CINTA SEORANG PANGERAN

Belajar Mencintai (8)



Belajar Mencintai (8)

0Lila baru selesai mandi. Ia mengambil sehelai gaun dari dalam lemari. Gaun merah muda dengan belahan dada yang rendah. Ia juga berias walaupun hanya tipis-tipis. Dilihatnya Edward masih terlelap, Wajahnya yang tampan terlihat semakin menawan. Lila lalu mendengar pintu diketuk dari luar. Ia segera membuka pintu dan kemudian Ia mendapatkan seorang pelayan wanita membawa sarapan.     
0

"Sarapan Nyonya" Katanya dengan ramah dan sopan.     

"Simpanlah dimeja!" Kata Lila sambil tersenyum.     

"Apakah hari Anda menyenangkan Nyonya? " Tanya pelayan itu dengan penuh rasa ingin tahu. Bertahun-tahun Ia melayani keluarga Edward. Ia belum pernah melihat Edward berpacaran kecuali berteman dengan Elsa. Jadi ketika tiba-tiba Edward menikah maka Ia sangat terkejut dan penasaran.     

Pelayan itu tambah penasaran karena ternyata istrinya Edward adalah orang Asia. Ujung matanya sempat tanpa sengaja melirik ke arah Edward yang masih terlelap tidur. Separuh dadanya yang masih telanjang mengintip dibalik kimono tidurnya. Bahkan piama tidurnya masih terlihat disudut tempat tidur.     

Lila tersenyum manis pada pelayan itu. [ Aku pikir hanya orang-orang Indonesia saja yang suka kepo tapi nyatanya orang Amerika juga ada yang kepo. Oh ya dia menanyakan tentang kabarku. Apa dia tidak melihat rona merah diwajahku] Lila malah berkata dalam hati.     

"Anda sangat beruntung, Tuan Edward sangat baik hati. Ia penyayang dan murah hati. Tidak banyak orang yang seperti dia di dunia ini. Anda harus menjaganya dengan baik. Oh ya perkenalkan nama saya adalah Lucy. Saya pelayan Tuan Edward sejak dia masih kecil. Jika Nyonya Anderson ( Nama Keluarga Edward) membutuhkan sesuatu silahkan untuk menghubungi saya"     

Lila menganggukan kepalanya dengan sopan. "Mmm Terimakasih Nyonya Lucy.." Kata Lila     

"Panggil saja Saya Lucy"     

"Ummm baiklah Lucy" Lila kembali menganggukan kepalanya.     

"Semoga Anda beruntung dan segera dikaruniai seorang anak"     

Wajah Lila langsung bersemu merah. Sungguh doa yang sangat menyentuh dan memberikan aspirasi. Lila tersenyum Ia seperti mendapatkan suatu Ilham.     

Setelah hampir satu jam Ia menunggu Edward bangun. Perutnya sudah terasa lapar. Tetapi Ia tidak berani makan duluan. Sebagai wanita yang dididik dengan adat budaya Indonesia. Lila merasa tidak nyaman makan mendahului suaminya kecuali jika suaminya memang tidak ada dirumah atau sudah mengijinkannya.     

Jadi Lila kemudian duduk membaca buku yang Ia bawa dari Indonesia. Ia sudah menyelesaikan semua SKS perkuliahannya tinggal menunggu wisuda. Lalu melanjutkan kuliah di Amerika.     

Tidak lama kemudian Ia mendengar Edward bersuara, "Morning Sweety" Rupanya Edward sudah terbangun.     

Lila menoleh lalu tersenyum manis. "Morning" Katanya membalas salam Edward. Edward melambaikan tangannya meminta Lila untuk mendekat. Lila lalu bangkit, menyimpan bukunya kemudian berjalan menghampiri Edward. Ia masih dalam keadaan berdiri ketika Edward tiba-tiba menarik tangannya hingga Ia langsung terjatuh ke dalam pelukan Edward.     

"Sudah mandi..Hemmm bau kamu enak sekali" Kata Edward sambil mengecup bahu Lila dari belakang. Lila menggelinjang geli Ia lalu mencoba bangkit tapi Edward malah semakin mengeratkan pelukannya. Lila lalu berbisik. "Aku lapar.. bolehkah Aku makan"     

Mendengar kata-kata Lila Edward langsung melepaskan pelukannya dengan kaget. Apa yang dimaksud dengan bolehkah Aku makan? Edward menatap Lila dengan tajam.     

"Mengapa Kau bertanya omong kosong seperti itu, Tentu saja kau boleh makan. Kau boleh makan apa saja bahkan jika memang apa yang Kau inginkan tidak ada maka Aku akan mengadakannya" Edward berbicara agak keras. [ Sesungguhnya Aku tidak ingin apa-apa tapi Aku hanya ingin cintamu ] Lila berkata dalam hati. Tapi Ia tidak mau mengatakannya, Ia tidak mau seperti semalam lagi. Edward masih mengingat Alena disaat mereka sedang memadu kasih.     

"Aku ingin makan bersama mu. Aku tidak mau Kau makan sisa dari makanan Aku. Karena di negaraku. Seorang suami menempati kedudukan nomor satu dihati istrinya. Kecuali.." Lila lalu terdiam. Edward jadi penasaran.     

"Kecuali apa ??"     

"Kecuali ada seorang anak yang hadir ke tengah-tengah mereka. Sesuai kesepakatan berdua biasanya anak nanti akan jadi prioritas utama"     

Edward terdiam, agaknya Ia terkejut dengan kata-kata Lila. Melihat Edward terdiam Lila mengelus tangan Edward untuk memberikan efek psikologis memberikan pengaruh positif pada logika Edward.     

"Edward, semalam Aku sudah menyerahkan segalanya untukmu. Dan Kau perlu tahu bahwa minggu-minggu ini adalah masa suburku. Jadi seandainya kita berhubungan tanpa pengaman maka Aku akan mengandung anakmu." Lila masih berbaring dalam pelukan Edward dengan posisi membelakangi tubuh Edward. Lila tidak melihat seperti apa wajah Edward yang pasti Ia merasakan bahwa Edward sedang mengalami suatu dilema.     

Edward masih tetap terdiam berpikir keras mencoba mencerna kata-kata Lila. "Aku tahu Kau belum mencintaiku sehingga Aku berpikir mungkin Aku harus menggunakan alat kontrasepsi."     

Lila merasakan tubuh Edward sedikit menegang. Nafasnya terasa berat karena berpikir keras. Lalu kemudian berkata dengan sangat hati-hati. "Lila Kau adalah wanita terbaik yang pernah Aku kenal terlepas dari Aku masih mencintai Alena. Tetapi sungguh suatu kehormatan bagiku untuk menitipkan seorang anak penerus keluarga Anderson dirahimmu."     

Lila mengangkat alisnya lalu membalikkan badannya sehingga kini mereka berhadap-hadapan. " Aku berharap Kau tidak menganggap bahwa Aku adalah gadis yang menyewakan rahimnya untukmu"     

Kata-kata Lila langsung menohok hatinya. " Honey.. kata-katamu seakan mengiris hatiku dan menusuk jantungku. Bagaimana bisa Kau menganggap Aku seperti itu?" Edward terlihat sangat tidak suka. Lila tertawa kecil Ia merangkul leher Edward dan berbisik. "Aku berharap Kau nanti akan belajar mencintaiku melalui putra kita"     

Edward tersenyum Ia memeluk Lila dengan erat. "Aku menyayangimu Lila..sepenuh hati dan jiwaku."     

"Aku memahami itu. Aku menyukai kau menyayangiku karena sebenarnya Aku lebih suka kau sayangi daripada Kau cintai. Perasaan cinta bisa hilang dalam sekejap ketika ada kejadian penyebabnya. Tetapi walau apapun yang terjadi perasaan sayang akan lebih kekal abadi"     

Mata Edward bersinar dengan takjub. "Ya Tuhan Lila..Kau dikirim Tuhan untuk menjadi belahan hatiku. Betapa tulusnya hatimu. Ijinkan Aku menata ulang hatiku walaupun itu membutuhkan sedikit waktu"     

"Aku akan bersabar sayangku. Kau boleh mengambil waktu sebanyak mungkin yang Kau kehendaki. Bahuku akan selalu ada untuk bersandar ketika Kau merasa lelah. Hatiku akan selalu menunggu saat-saat hatimu berlabuh ke dalam nya. Aku adalah lilin bagimu. Aku rela terbakar habis asalkan Kau bahagia"     

Edward merasakan matanya basah mendengar kata-kata Lila. Hatinya yang memang melankolis langsung tersentuh. Edward tidak berkata apa-apa lagi. Ia malah menghujamkan ciuman yang sangat dalam dan intim.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.