CINTA SEORANG PANGERAN

Bisakah Kau Berpaling ke Lain Hati? (1)



Bisakah Kau Berpaling ke Lain Hati? (1)

0Melihat Edward dalam posisi tidak berdaya, Lila langsung meloncat dan menghambur memeluk Edward hingga pukulan Nizam berhenti dengan jarak 1 inchi dari kepala Lila.     
0

Amarah Nizam langsung turun melihat tubuh Lila yang memeluk Edward dengan erat. Tangannya yang sebelah terangkat ke arah Nizam.     

"Yang Mulia, tolong ampuni Edward. Hamba berjanji akan menjauhkannya dari Alena." Teriak Lila. Ia jelas tidak akan membiarkan pria yang begitu Ia cintai dihajar Nizam. Nizam menurunkan kepalan tangannya. Mukanya masih merah tapi kemudian Ia mundur menjauh dari posisi Edward.     

"Kau jauhkan Ia sejauh mungkin dari hadapan ku" kata Nizam sambil berbalik lalu melangkah pergi. Edward menarik nafas panjang Ia tidak membantah ketika Lila membantunya berdiri. Dengan tertatih-tatih Ia dipapah Lila menuju mobil mewah milik Edward. Air mata Lila meleleh terus menerus. Ia menyetir mobil milik Edward padahal Ia tidak memiliki surat izin mengemudi. Lila mengikuti GPS untuk sampai ke apartemen milik Edward.     

Edward bersender ke sandaran jok kursi. Matanya menerawang jauh. Dari belakang Ia hanya melihat rambut Lila yang hitam pekat itu tergerai. Ia merasa bahwa saat ini Ia begitu kejam terhadap Lila.     

"Maafkan Aku, Lila.."     

Lila tidak menjawab Ia hanya berkonsentrasi menyetir. Ia hanya terdiam. Ia sedikitpun tidak merasa sakit hati terhadap perlakuan Edward. Karena memang Ia sudah mempersiapkan mental dari awal. Malah Alena terlihat lebih marah dibandingkan dengan dirinya. Memang terlihat ada ikatan batin antara Alena dengan Edward. Pantas saja Nizam sangat mencemburui Edward. Kalau Ia jadi Nizam mungkin Ia juga akan bertindak sama.     

Lila melihat wajah Edward dari kaca spionnya. Ia melihat wajah Edward yang kuyu. Mata itu kini terpejam rapat desahan nafasnya terdengar resah. Lila terus mengemudikan mobilnya dengan tenang. Mobil menyusuri jalanan kota New York, menyusuri gedung-gedung bertingkat hingga akhirnya Ia sampai di apartemen pribadi Edward. Lila bernafas lega bisa mengemudikan mobilnya dengan selamat. Bukankah Ia baru menginjakkan kakinya di Amerika. Ia baru akan kuliah di sini tahun ini karena mendapatkan beasiswa.     

Di parkiran apartemen Lila melihat Edward meringkuk di jok belakang. Ia sungguh merasa sangat iba melihat pria tampan itu yang begitu sangat menyedihkan.     

Lila tidak berani membangunkan Edward. Ia hanya duduk terdiam dibelakang stir menunggu Edward terbangun. Hingga setelah hampir satu jam lamanya Lila terdiam. Edward membuka matanya, Ia merasa perutnya sedikit sakit bekas ditendang Nizam.     

Pikirannya Edward masih belum sadar sepenuhnya. Ia mengerjapkan mata zamrudnya dan ketika dilihatnya Lila duduk membeku dibelakang stir barulah Ia sadar kalau Ia tertidur di mobil.     

"Dimanakah ini?" Tanya Edward sambil melihat keluar jendela mobil.     

Lila memalingkan wajahnya ke belakang. "Ini diparkiran apartemen mu, Kau tertidur begitu pulas. Aku tidak tega membangunkan mu"     

Edward tertawa tapi dengan wajah penuh penderitaan. "Apa Aku membuat mu lama menunggu?" Kata Edward sambil memegang bahu Lila.     

"Tidak terlalu lama, hanya sekitar satu jam" Kata Lila sambil melepaskan sabuk pengaman yang sedari tadi masih terkunci ditubuhnya.     

"Kau dan Alena memiliki negara yang sama tetapi Kau sungguh berbeda dengannya"     

Lila tertawa, "Beda bagaimana maksudnya?"     

"Kau cenderung lebih pendiam dan lebih dingin bahkan dibandingkan dengan Cynthia. Kau juga lebih penyabar dan sangat baik"     

"Apakah itu terlihat lebih baik atau buruk dari Alena?" Tanya Lila sambil tersenyum lucu.     

Edward mengerutkan keningnya, "Tentu saja itu lebih baik"     

"Tetapi tetap tidak bisa mengubah rasa cintamu terhadap Alena."     

Edward terbatuk-batuk dengan wajah sedikit merah. "Maafkan Aku Lila, sungguh andaikan Aku bisa berpaling ke lain hati, walaupun sesungguhnya Aku sendiri begitu ingin melepaskan Alena"     

"Apakah Kau sudah mencobanya?"     

Edward menganggukkan kepalanya. "Teman kecilku Elsa begitu mencintai ku dan Aku sangat menyayanginya tapi sulit bagiku untuk mencintai Elsa karena hatiku terperangkap pada Alena."     

"Dimanakah Elsa sekarang??"     

"Dia akhirnya menyerah dan sudah menikah dengan orang yang sangat mencintainya. Bagaimana denganmu? Apakah Kau pernah mencintai seseorang?"     

"Aku pernah mendengar Kau bertanya seperti itu di Club, Tapi waktu itu Aku belum memiliki kesempatan untuk menjawabnya."     

"Jadi, Apakah Kau mau menjawabnya?"     

"Untuk apa? Apakah Kau berkepentingan untuk itu?" Kata Lila.     

Edward terdiam. "Kalau Kamu tidak mau menjawabnya tidak apa-apa. Ayo kita turun Lila, Aku sangat lelah dan tubuhku terasa sakit."     

Edward membuka pintu mobil. Lila mengikuti sambil sedikit cemberut. [ Dasar laki-laki yang tidak peka, otaknya hanya dipenuhi oleh Alena. Mengapa dia bertanya seperti itu kepadaku? Kalau Aku tidak mencintaimu, untuk apa Aku melakukan seluruh kebodohan seperti ini] Lila bersungut-sungut dalam hati sambil ikut turun.     

Ia mengikuti Edward masuk ke dalam gedung apartemen. Apartemen mewah ini adalah milik pribadi dari Edward. Ada sekitar 750 unit kondominium mewah. Dengan pengelolaan Ia berikan ke orang kepercayaannya. Apartemen yang ditinggali oleh Edward ada dilantai lima. Kondominium mewah milik Edward ada dilantai tersebut.     

Sebenarnya Edward masih tinggal dengan orang tuanya. Tetapi karena Ia membawa Lila tidak mungkin Ia membawanya ke rumah maka Ia membawa Lila ke apartemennya. Edward memasuki lift diikuti oleh Lila. Edward bersender didalam lift. Lila berdiri agak jauh dari Edward. Tetapi kemudian masuk Empat orang pemuda bersamaan.     

Badan mereka tinggi besar sehingga membuat ruang lift menjadi sesak dan sempit. Begitu mereka masuk mata keempatnya langsung menatap Lila yang saat itu tampil dengan kaos dan celana jeans. Tubuh Lila sangat bagus, berkulit kuning Langsat dan bermata jeli. Rambut hitam panjang yang tergerai lurus sangat kontras dengan kulit Lila.     

Sebagai laki-laki normal melihat wajah Lila yang memang setipe dengan Alena membuat mereka langsung bereaksi. Dua orang langsung bergerak hendak memepet Lila. Lila yang tidak menyadari ada gerakan mencurigakan Ia malah bergeser ke ujung semakin menjauhi Edward. Akibatnya para pemuda itu meyakini kalau Lila seorang diri.     

"Hello Sweety, May I know your name?" Katanya sambil mengulurkan tangannya. Lila baru terperangah kalau tubuhnya ada yang memepet. Sebelum Ia menjawab tiba-tiba sebuah tangan menariknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.