan hamba dengan Yang Mulia akan membuat hubungan kedua kerajaan lebih erat. Kedua kerajaan akan menjadi sekutu dan itu akan menambah ketengan bagi kedua kerajaan" Kata Putri Mira. Ia terus menatap Nizam dengan tidak berkedip membuat Nizam menjadi semakin merasa bersalah.     

"Yang Mulia mengapa Yang Mulia diam saja? Putri Mira sedang mempertanyakan apa kesalahannya? Mengap Yang Mulia tidak mengatakan hal yang sama. Katakan kepada Putri Mira kalau Anda, yang Mulia Pangeran Nizam juga tidak salah. Anda adalah korban sama dengan Yang Mulia Putri Mira.     

tolong katakan kepada Putri cantik nan jelita ini kalau Anda Yang Mulia Pangeran Nizam sama sekali tidak pernah meminta untuk menikah dengan siapapun kecuali dengan Alena. Tolong katakan kalau Anda tidak tahu menau tentang semua wanita yang ada di dalam harem ini karena semuanya adalah pekerjaan dari Ibunda Ratu Sabrina. Jadi kalau hendak menyalahkan jangan salahkan Yang Mulia tapi salahkan Ibunda Ratu Sabrina" Kata Cynthia dengan gemas.     

Cynthia sangat emosi karena Putri Mira menyalahkan Nizam dan seakan - akan menuduh kalau Nizamlah dalang dibalik semua penderitaannya. Nizam malah menatap Cynthia dengan pandangan terpukau kagum. Ia merasa bahwa sikap Cynthia seakan - akan Ialah istri yang akan dimadu dengan Putri Mira. Pembelaan Cynthia kepada Alena sungguh luar biasa mengagumkan.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam, Hamba merasa kalau urusan hamba dengan yang Mulia tidak seharusnya dicampuri oleh adik ipar yang Mulia. Apalagi sampai mengeluarkan kata - kata yang begitu menyakitkan."     

"Menyakitkan? Menyakitkan siapa? Kau pikir Nizam tidak sakit hati dituduh seperti itu. Apa kau bisa merasakan apa yang dia rasakan. Dia dipaksa menikahi semua wanita di dalam harem yang jelas - jelas tidak dia cintai.     

Nizam itu bukan penjahat kelamin yang bisa tidur dengan siapa saja termasuk dengan dirimu" kata Cynthia semakin emosi. Ia merasa kalap dengan tingkah Putri Mira yang Ia pikir lebih parah dari Putri Kumari. Putri Kumari setidaknya tidak pura - pura gila hanya untuk mendapatkan perhatian Nizam dan bertahan di dalam harem. Putri Mira menatap Cynthia dengan sangat marah. Ia segera berdiri.     

"Betapa lancangnya Kau bicara seperti itu kepadaku" Kata Putri Mira sambil menunjuk ke arah Cynthia.     

Cynthia seketika ikut berdiri dan Ia sudah akan menghampiri Putri Mira tetapi Nizam segera menahan tangannya dan menariknya ke belakang tubuhnya. Itu membuat Putri Mira seketika terluka.     

"Bahkan Yang Mulia lebih memilih adik ipar Yang Mulia dibandingkan dengan hamba. hamba memang tidak ada harganya" Kata Putri Mira dengan mata berkaca - kaca. Ia benar - benar sangat sakit hati melihat bagaimana Nizam begitu dekat dengan Cynthia padahal kedudukannya hanyalah sebagai adik ipar. Sementara dia, istri Nizam secara adat dan negara bahkan tidak mendapatkan perhatian sedikitpun.     

Nizam tahu kemana arah pikiran dari Putri Mira dan mengapa Ia mempetanyakan hal itu. Hanya saja masalahnya adalah Cynthia bukanlah adik ipar biasa. Ia adalah teman dari istrinya. Bukan hanya teman tapi sahabat dari istrinya dan bahkan sekarang Cynthia sudah menjadi ibu sepersusuan bagi anak - anaknya.     

"Putri Mira, duduklah. Mari kita bicara dengan kepala dingin. Anggap saja Cynthia tidak mengatakan apa - apa" Kata Nizam sambil meminta Putri Mira untuk duduk. Tetapi Putri Mira menggelengkan kepalanya,     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Tadinya hamba berpikir kalau Yang Mulia suatu hari nanti akan datang ke ruangan hamba. Meminta maaf karena telah membuat hamba menunggu lama. Berharap kalau Yang Mulia akan datang meminta maaf dan segera menikahi hamba.     

Percayalah, hamba memang melakukan kesalahan tetapi kesalahan ini hamba buat karena terpaksa. hamba tidak ingin pulang ke kerajaan hamba dengan perasaan terhina. Apakah Yang Mulia pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi wanita yang sudah kehilangan kehormatan karena tidak diperdulikan oleh suami sendiri. Hamba tidak diinginkan oleh Yang Mulia dan hamba tidak akan pernah menghinakan diri hamba sendiri. Jadi Yang Mulia, izinkan hamba untuk mengakhiri hidup hamba sendiri" Kata Putri Mira sambil mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik pakaiannya.     

Nizam terbeliak dan Ia segara bergerak untuk menghentikan apa yang akan dilakukan oleh Putri Mira tetapi terlambat Putri Mira sudah menorehkan pisau itu ke pergelangan tanganya dan darah seketika mengucur dengan deras. Nizam berteriak kaget. Ia segera meraih pinggang Putri Mira dan bergerak menotok peredaran darah Putri Mira sebelum darah yang keluar bertambah banyak.     

"PELAYAN !! Panggilkan dokter kemari cepat !! dan yang lainnya ambilkan kain perban" Kata Nizam sambil memeluk Putri Mira yang sudah terkulai lemas.     

"Izinkan hamba mati. Jika Yang Mulia tidak mampu menerima hamba, maka izinkan hamba pergi dari kehidupan yang Mulia. Maafkan hamba jika selama ini Hamba sudah menyusahkan Yang Mulia. Tolong jangan selamatkan Hamba" Kata Putri Mira sambil menggigit menahan kesakitan. Nizam mendekap kepala Putri Mira dengan erat.     

"Jangan berkata seperti itu. Tolong jangan membuat Aku merasa bersalah. Maafkan Aku. Sungguh ! Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu. Bertahanlah Putri Mira. kau harus hidup. Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan pada kakakmu Pangeran Abbash dan Ayahandamu jika Kau sampai mati" Kata Nizam dengan gelisah. Ia kini tahu kalau Ia tidak akan pernah bisa melepaskan Putri Mira.      

"Tidak Yang Mulia. Tidak usah khawatir. Siapapun akan mengerti kalau Yang Mulia hanya mencintai Putri Alena. Jadi biarkan kami yang tidak berharga ini mati satu persatu di dalam harem untuk menebus pengorbanan cintai Yang Mulia Kepada Putri Alena. Terima kasih sudah menampung makhluk hina ini di dalam harem Yang Mulia" kata Putri Mira sambil memejamkan mata.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.