CINTA SEORANG PANGERAN

Datanglah, Edward!!



Datanglah, Edward!!

0Manajer Edward baru saja akan terlelap ketika pintu kamar nya di gedor Edward. Mr. Firzi manajernya Edward tergesa membuka pintu kamar. Edward langsung menerobos masuk.     
0

"Firzi.. istriku hilang.." Suara Edward terdengar parau.     

"Hilang??? Bagaimana bisa?? Bukankah tadi kalian masuk berdua ke dalam kamar" Manajer nya kebingungan.     

"Aku tadi mengusir nya"     

"What The F*ck.. Edward. Are you crazy???" Manajer nya ikut pucat. Kalau sampai benar Lila menghilang dan terjadi skandal habis sudah pasaran lagu Edward.     

"Aku tidak mengira Ia akan pergi. Ia biasanya bersabar menghadapi ku.." Edward berkaca-kaca. Tangannya merenggut rambutnya sendiri.     

"Kau ini!! Lila juga wanita biasa yang punya perasaan. Kau sia-siakan dia dan kau sakiti. Sekarang kau usir dia. Kau pikir dia wanita yang tidak punya harga diri. Edward tolonglah.. Berpikir sedikit rasional"     

Edward hanya menundukkan kepalanya dengan wajah yang sangat kusut. "Aku menyesal sungguh. Tolonglah cari dia untukku"     

"Aku harus mencari kemana?" Manajernya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.     

"Lila tidak membawa apa-apa, Dia tidak membawa handphone juga tas atau dompet. Ia pasti belum jauh"     

"Sialan!!! itu memang pasti belum jauh. Kenapa Kau masih disini. Ayo kita pergi mencarinya" Kata manajernya sambil mengambil kaos yang sedikit pantas untuk dikenakan.     

Tapi ketika Manajernya mau keluar dari kamar Ia melihat pelayan yang berdiri di dekat pintu. "Ini siapa? Bukankah Ia seorang pelayan kamar?" Tanya si manajer sambil mengernyitkan keningnya.     

"Dia Pelayan yang dititipkan cincin pernikahan oleh Lila"     

"Cincin???" Manajernya tidak mengerti.     

"Yah..cincin pernikahan kami. Lila mengembalikan nya kepada ku melalui dia"     

Mata manajernya terbelalak,"Habislah Kau Edward!! Dia benar-benar berniat meninggalkan mu"     

Mata Edward mulai terasa perih kini berair bagaikan permukaan danau yang tergenang air. "Aku menyesal sangat menyesal" Kata Edward dengan lemah.     

"Apakah Kau menyadarinya sekarang, bahwa Kau mencintai nya?" Tanya manajernya sambil melangkah pergi diikuti oleh Edward.     

Edward terdiam mendengar pertanyaan manajernya. "Aah...sudahlah buat apa mengajari ikan memanjat pohon dan mengajari kupu-kupu berenang. Membuat mu paham apa arti cinta sesungguhnya, bagaikan perumpamaan di atas. Otakmu sudah tidak beres, kau terobsesi cinta yang tidak mungkin. Kau hendak mencoba menjadi orang ketiga yang mustahil. Kalaupun seandainya Alena tidak mencintaimu, siapakah kau dibandingkan dengan Yang Mulia Pangeran Azura itu. Kekayaannya jauh melampauimu, ketampanannya jauh diatas ketampananmu, Kecerdasannya juga tidak usah diragukan lagi. Dia hampir memiliki tiga gelar kesarjanaan dari tiga ilmu yang berbeda. Kau bagaikan sebuah kerlip bintang dan dia matahari. Walaupun matahari adalah bintang juga tapi sangat jauh perbedaannya jika dilihat dari permukaan bumi." Manajernya terus mengomeli Edward di sepanjang jalan menuju ke tempat mobil terparkir.     

Edward tetap terdiam, kata-kata manajernya sangat menyakiti hatinya tetapi Ia tidak dapat menyangkalnya karena memang apa yang dikatakan manajernya adalah suatu kebenaran. Edward hanya bisa menghapus air matanya yang tiba-tiba meleleh tanpa bisa ditahan. Kalau tidak malu ingin rasanya Edward menangis meraung-raung.     

Sopir Edward segera membukakan pintu untuk Edward, Edward masuk ke dalam mobil. Sebelum pergi Manajer Edward menyuruh pelayan untuk tutup mulut atas apapun yang terjadi. Manajernya juga memberikan kompensasi berupa uang yang cukup besar sebagai tips. Si pelayan itu mencoba menolak karena Ia menolong Lila dengan hati yang iklash tetapi Manajer Edward memaksa. Ia tidak ingin jerih payah si pelayan hanya berbalas terima kasih. Akhirnya karena Manajernya Edward memaksa maka si pelayan itu menerimanya. Dalam hatinya Ia berdoa semoga Lila segera ditemukan.     

Tidak lama mobil meluncur keluar dari hotel. Mobil itu tidak berjalan cepat karena mereka memang mencari Lila. Lila diperkirakan berjalan kaki karena tidak memiliki sejumlah uang dan tidak membawa handphone. Edward dan Manajernya berharap Lila hanya duduk menyendiri pada suatu taman yang dekat lokasinya dengan hotel Gardenia. Tapi sudah ditelusuri semua taman dengan radius terdekat. Lila hilang bagaikan ditelan pekatnya malam.     

"Apa mungkin Ia pergi ke kedubes Indonesia?" Tanya Manajernya.     

Edward semakin kusut Ia lalu menggelengkan kepalanya berkata dengan lemah," Kedubes Indonesia tutup pukul 5 PM. Ia tidak mungkin ada disana"     

" Ya..Tuhan kemana lagi Kita harus mencarinya. Apa harus lapor polisi?" Manajernya semakin resah. Matanya dari tadi Ia buka lebar-lebar mencari sosok tubuh Lila. Berharap Ia menemukan gadis cantik berambut hitam legam. Tubuh Lila cukup mungil dibandingkan dengan orang Amerika. Apalagi penampilan fisik Lila cukup mencolok. Cukup mudah sebenarnya menemukan Lila kalau seandainya Lilanya memang ada. Tetapi pada kenyataannya Lila memang tidak ada.     

Mata Edward menatap kosong pada jendela mobil yang kacanya sengaja Ia buka walapun AC mobil menyala, hanya agar Ia lebih jelas mencari Lila.     

"Kita tidak bisa melaporkan kehilangan Lila ke polisi sekarang ini belum 1 x 24 jam, Dia baru hilang beberapa jam yang lalu. Apalagi Ia adalah orang dewasa. Ya Tuhan Lila kemanakah Engkau, Honey..Aku sangat menyesal. Pulanglah, Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu lagi" Kata Edward sambil meratap.     

Manajernya sebenarnya belum puas memarahi kebodohan Edward, tetapi melihat wajah Edward yang begitu putus asa, Ia menjadi tidak tega. Sehingga akhirnya mereka berdua terdiam dalam kebisuan.     

Suara mobil yang menderu, ban mobil yang berputar membelah keheningan malam. Bulan purnama di musim panas terlihat lebih besar dan cerah. Seharusnya malam yang sempurna ini adalah kesempatan yang tepat untuk saling memadu kasih karena kesannya sangat romantis tapi apa daya bagi Edward, Bulan Purnama yang begitu cerah seakan mentertawakan kemalangannya.     

Tiba-tiba handphone di tangan Edward berbunyi, Edward mengerutkan keningnya melihat nomor yang tertera tidak Ia kenali tetapi Edward tetap mengangkatnya dengan harapan Ia akan mendapatkan telepon dari Lila.     

Ia terkejut mendengar suara yang berkata di telpon menggunakan bahasa Indonesia. Ia dan Lila terbiasa menggunakan bahasa Inggris dan jarang menggunakan bahasa indonesia karena memang Lila sangat lancar berbahasa Inggris.     

"Hallo Edward..Apa kabarmu. Aku harap di malam yang begitu Indah Kau menemukan kedamaian"     

"Siapa Kau??" Edward membalas dengan menggunakan bahasa Indonesia. Manajer Edward membalikkan tubuhnya dan duduk dengan wajah menghadap Edward. Ia kebingungan mendengar Edward berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia.     

" Apakah waktu begitu cepat berlalu sehingga Kau sampai lupa dengan suaraku??" Suara wanita ditelpon itu begitu dingin dan membuat bulu kuduk Edward merinding.     

" Aku tidak mengenalmu? Dan Kau dari Indonesiakah? Apakah kau temannya Lila, Cepat beritahu kemana Lila? "     

"Ha..ha..ha... Aku memang dari Indonesia, tapi aku bukanlah teman Lila. Apa Kau kehilangan istrimu? Aku ada kejutan besar untukmu"     

"Apa maksudmu???"     

"Aku memiliki dua wanita yang sangat kau cintai. Mereka berdua ada ditanganku sekarang?? Lila dan Alena.."     

"APAAA??" Suara Edward berteriak memecahkan kesunyian.     

"Kau lihat, Aku begitu baik hati dengan memberitahumu. Aku tahu Kau mencintai Alena melebihi Kau mencintai Lila. Jadi Aku sengaja menculiknya berdua untuk membuat kebahagianmu berlipat ganda. Aku bahkan tidak memberitahukan Nizam keberadaan istrinya tetapi Aku memberitahukanmu. Kau Lihat Aku begitu hebat..ha..ha..ha.."     

Edward menggigil dalam mobil yang ber-AC. Tangannya gemetar, mukanya pucat pasi. Ia bahkan tidak bisa berkata sepatah katapun. Suaranya tertahan semua ditenggorokan. Sungguh teramat mustahil Lila dan Alena ada ditangan orang yang sama. Bagaimana bisa Alena yang begitu dilindungi oleh Nizam dan para pengawalnya ada ditangan orang itu. Tidak!! orang itu pasti bohong.     

"Heh..perempuan bodoh, Kau pikir Aku idiot apa?? Kalau kau menculik Lila aku masih percaya karena memang Ia tidak memiliki pengawal. Tetapi Alena adalah istri dari pangeran bagaimana bisa kau menculiknya"     

Edward tidak mendapatkan jawabannya tetapi Ia menerima sebuah kiriman foto. Edward hampir terkapar pingsan melihat foto itu. Ada Alena sedang terbaring diranjang dan disampingnya juga ada Lila sama sedang terbaring.     

"Ka..kau apakan mereka?? Setan!! Manusia hina, lepaskan mereka!!"     

"Aku salut padamu, Kau bisa mencaci maki Aku dengan bahasa Indonesia. Tidak usah khawatir Edward. Aku tidak membunuh mereka. Mereka berdua hanya pingsan. Kau lihat mereka begitu mirip bagaikan kembar. Datanglah ke tempatku. Ingat jangan pernah memberitahukan Nizam, karena begitu Kau membuka mulut pada Nizam maka Aku akan langsung membunuh keduanya"     

Edward begitu kebingungan mendengar perkataan wanita itu. "Aku tidak akan berkata apapun pada Nizam asalkan jangan kau bunuh mereka. Apa Aku harus membawa uang Berapa banyak yang Kau minta?"     

"Aku tidak butuh uang, Kehadiranmu lebih berharga untukku."     

"Tapi mengapa??" Edward tampak kebingungan.     

"Kau akan tahu nanti. Ingat kau harus datang seorang diri. Jika kau datang ditemani siapapun maka Aku bersumpah akan langsung membunuh mereka"     

"Tidak!! Kau tidak usah khawatir, Aku akan datang seorang diri"     

"Kau memang pria sejati, Aku menunggumu, datanglah!! Selamatkan mereka!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.