CINTA SEORANG PANGERAN

Persidangan (4)



Persidangan (4)

0Sidang hari itu membuat gerah pihak Alena tetapi membuat Keluar Hartono di atas angin. Alena menangis di kamar hotel dalam pelukan Nizam ditemani oleh Cynthia dan Pangeran Thalal. Cynthia ngomel-ngomel kesal.     
0

"Bagaimana bisa Kau berteman dengan orang yang begitu mengerikan seperti itu? Dan mengapa Kamu begitu bisa diperdaya orang"     

Kata Cynthia.     

"Aku tidak tahu kalau Ia begitu jahat. Waktu Aku mengenakan gelang itu, dia bilang itu gelang ibunya yang akan dijual online, tenyata itu gelang Andika. Aku disuruh mengenakannya agar Ia bisa menunjukkan pada Andika kalau gelangnya sudah Aku terima"     

"Itulah Alena, Jadi orang jangan terlalu polos. Mikir sedikit" Cynthia semakin morang-maring.     

Nizam melirik ke arah Cynthia sambil mengernyitkan keningnya.     

"Eh...he..he..he..Sorry Ya Zam, Aku emosi. Sangat emosi. Para Pengacara Hartono itu benar-benar berhasil mendatangkan para saksi yang menyudutkan Alena tanpa terlihat menyudutkan. Mereka benar-benar luar biasa. Kalau terus-terusan seperti ini. Kita beneran bisa kalah."Cynthia cengengesan. Nizam lalu memalingkan wajahnya ke arah Pangeran Thalal.     

"Thalal!! Cepat suruh Pengacara Adit sebagai ketua tim pengacara kita ke ruangan Aula. Aku ingin tahu strategi apa lagi yang bisa Ia lakukan. Hari ini kita benar-benar kena batunya."     

"Baik Kakak!!" Pangeran Thalal segera keluar ruangan untuk memenuhi keinginan Kakaknya. Melihat wajah kusut Kakaknya Ia tidak berani bicara apapun. Cynthia yang morang-maring sudah cukup menggambarkan apa yang ingin Ia ucapkan.     

"Cynthia Aku serahkan Alena kepadamu, Sudah cukup Kau mengomeli sahabatmu, Apa kau tidak melihat betapa menyesalnya dia"     

'Penyesalan selalu datang terlambat, Zam. Peristiwa besar ini mudah-mudahan bisa membuat otaknya jadi beres agar tidak mudah terpedaya lagi"     

"Kau benar, Tapi ingat kondisi dia sedang mengandung" Kata Nizam sambil mengelus rambut Alena.     

Tiba-tiba Alena menghentikan tangisannya. "Memangnya kalau Aku sedang tidak mengandung, Kau mau apa? Mau menghajar ku?" Suara Alena menggelegar membuat Nizam dan Cynthia hampir meloncat kaget.     

"Tidak Alena, Kau jangan salah paham seperti itu" Kata Nizam sedikit kaget lihat Alena langsung meradang.     

"Iya Alena, Kau jangan marah, maksudku adalah Kau harus hati-hati mulai sekarang dalam menghadapi siapapun."     

"Iya benar, termasuk Kalian berdua. Siapa tahu suatu hari nanti Kalian juga akan menikamku dari belakang" Alena menatap Cynthia dengan tajam lalu Ia menatap Nizam.     

"Dan Kau, Apa mungkin Kau akan menyingkirkan Aku lalu hidup bersama istri-istri Kamu yang lain. Kalau seandainya Kau sudah bosan dengan ku??"     

"Ha...ha..ha...Alena bagaimana mungkin seperti itu. Kau jangan memiliki pemikiran buruk kepadaku. Sana Cynthia Kamu keluar dulu. Sahabat mu tidak akan selesai kalau hanya dibujuk biasa" Nizam mengusir Cynthia keluar. Nizam yang tadinya mau meninggalkan Alena dengan Cynthia segera berubah pikiran melihat Alena morang-maring.     

Cynthia menatap wajah Nizam dengan pandangan tidak percaya. "Kau mau apa?? "     

Nizam tidak menjawab malah melotot membuat Cynthia langsung keluar sambil mengomel. "Ga Kakak ga adiknya sama saja!!"     

"Aku mendengar perkataanmu Cynthia!!" Nizam berteriak dari dalam.     

"As a metter of fact, Your highness..."(*) Kata Cynthia sambil tertawa.     

***     

Hari ini sidang yang ketiga kalinya. Sidang berjalan sangat alot karena masing-masing mendatangkan saksi yang saling menjatuhkan. Nizam menjadi gelisah. Kalau terus seperti ini bisa-bisa Alena kelelahan. Padahal Ia, Alena dan Cynthia harus ke Amerika untuk melanjutkan kuliahnya.     

Pengacara Hartono sangat gigih memperjuangkan harga diri majikan mereka. Sehingga Nizam merasa bahwa memang Ia harus cepat-cepat mengajukan Abolisi kepada Presiden. Hanya saja diluar dugaan ketika tiba-tiba ada seseorang yang datang. Seorang wanita, mengenakan pakaian formil seperti Pengacara. Ia sangat cantik dan berwajah mirip Alena tapi Ia berkaca mata dan rambut tersanggul ke atas. Dari segi penampilan Ia sangat berbeda dengan Alena.     

"Yang Mulia Hakim. Mohon Diijinkan Saya menyampaikan seorang Saksi kunci yang akan menghentikan persidangan ini bersama sebuah barang bukti"     

Semua mata menatapnya ke arah wanita itu. Termasuk Sisca yang sedang duduk disamping perawat bayinya.     

"Maaf Anda siapa?"     

"Saya Lila Anggraini. Saya adalah seorang Mahasiswi Sekolah Tinggi Hukum Malaka. Saya seorang pengamat kasus ini. Karena merasakan bahwa kasus ini menarik."     

"Apa yang membuat saudari tertarik dengan kasus ini? Bukankah Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Hukum itu banyak. Mengapa hanya saudari yang tertarik dengan kasus ini?" Hakim Ketua tampak sangat ingin tahu kejelasan dari wanita yang datang tiba-tiba ini.     

Wanita ini tersenyum licik, Ia membuka kacamata nya. "Coba lihat wajah Saya Yang Mulia. Saya merasa memiliki kemiripan dengan Nyonya Alena. Karena itulah saya merasa senasib dan sepenanggungan dengan beliau. Lagipula Saya merasa Nyonya Alena diperlakukan dengan tidak adil oleh Sahabatnya Sisca dengan kesaksian palsunya." Kata Lila sambil menatap tajam ke arah Sisca.     

Sisca langsung berdiri gusar. Tapi Oleh Tuan Taufik disuruh tenang.     

"Maaf atas dasar apa Saudari menyatakan bahwa saksi kami memberikan keterangan palsu"     

"Saya tidak akan bicara apapun kecuali diijinkan oleh Hakim Ketua"     

Hakim ketua kembali berdiskusi hingga akhirnya mereka mengiyakan.     

"Yang Mulia, Kami keberatan karena kedatangan Saudari Lila sangat mencurigakan dan secara tiba-tiba. Dan dia bukan siapa-siapa. Dia bisa saja hanya seseorang yang sedang mencari sensasi" Tuan Taufik tampak berupaya mencegah Lila menjadi saksi.     

"Tadi kita sudah mendengar alasan dari Saudari Lila, dan Saya pikir sangat beralasan. Sekarang tinggal membuktikan bahwa benar Saudari Lila adalah mahasiswi Sekolah Tinggi Hukum Malaka" Kata Hakim Ketua.     

"Ini kartu mahasiswa saya, Ini kartu tanda penduduk saya, Ini adalah SIM saya." Kata Lila sambil memberikan semua tanda jati dirinya kepada hakim. Setelah mereka memeriksa kebenarannya maka Hakim memutuskan bahwa Lila boleh bersaksi.     

Nizam menatap tajam ke arah Lila. Ia merasa kaget dengan kedatangan Lila secara tiba-tiba. Ia lalu menatap ke arah Cynthia dan Pangeran Thalal. Cynthia yang memang sudah bersaksi tapi saksinya malah dimentahkan oleh Pengacara Hartono karena dianggap tidak objektif. Sehingga posisi Alena sudah di ujung tanduk.     

Melihat kedatangan Lila, Cynthia sama terkejutnya dengan Nizam secara refleks Ia memegang tangan Pangeran Thalal. Pangeran Thalal merasa nyawanya serasa melayang. Kepalanya langsung menoleh kebelakang mencari sosok Edward. Tapi tidak terlihat selembar rambutnya pun. Membuat Pangeran Thalal lega.     

Pangeran Thalal lantas berbisik. "Jangan membuat tingkah yang mencurigakan. Anggap kita tidak tahu apa-apa. Kalau sampai kasus ini selesai tanpa membuat Kakakku curiga dan Edward tidak menampakkan batang hidungnya maka Aku anggap memang pria itu layak untuk bersaing dengan Kakakku"     

Cynthia menganggukan kepalanya dengan stress.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.