CINTA SEORANG PANGERAN

Berhentilah Terlalu Khawatir



Berhentilah Terlalu Khawatir

0Senyum Amar menghilang mendengar pertanyaan Maya yang saat ini memang sangat berlaku. Ia tidak mencintai Maya dan memang hal itu mungkin saja terjadi. ia tidak akan pernah menyentuh Maya.     
0

"Mengapa Kau bertanya seperti itu?" Kata Amar sambil menelan ludahnya.     

"Kau tidak mencintai Aku dan Aku yakin kalau kau termasuk ke dalam golongan yang akan menyentuh wanita jika kau mencintainya. Cintamu untuk Zarina jadi pasti selamanya kau tidak akan pernah menyentuhku" Kata Maya dan Amar terdiam. Tetapi di belakang kemudian Ia mendengar ada suara.     

"Jangan khawatir Maya, Ada sebagian laki - laki yang menyentuh wanita karena Ia menginginkannya walaupun cinta itu belum muncul dan cinta akan semakin terpupuk jika mereka sering melakukannya" Kata suara itu dan itu membuat Amar dan Maya memalingkan mukanya.     

Mereka melihat Arani yang masih berkeringat. Kulitnya yang coklat tampak basah dan bersinar. Arani ikut berkata karena Ia melihat Amar kebingungan.     

"Kalau begitu, Amar tidak termasuk ke dalam golongan laki - laki yang mengendalikan nafsunya dengan otak" kata Maya sambil mencibir sebal. Amar jadi pusing sendiri dan menyesali kebodohan dirinya karena berkata seperti itu.     

"Setiap kasus berbeda latar belakang permasalahannya. Amar dan Yang Mulia Pangeran Nizam sangat berbeda. Amar ini istrinya sudah meninggal sehingga sangat dianjurkan baginya untuk menikah lagi daripada terpuruk terus menerus. Dan cinta baru mungkin akan muncul untuk menggantikan cintanya yang lama.     

Tapi Yang Mulia Pangeran Nizam berbeda. Yang Mulia Putri Alena masih ada di dalam hidupya. Tentau saja Yang Mulia tidak akan bisa mengisi hatinya lagi oleh siapapun' Kata Arani.     

"Benarkah itu? Apakah Nyonya tahu bagaimana keadaan Putri Rheina dan Pangeran Nizam'     

Arani menghela nafas, "Aku sudah tahu tetapi Aku tidak bisa turut campur lagi di dalam harem karena itu bukan wewenangku. Tapi Aku tahu pasti apa yang terjadi didalamnya.     

Aku kasihan terhadap Yang Mulia Putri Alena dan berharap Putri Alena akan memahami Yang Mulia pangeran Nizam. "     

"Kata Putri Alena, Yang Mulia mendengar kalau Pangeran Nizam akan menyentuh Putri Rheina. Apakah itu benar" Kata Maya masih penasaran.     

Tapi Arani malah mengangkat ujung bibirnya dengan sinis,     

"Kau pikir siapa Pangeran Nizam ? Yang Mulia adalah orang yang licik. Yagn Mulia akan melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Putri Alena saja sering ditipunya apalagi Putri Rheina"     

Maya tercengang, " Jadi mungkinkah Yang Mulia Nizam sedang berakting"     

"Berakting ?? tidak juga. Aku yakin ketika pangeran Nizam menangis, Yang Mulia benar -benar sedang sangat sedih tetapi ketika Putri Rheina sudah siuman jangan harap Yang Mulia akan menepati kata - katanya"     

"Apakah ada orang yang seperti itu?" Maya sangat heran. Ia benar - benar baru tahu kalau Nizam teramat sangat licik.     

"Itukah mengapa kemudian Pangeran Nizam langsung masuk ke dalam kamar Putri Alena dan tidak keluar lagi begitu Yang Mulia ditarik masuk oleh Putri Alena?" Kata Maya mulai mengerti dengan sifat Nizam yang sebenarnya.     

"Tentu saja. Pangeran Nizam tidak bisa bertahan terlalu lama berpisah dengan Putri Alena. begitu Putri Rheina sudah membaik, Ia akan segera pergi dari sana dan kembali ke Putri Alena. Aku hapal betul bagaimana Yang Mulia' Kata Arani.      

Maya benar - benar menggelengkan kepalanya, Arani yang pendiam itu ternyata langsung nyerocos menceritakan Nizam.     

"Aku kagum karena Nyonya tahu banyak tentang Yang Mulia. dan Aku merasa tersanjung karena Yang Mulia menceritakan hal ini kepadaku" Kata Maya dengan perasaan tersanjung tapi Ia kemudian terdiam ketika Arani menjawabnya.     

"Aku bercerita ini bukan karena ingin membuat dirimu tersanjung tapi Aku hanya ingin kau berhenti terlalu khawatir tentang hubungan mereka berdua. Pangeran Nizam tidak akan pernah menyentuh siapapun kecuali Putri Alena.     

Nah sekarang, sebaiknya kau segera kembali ke dalam harem dan mengawasi situasi di dalamnya tapi sebelumnya pergilah dulu kediaman Pangeran Thalal dan ceritakan apa yang Aku katakan kepada Yang Mulia Putri Chynthia agar jangan terlalu khawatir"     

"Tetapi mengapa harus Aku? Mengapa tidak Nyonya sendiri yang mengatakannya?" kata Maya kepada Arani.     

"Aku harus mengantar suamiku membereskan kantor barunya jadi Aku tidak bisa pergi" Kata Arani sambil berdiri dan menunggu Maya yang berpamitan kepada Amar. Arani menyuruh Maya agar segera pergi dari tempat latihan para penjaga.     

Maya sangat memahami karena memang tidak pantas baginya ada di tempat latihan para penjaga. jadi Ia kemudian melangkah akan keluar. Amar menatap Arani yang sedang meliriknya.     

"Aku ingin kau nanti bercerita banyak" Kata Arani kepada Amar. Ia ingin Amar bercerita tentang hal yang dibicarakan oleh Amar dan Maya. Amar mengangkat jempolnya tanda bersedia.      

Maya dan Arani berjalan tanpa banyak bicara lagi, ketika mereka berpisah di depan kediaman Pangeran Thalal. Arani berkata, "Jangan pernah datang lagi ke tempat para penjaga seorang diri" Kata Arani kepada Maya.     

"Tapi mengapa?" Maya heran. Kenapa Ia tidak boleh ada disana sementara Arani bisa bolak - balik.     

Arani lalu berbisik, " Wajahmu terlalu cantik untuk berada di sana dan itu mengganggu konsentrasi para penjaga yang sedang berlatih" Kata Arani dengan dingin dan Maya hanya bengong.      

Maya kemudian masuk ke dalam istana Pangeran Thalal, Ia melihat Cynthia sedang duduk di depan kolam sambil menangis. Para pelayan hanya berdiri di belakangnya. Seorang pelayan yang melihat kedatangan Maya segera berbisik, "Yang Mulia ada Nona Maya" Kata pelayan itu membuat Cynthia langsung berdiri dan berkata dengan tidak sabar.     

"Maya, mengapa kau begitu lama? Kau tahu Aku menunggumu dari tadi" Kata Cynthia sambil tegang. Maya jadi merasa bersalah karena Ia malah berbincang dulu dengan Amar dan Arani. Tapi Ia juga tidak tahu apa yang harus dikatakan kalau Ia tidak berbicara dengan Arani. Jadi kemudian Maya bercerita kepada Cynthia dengan perlahan. Belum selesai Ia bercerita Cynthia sudah menangis lagi terisak - isak     

"Ini semua salahku. Aku tidak bisa melindungi Alena. Mengapa Aku tidak berada disisinya saat Alena membutuhkan Aku" Kata Cynthia dengan sedihnya.     

"Yang Mulia jangan khawatir Kata Nyonya Jonathan.." Belum selesai Maya berkata Cynthia sudah memotongnya dengan tidak sabar.     

"Hah.. Arani ? Apa kata Arani?" Kata Cynthia.     

"Yang Mulia tidak usah khawatir, Putri Alena akan baik - baik saja" Kata Maya.     

"Apakah benar dia berkata seperti itu? Jadi Nizam tidak akan menduakan cintanya ? Lalu bagaimana dengan Putri Rheina ? Apakah dia tidak apa - apa?" Cynthia terus bertanya dengan tidak sabar.     

"Kata Nyonya Jonathan tidak akan. Dia hapal betul dengan sifat Yang Mulia Nizam"     

"Wanita mengerikan itu memang lebih tahu Nizam bahkan dibandingkan dengan Ratu Sabrina sendiri. Bahkan kalau saja wajah mereka mirip Aku pikir dia adalah saudara kembar Nizam' Kata Cynthia tanpa sadar dan membuat wajah Maya menjadi pucat.     

Saudara kembar?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.