CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Bodoh



Putri Bodoh

0"Lalu.. siapa yang sudah berlaku begitu keji kepada Alena. Mengapa dia ingin membunuh Putri Alena dan mengakibatkan Putri Kumari menjadi korbannya. Bahkan Ia memfitnah Putri Rheina. Betapa jahatnya orang itu"Kata Ratu Sabrina sambil mengepalkan tangannya.     
0

"Tentu Ibunda, orang ini sangat cerdas, dan mampu memanfaatkan situasi di dalam harem untuk membunuh dan menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Dia jelas sedang ingin menyingkirkan salah satu putri atau bahkan dua putri sekaligus" Kata Nizam sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi.     

Matanya menatap pintu ruang tindakan. Entah apa yang dilakukan oleh para tenaga medis itu untuk menyelamatkan nyawa Putri Kumari yang sudah terhenti, tetapi sebenarnya mungkin belum terhenti dengan benar - benar. Masih bernafas walau sangat lemah dan Nizam tidak terlalu jelas tetapi penggunaan racun yang sangat kuat biasanya tidak bisa diselamatkan. Ibaratnya kalau minum obat racun serangga masih ada harapan untuk bisa diselamatkan dibandingkan dengan racun kuat yang bisa langsung menghentikan nafas seseorang dengan seketika.     

Mata Nizam meredup ketika menyadari beberapa dari perkataan ibunya benar. Kemungkinan Kerajaan Rajna tidak akan bisa terima kalau putri tertuanya mati dalam keadaan mengenaskan di dalam harem Nizam. Orang yang sudah melakukan pembunuhan ini benar - benar telah melempar batu sembunyi tangan dan lemparan batunya tidak hanya mengenai satu atau dua burung tetapi tiga burung sekaligus.     

"Tetapi mengapa dia ingin putri Alena mati? Apakah orang ini tidak menyukai putri Alena ? Apakah dia merupakan orang dari Azura atau dari luar ?" Bunda sungguh tidak mengerti" Kata Ratu Sabrina sambil mengerutkan keningnya. Wajah cantiknya menjadi terlihat lelah.     

Garis - garis keletihan terbayang tampak di wajahnya. Latifah yang ada disampingnya memperhatikan dari samping ibu dan anak itu. Ia mengenal Nizam sebagai pribadi yang luar biasa memiliki kemiripan dengan ibunya. Kecerdasannya, ambisinya, ketegasannya, kedinginannya, kekeras kepalaanya. Dan satu - satunya sifat yang mirip ayahnya adalah kelembutan hatinya dalam menghadapi orang yang dicintai.     

Nizam bisa bertindak kejam terhadap siapapun tetapi tidak terhadap orang - orang yang Ia cintai. Ini yang membedakan dengan Ibunya. Ibunya bisa mengorbankan apapun yang Ia cintai asalkan ambisinya terpenuhi. Ia suka sekali memaksakan kehendaknya kepada siapapun. Ratu Sabrina sekeras batu karang walaupun demikian Ratu Sabrina masih memiliki sifat adil dan bijaksana dalam menjalankan harem yang menjadi tanggung jawabnya.     

"Orang ini tidak menginginkan Alena mati, Ibunda. Walaupun tindakannya beresiko seperti itu. Dia memanfaatkan kecerdasan Ananda untuk menyelamatkan Alena dari kematian. Orang itu tahu kalau Ananda akan menjaga Alena dari hal sekecil apapun. Dia sengaja menaruh racun itu agar Putri Rheina terkena hukuman berat. Orang ini ingin Putri Rheina keluar dari harem dan orang ini juga kemungkinan tidak menyukai Putri kumari.     

Dia juga berspekulasi kalau yang akan mencicipi makanan ini adalah Putri Kumari karena memang Putri Kumarilah yang menyediakan makanan khusus itu untuk Alena. Ini kecerobohan fatal bagi Putri Kumari. Seharusnya Ia tahu ketika dia hendak menyediakan makanan khusus untuk Alena, dia malah membuat orang lain untuk berbuat jahat.     

Makanan khusus untuk Alena adalah makanan yang hanya akan dimakan oleh Alena. Putri Kumari malah memancing Putri Rheina untuk menyimpan sesuatu di dalam makanannya dan siapa yang mengira kalau sesuatu itu telah di tukar dengan racun mematikan. Racun itu tidak akan pernah di dapatkan oleh putri dari harem. Karena keberadaan racun itu tidak bisa sembarangan beredar dan Putri Rheina tidak akan tahu tentang itu. Kemungkinan sebenarnya Ia hanya akan membubuhkan zat yang akan membuat Alena sakit perut." Nizam mengemukakan analisanya kepada ibunya agar ibunya membantu Nizam untuk menyelidiki perkara ini.     

Wajah ibunya membeku mendengarkan analisa Nizam yang menurutnya sangat masuk di akal. " Ibunda sungguh tidak berpikir ke arah sana. Kasihan Putri Rheina, Ia terkena ulahnya sendiri. Apa yang harus Ibunda lakukan. Perdana mentri Salman pasti akan marah besar kalau tahu putrinya sudah bertindak bodoh. " kata Ratu Sabrina semakin kebingungan.     

'Ibunda ini baru analisa Ananda. Sebaiknya Ibunda bergerak sekarang untuk menyelidikinya. Jangan sampai barang buktinya musnah " Kata Nizam kepada ibunya. Badan Ibunya menjadi tegak,     

"Tapi Aku harus menunggu Putri Kumari " Kata Ibunya seakan tidak rela meninggalkan putri Kumari sendirian.     

"Ada Ananda yang akan menungguinya. Bukankah dia istri Ananda juga?" Kata Nizam sambil tersenyum. Ia tidak bisa melakukan penyelidikan di dalam harem karena statusnya sebagai suami para putri itu sehingga penyelidikannya khawatir tidak independent. Tetapi berbeda dengan Ratu Sabrina. Ibunya memang penanggung jawab Harem dan Ia mampu bertindak bijaksana tanpa memandang siapapun. Jadi memang sebaiknya yang menyeldiki itu adalah Ibundanya.     

Ratu Sabrina tampak ragu kepada anaknya sendiri. Bagaimana bisa Ia meninggalkan Putri Kumari yang jelas - jelas tidak diperdulikan oleh Nizam.     

"Yang Mulia tidak perduli kepadanya" Kata Ratu Sabrina langsung menuduh anaknya tidak perduli dengan Putri Kumari. Nizam menganggukkan kepalanya.     

"Sebagai laki - laki, Ananda memang tidak memperdulikan dia. Ananda tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Tetapi sebagai suaminya, Ananda akan berusaha bertanggung jawab. demikian juga demi sisi kemanusiaan Ananda, Ananda akan menungguinya " Kata Nizam sambil menganggukan kepalanya memberikan hormatnya kepada Ibunya.     

Ibunya tampak tidak berdaya untuk membantah kata - kata Nizam. Mungkin Ia sudah berharap terlalu banyak kepada Nizam untuk para putri itu. Tetapi walaupun tahu kalau Putranya sangat tersiksa dengan para putri di dalam harem itu. Ia tetap tidak bisa melanggar tradisi kerajaan yang sudah ada berabad - abad lamanya. Ia tidak sanggup berbantahan dengan para tetua kerajaan. Ia tidak bisa melanggar undang - undang tentang keluarga raja dan putra mahkota.      

"Baiklah Anakku, Ibunda percaya kepadamu. Ibunda pergi dulu untuk berdiskusi dengan komite penyelidikan tindakan kehajatan di dalam Istana "Kata Ratu Sabrina sambil berdiri dan Nizam segera ikut berdiri. Ketika ibunya pergi meninggalkannya Nizam membungkukkan badannya memberikan hormat kepada ibunya.     

Setelah ibunya pergi, Ia lalu melirik ke arah Ali dan Fuad. '" Ada berita tentang Arani? " Kata Nizam bertanya tentang Arani.     

"Arani berada di pesawat Pangeran Abbash.Kemungkinan besok dia baru akan sampai di Azura" Kata Ali kepada Nizam. Mata Nizam bersinar indah.      

"Aku tahu..kalau Arani masih ada di pihak kita" Kata Nizam sambil menghela nafas lega.     

"Benar Yang Mulia. Dia tidak akan berani datang ke Azura seandainya dia bersalah" Kata Fuad. Nizam menganggukan kepalanya setuju.     

"Aku akan masuk dulu ke dalam untuk melihat keadaan Putri Kumari. Aku masih beharap dia akan bertahan " Kata Nizam     

"Tentu Yang Mulia ' Kata Ali sambil menundukkan kepalanya. Ketika melihat Nizam agak jauh. Fuad berbisik ke telinga Ali.     

"Yang Mulia menginginkan Putri Kumari masih hidup. Apa yang Mulia mulai mencintai putri itu?" Kata Fuad kepada Ali.     

"Dasar otak udang! Mana mungkin seperti itu. Yang Mulia masih menginginkan Putri Kumari untuk tetap hidup agar Ratu Sabrina tidak bersedih dan Kerajaan Rajna tidak menyerang kerajaan kita" Kata Ali kepada Fuad. Fuad hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti.     

Mereka kemudian melihat Nizam akan membuka pintu ruang tindakan ketika dari dalam tiba - tiba pintu itu terbuka. Seorang dokter tampak keluar dan begitu melihat Nizam dia langsung berlutut dan menyentuhkan keningnya ke lantai. Ia berkata dengan nada yang perlahan.     

"Yang Mulia Putri Kumari tidak dapat kami selamatkan. Ampuni hamba Yang Mulia. Hamba memang dokter yang bodoh" Kata dokter itu sambil tetap menempelkan keningnya ke lantai.     

Tubuh Nizam terdiam dengan muka sedikit pucat. Berarti benar dugaannya. Orang ini benar - benar ingin membuat Putri Rheina di hukum mati. Putri Rheina tidak akan bisa mengelak dari hukuman. Membunuh orang dengan direncanakan dan bukan untuk pembelaan diri maka hukumannya cuma satu. Terlepas dari Putri Rheina menyangkalnya sepanjang bukti itu ada padanya maka Putri Rheina tidak bisa mengelak.     

Hati Nizam menjadi dingin sedingin salju. Perutnya seperti di remas. Ia tidak akan sanggup menyaksikan Putri Rheina mati bukan karena kesalahannya. "Dasar kau putri bodoh ! Mengapa Kau harus berseteru dengan Alena. Mengapa Kau tidak seperti putri Kumari yang bisa mengambil hati Alena 'Kata Nizam dalam hati, sambil memegang keningnya dan lalu mengurutnya perlahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.