CINTA SEORANG PANGERAN

Izinkanlah Kami Menikah (2)



Izinkanlah Kami Menikah (2)

0Ayahnya Edward lantas memegang bahu Edward. "Mengapa Kau menjadi tidak tahu malu begini, Nak. Kau seorang pria. Kau tidak boleh menangis hanya karena seorang wanita menolak cintamu"     
1

"Tapi dia cinta pertama ku..Dia satu-satunya wanita yang berhasil menyentuh hatiku. Tiga tahun..Ayah Aku berusaha mendapatkan cintanya. Tetapi Ia tidak membalas cintaku sedikitpun. Ia malah mencintai orang lain. Ia mencintai Pangeran Azura. Hati ini sangat sakit.     

Mengapa Dunia tidak adil padaku. Sejak kecil Aku selalu mendapatkan apapun yang Aku mau. Tetapi sekarang Aku tidak mendapatkan cintaku. Ayah ini terlalu menyakitkan. Aku hampir tidak tahan lagi. Apakah Ayah tahu kalau Aku hampir ingin mati saja"     

"Ya Tuhan, Edward Kau sudah kehilangan akal sehatmu. Bagaimana bisa Kau menjadi pria yang kehilangan harga diri begini" Ayahnya sampai meratap pedih.     

Edward adalah pewaris kerajaan bisnisnya. Dipundaknya Ia gantungkan cita-cita setinggi langit. Kini dihadapannya Edward terlihat begitu terluka, lemah dan tidak berdaya. Andaikan Alena bukan istri seorang Pangeran mungkin Ia akan melakukan trik kotor untuk mendapatkan Alena bagi istri anaknya.     

Tapi kedudukan Alena sebagai istri seorang calon Putra Mahkota Kerajaan Azura jelas bukanlah kedudukan yang sembarangan. Terlalu beresiko untuk melakukan trik kotor. Apakah kemudian Ia tahu bahwa antara Azura dan Amerika sekarang sedang melakukan suatu kerjasama diberbagai bidang perekonomian.     

Terlibat intrik dengan keluarga kerajaan taruhannya adalah nyawa. Ia harus berkaca pada kasus Putri Diana dan Dody Al-Fayed. Ketika Ayahnya sedang kebingungan menghadapi Edward yang menangis. Terdengar ada suara halus tapi berkarakter dibelakangnya.     

"Selamat Siang Tuan. Saya Lila dari Indonesia. Apakah boleh Saya turut berbicara"     

Ayahnya Edward langsung melotot melihat ke arah Lila. Matanya dengan tajam melirik ke arah wajah Lila lalu memandangnya ke atas dan ke bawah bagaikan memandang barang yang hendak dibeli.     

Seraut wajah yang cantik khas Asia. Berkulit kuning Langsat. Berambut hitam panjang terurai. Bermata lebar dan berbadan tinggi semampai. Lila yang tadinya hendak diam saja saja di kamar. Tetapi mendengar kata-kata Ayahnya Edward terhadap Edward Ia menjadi tidak tahan. Kata-kata Ayah Edward itu lebih mirip suatu ratapan dibandingkan kemarahan.     

Ayahnya Edward juga tadinya ingin murka melihat seseorang ingin mencampuri urusan nya. Tetapi melihat Lila dan mendengar kata-kata Lila yang begitu sopan membuat Ayahnya Edward menurunkan tensinya. Melihat dari sorot mata Lila yang cerdas. Ayahnya Edward langsung tahu kalau gadis yang ada didepannya itu bukan gadis sembarangan.     

"Apakah Kau gadis yang digosipkan sudah menikah dengan anakku??"     

"Betul Tuan. " Lila menganggukan kepalanya sambil tetap berdiri.     

"Duduklah!!" Ayahnya Edward memberikan perintah.     

"Terima kasih Tuan" Lila lalu duduk dengan sopan dihadapan Ayahnya Edward.     

"Kelihatannya Kau bukan gadis bodoh. Aku banyak mengenal berbagai tipe manusia. Melihat tingkah dan penampilan mu serta gaya bicaramu Aku perkirakan Kau adalah gadis yang terpelajar."     

"Saya Mahasiswa Fakultas Hukum yang akan diwisuda dalam dua bulan ke depan. Saya juga sudah mendapatkan beasiswa Saya untuk melanjutkan kuliah S2 Saya di Amerika." Lila menjelaskan dengan hati-hati.     

"Hmmm.... sudah kuduga Kau bukan gadis sembarangan. Kau tentu mendengar percakapan Kami. Kau?? Sudah berapa lama memiliki hubungan dengan Edward?? Ooh.. sebentar-sebentar. Bukankah Kau gadis yang tiba-tiba mendatangkan saksi kunci pada saat persidangan Alena melawan Sisca dipersidangan?" Ayahnya Edward yang cerdas langsung mengingat kasus Alena dan Sisca di Surabaya yang Ia ikuti diam-diam di Amerika.     

"Benar Tuan. Saya adalah pelayan Bar tempat Edward menenangkan hatinya ketika di Surabaya."     

"Pelayan Bar???" Ayahnya Edward langsung mengerutkan keningnya. Ia adalah seorang Senator. Anaknya adalah Presiden Direktur beberapa perusahaan besar. Bagaimana bisa berhubungan dengan seorang pelayan Bar.     

Apa ada sesuatu yang Ia lewatkan dari berita mata-mata yang Ia perintahkan untuk mengikuti Edward. Pelayan Bar identik dengan perempuan yang bisa disentuh dengan bebas oleh para pria asalkan mereka bisa membayar. Walaupun tentunya tidak semuanya. Melihat Ayahnya Edward mengerutkan keningnya. Lila malah tersenyum lembut.     

"Benar Tuan. Saya berasal dari keluarga yang kekurangan sehingga Saya harus berjuang sendiri untuk mendapatkan biaya kuliah. Indonesia bukanlah Amerika yang bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu dengan mudah. Perusahaan di Indonesia lebih menyukai memperkerjakan para pegawai yang sudah lepas dari masa pendidikan. Satu-satunya pekerjaan yang bisa saya dapatkan adalah pelayan Bar yang kerjanya malam hari. Saya kuliah di kelas reguler bukan kelas karyawan yang jam kuliahnya malam hari."     

"Ayah..kalau Kau meragukan moralitas dari Lila. Kau boleh membawa dia ke dokter. visum saja Dia, Aku yakin Ayah akan menemukan sesuatu yang tidak akan pernah Ayah duga. Ia belum pernah disentuh oleh seorang pria pun. Bahkan Ia menolak hanya sekedar dipeluk olehku"     

Ayahnya menjadi merah padam melihat Edward berkata begitu terus terang. Ia tidak perduli apakah Lila masih suci atau tidak. Ini adalah Amerika dimana kegadisan bukan prioritas utama dari hubungan suami istri.     

Hanya saja kedudukan seorang wanita yang sudah tidak suci dengan seorang wanita penghibur adalah sangat berbeda. Sebagian pria dibelahan bumi manapun mungkin masih bisa menerima seorang istri yang sudah tidak suci lagi. Tapi menerima seorang wanita penghibur sebagai seorang istri sah tentu saja bukan hal yang mudah. Apalagi bagi masyarakat yang memiliki strata kelas atas seperti Ayahnya Edward.     

"Anak kurang ajar, Bukan itu maksud Ayah" Tapi Ia senang mendengar kata-kata Lila. Ia juga senang melihat Edward tidak menangis lagi. Tiba-tiba Ayahnya Edward menyimpan harapan pada Lila untuk bisa menyembuhkan mental anaknya.     

"Ayahkan sedang menduga apakah Lila seorang gadis penghibur ketika Lila berkata Ia seorang pelayan Bar" Edward bersungut-sungut kesal. Ia tidak suka Lila diremehkan Ayahnya.     

Ayahnya Edward berdehem sedikit canggung kalau pikirannya bisa ditebak dengan mudah.     

"Baiklah Aku percaya Ia gadis baik-baik. Nah Edward jelaskan posisi Lila terhadap mu?? Apa benar Ia istrimu? Melihat Kau masih begitu menderita oleh Alena Aku yakin gadis cantik ini untuk sementara waktu belum bisa masuk ke hatimu. Tetapi melihat Kau membawanya ke apartemen mu, kedudukan Lila dihati mu juga tidak sembarangan.     

Karena Ayah tahu, Apartemen ini adalah area pribadimu. Kau tidak pernah membawa siapapun ke apartemen ini. Termasuk Elsa dan ibumu. Kalau sampai Kau menyimpan Lila di sini berarti dia sangat istimewa."     

"Ayah Kau memang selalu mengetahui isi hatiku. Kapan Aku bisa menyembunyikan sesuatu darimu. Kau memahami ku melebihi Ibu memahamiku" Edward bicara antara kagum dan keluhan.     

"Karena dimataku, Kau lebih penting dari apapun di dunia ini. Termasuk dibandingkan dengan ibumu sendiri" Kata Ayahnya Edward dengan tegas. Lila sampai tercengang mendengarnya.     

Benarkah seorang laki-laki akan lebih mencintai anaknya dibandingkan Istrinya sendiri. Pikiran Lila jadi menerawang. Ia hidup hanya berdua dengan Ibunya. Ia tidak memiliki Ayah. Ayahnya meninggalkan Ibunya pergi dengan gadis lain saat Ibunya masih menyusuinya. Mengapa ada dua tipe Ayah yang begitu sangat berbeda di dunia ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.