CINTA SEORANG PANGERAN

Keuntungan jadi Rakyat Jelata



Keuntungan jadi Rakyat Jelata

"Ladies and gent.. apakah kalian hanya akan berdiri mematung di sana? Apa Kalian tidak pernah melihat orang berciuman?" Kata Nizam sambil melotot. Sementara itu Alena yang sedang berdiri mepet dibalik tubuh Nizam tidak dapat melihat apa yang terjadi karena terhalang oleh tubuh Nizam yang tinggi besar. Ia lalu menyingkirkan tubuh Nizam dari depan tubuhnya. Terlihat tiga orang masih berdiri terpaku. Bahkan mereka tidak mendengar kata-kata Nizam. Mereka tetap berdiri dengan wajah tercengang dan mata terbelalak.     

Alena lalu melihat ke arah mereka sambil tersenyum malu-malu, " Maaf yah..suamiku ini..suka tidak lihat-lihat kalau ingin melakukan sesuatu" Kata Alena sambil mencubit pinggang Nizam.     

"Kamu bukannya minta maaf, malah mengomeli mereka. Kitakan yang salah" Kata Alena berbisik.     

"Ti..ti..dak..kami yang salah. Maafkan Kami yang Mulia" kata seorang gadis yang ternyata mereka adalah , Nicole, Ruth dan Santiago. Gadis yang sedang berbicara itu adalah Nicole yang memang sedikit pemberani.     

"Kalian siapa? Tamukah? atau wartawan?" Tanya Alena sambil tersenyum.     

Melihat betapa ramahnya Alena dan betapa cantiknya Ia. Ketiga karyawan hotel itu merasakan kesejukan hati yang luar biasa. "Kami adalah karyawan hotel, Hormat kepada Yang Mulia" Kata Nicole sambil membungkukkan badannya. Santiago dengan gugup segera ikut membungkuk. Tetapi Ruth hanya berdiri terpaku tanpa berkedip. Ia kesulitan untuk berbicara saking terkejutnya. Berdiri di depan pria yang hampir membuat nya muntah darah sungguh merupakan suatu kejadian yang membuat sekujur tubuhnya berada dalam kondisi shock. Nicole sampai harus menginjak kakinya. "Berikan hormatmu, Ruth"     

Tapi Ruth tetap hanya melongo sampai kemudian dengan kesal Nicole menyikut dada Ruth dengan tidak sadar. Dada adalah salah satu bagian tubuh wanita yang sangat sensitif, di sikut tentu saja Ruth langsung memekik kesakitan. Ia refleks mengusap dadanya sambil meringis. Membuat Nizam langsung membuang muka. Nicole menjadi kaget karena Ruth memekik akhirnya Ia menyeret Ruth menjauhi Nizam dan Alena sambil terus meminta maaf. Santiago turut menganggukan kepalanya memberikan hormat sebelum akhirnya ikut berlalu.     

Alena bengong melihat mereka pergi terbirit-birit. "Mengapa mereka seperti itu? Apakah mereka ketakutan kepadamu?" Kata Alena sambil menatap tajam ke arah Nizam. Nizam menggelengkan kepalanya sambil melangkah menuju arah lift. "Sudah jangan perdulikan mereka. Ga penting. Ayo Alena kita berjalan-jalan di sekitar hotel."     

"Oh..ya Nizam. Bukankah kita belum membeli perlengkapan bayi. Ayo kita belanja saja keluar" Kata Alena sambil melonjak-lonjak penuh semangat.     

Nizam mengerutkan keningnya, "Berbelanja?" Ia belum pernah belanja seumur hidupnya. Kalau memasak mungkin Iya. Tapi belanja di tempat umum. Sedikit beresiko tinggi untuk keselamatannya. Bukankah apa-apa yang Ia butuhkan sudah tersedia. Dari pakaian sampai makanan dan keperluan lain. Ia tidak pernah tahu menahu semua sudah ada dan tinggal pakai. Termasuk perlengkapan bayi. Mereka hanya perlu memanggil manajer toko lalu mencari barangnya di dalam katalog tidak lama barang-barang yang dipesan akan segera datang.     

"Nizam..jangan bilang kau tidak pernah belanja" Kata Alena sambil terbelalak.     

"Sayangnya itu benar" Kata Nizam sambil meringis.     

"Hadeuh...Nizam. Kasihan amat. Berbelanja langsung ke toko itu berbeda rasanya dengan belanja sendiri. Kita bisa memegang langsung barang yang akan kita beli daripada hanya melalui katalog. Kita juga bisa melihat dan mencium barangnya secara langsung. Kasihan kamu, gara-gara jadi seorang pangeran kesenangan berbelanja langsung tidak dapat kau rasakan. Untungnya Aku rakyat jelata sehingga Aku bebas berbelanja kemana saja"     

Nizam cemberut mendengar Alena serasa menang di atas angin. Walaupun apa yang dikatakan oleh Alena benar tapi tiba-tiba Nizam tidak mau mengalah. Nizam mengingatkan-ngingat apa Ia pernah belanja langsung ke tempat pembeli.     

"Ah..Aku pernah belanja sendiri" Kata Nizam sambil melonjak bahagia.     

"Kapan? kapan? dimana?" Kata Alena antusias.     

"Waktu membeli belimbing wuluh di pasar tradisional." Nizam menjawab penuh kemenangan.     

"Iya..benar. Tuh kan menyenangkan belanja sendiri"     

"Apanya yang menyenangkan? panas, gerah, bau, sempit dan becek" Kata Nizam sambil mengingat-ingat pengalamannya berbelanja sendiri.     

"Iya karena itu Kamu belanjanya ke pasar tradisional. Sekarang kita akan belanja ke toko perlengkapan bayi. Di jamin kamu bakalan betah. Ayolah Nizam Aku ingin membeli langsung perlengkapan bayinya. Aku udah mau lahiran tapi satu buah baju bayipun Aku belum punya"     

"Alena itu terlalu berbahaya"     

"Bahaya??? Masa ke toko perlengkapan bayi bahaya" Alena cemberut dengan mata berkaca-kaca. Hati Nizam jadi galau tapi alasan Alena memang masuk diakal. Ini adalah bayi pertama mereka. Dan Alena adalah seorang wanita. Pasti setiap wanita menginginkan kesempurnaan dalam segala hal untuk menyambut bayi pertamanya. Hingga akhirnya Nizam menganggukan.     

"Baiklah..Ayo kita pergi"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.