CINTA SEORANG PANGERAN

Mengapa Kau Melakukannya, Lila?



Mengapa Kau Melakukannya, Lila?

0"Edward... berhati-hati lah" Bisik Lila dengan penuh rasa khawatir. Wanita yang didepannya bukanlah manusia tetapi iblis yang berwujud manusia. Ia sangat ketakutan melihat Sisca semakin mendekati Suaminya. Edward melirik ke arah Istrinya. "Kau tenanglah.." Kata Edward menenangkan hati Istrinya.     
0

Sisca masih memegang belati ditangannya. Ia mengancam lehernya sendiri menggunakan belati itu. Ujung belatinya ditempelkan dikulit lehernya yang putih. Ujungnya bahkan terlihat sudah melukai leher Sisca.     

Suasana semakin tegang. Chief Jeremy berkata sambil tetap menodongkan senjata nya kepada Sisca. Ia marah-marah sendiri. Lagi-lagi Ia kecolongan. Ia jadi gemas sendiri.     

"Tuan Edward, sebaiknya Anda tidak bermain-main dengan wanita ini. Dia sangat berbahaya" Katanya kepada Edward. Matanya tetap fokus pada Sisca.     

Karena sangat ingin mengetahui siapa orang dibalik kejahatan Sisca. Edward menjadi tidak perduli terhadap apapun. Ia mengabaikan peringatan Chief Jeremy dan Istrinya.     

"It's all right" Katanya sambil mengangkat tangannya. Ia malah tidak sabar ketika Sisca semakin mendekat. Lalu setelah mereka berhadap-hadapan. Edward bersiap mendengarkan informasi dari Sisca.     

"Orang itu adalah....." Sisca berkata dengan mata berkilat-kilat licik. Ia lalu mengangkat kedua tangannya dari lehernya dan dengan sekuat tenaga Ia menghujamkan belatinya ke dada Edward. Semua orang tidak menduga Sisca melakukan itu karena memang Ia posisinya sedang dikepung. Tapi Sisca tidak takut mati. Ia juga tahu polisi tidak akan menembak sembarangan. Ada Lila dan Edward didekat nya membuat polisi tidak akan sembarangan menembak kecuali keterampilan menembaknya sangat mahir seperti Nizam.     

" Aku bunuh kau. Edward!!!" Teriaknya histeris tapi Lila yang berdiri disamping Edward segera meloncat memeluk Edward dari depan dan menutupi tubuh Edward dengan tubuhnya.     

Hingga "Bress...!! Aaakh....." Pisau belati itu menghujam dan langsung menancap ke punggung Lila dengan sempurna. Darah seketika tersembur membasahi muka Edward. Edward berteriak histeris dibarengi dengan teriakan histeris Sisca yang penuh dengan amarah Karena Edward lagi-lagi lolos dari tangannya. Ia semakin marah ketika para polisi langsung membekuknya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil polisi.     

Sisca meronta-ronta sambil berteriak-teriak, "Lepaskan Akan Aku, lepaskan. Aku harus membunuhnya, Aku harus membunuh Edward.." Kata Sisca dengan penuh kebencian.     

"Bawa dia langsung ke markas!! Borgol saja Tangannya. Kita salah tidak memborgol dia. Aku pikir karena dia wanita dan bahunya terluka maka dia tidak perlu diborgol. Tapi nyatanya itu adalah salah. Dia sangat mengerikan." Kata Chief Jeremy sambil memerintahkan para perawat untuk segera mendekati Lila.     

Mobil polisi yang membawa Sisca segera meluncur keluar dari pekarangan rumah. Suara sirinenya meraung-raung menakutkan.     

Sementara itu Edward berteriak histeris melihat tubuh Lila ambruk di pangkuannya dengan belati yang menancap dipunggungnya. Demi menyelamatkan dirinya Lila menghalangi hujaman belati Sisca ke dadanya dengan memeluk tubuhnya dari depan.     

"LILA apa yang kau lakukan. Mengapa Kau melakukan itu. Mengapa Kau mengorbankan nyawamu sendiri untuk suami yang tidak berguna seperti Aku. Kau begitu bodoh. Lila..!!!" Edward berteriak-teriak sambil memeluk tubuh Lila yang tidak bergerak lagi. Darah membasahi pakaiannya dan wajah Edward. Edward terus mengguncang-guncangkan tubuh Lila     

"Selamat kan dia, Dokter..Chief atau siapapun itu cepat selamat kan istriku..Ya Tuhan..Lila... Aaargh..." Edward menangis meraung-raung. Ia memeluk tubuh Lila dengan erat.     

Tapi kemudian ketika tubuh Lila di tarik perawat dari pelukan Edward. Edward malah menangis menjadi-jadi"Jangan... jangan ambil istri ku. Ia milikku. Tidak boleh ada yang mengambilnya dariku. Lila bangunlah...bangun. Kau jangan membuatku takut...Ya Tuhan..selamatkan istriku.. selamat kan dia" Teriak Edward semakin histeris. Para perawat yang akan mengambil tubuh Lila menjadi kesulitan karena Edward terus memeluk tubuh istrinya dengan erat.     

Chief Jeremy memegang bahu Edward dengan penuh rasa iba. Hatinya ikut terhiris melihat nasib buruk Edward.     

"Tuan Edward, biarkan kami menyelamatkan istri Anda, Dia harus segera dibawa ke rumah sakit.." Kata Chief Jeremy sambil membantu perawat dengan melepaskan tubuh Lila dari dekapan tubuh Edward. Perlahan pelukan Edward mengendur. Tubuh Lila langsung di tarik lalu ditelengkupkan di atas brangkar dan segera dimasukkan ke dalam ambulan. Ambulan meluncur dengan cepat menuju rumah sakit.     

Edward menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang berlumuran darah. "LILA...Lila..mengapa Kamu mengorbankan dirimu untukku. Aku tidak pantas menerimanya. Aku suami yang begitu egois. Maafkan Aku..Maafkan Aku...Aaaakh..Tuhan mengapa ini semua harus terjadi. Aku mohon ampun. Aku bertobat atas semua kesalahanku." Bahu Edward turun naik dengan cepat. Air matanya terus menetes membasahi pipinya.     

"Tuhan berikan Aku kesempatan kedua. Izinkan Aku belajar mencintai nya dan melupakan Alena. Tuhan...ampuni Aku" Suara Edward umpama rintihan yang menyayat hati semua orang yang mendengarnya. Para perawat wanita berulang kali menghapus air mata yang meleleh terus menerus sukar untuk dibendung.     

Siapa yang tidak terenyuh mendengar isakan tangis Edward seumpama ratapan yang mencabik-cabik hati. Bahkan ada perawat wanita yang tidak tahan menahan Isak tangisnya. Ia ikut menangis tersedu-sedu dipojok sampai harus ditenangkan oleh seorang polisi.     

Perawat itu akhirnya mendekap tubuh polisi dan menangis didadanya. Polisi itu membiarkan sambil tidak sadar Ia juga menghapus air matanya yang meleleh meleleh membasahi pipinya.     

Chief Jeremy hanya terdiam sambil menepuk-nepuk pundak Edward dengan iba.     

Alangkah menyedihkan nasib pria tampan di hadapannya ini. Tidak pernah sedikitpun Ia membayangkan pria tampan dan kaya itu akan mengalami nasib begitu buruk. Disaat ribuan wanita tergila-gila kepadanya tetapi cintanya sendiri tidak terbalas.     

Edward menyakiti Istrinya dengan perasaan cintanya kepada Alena tetapi apa yang dilakukan Istrinya adalah malah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkannya. Cinta manusia yang tidak diikuti logika ternyata hanya akan menyakitkan. Cinta yang tidak didasarkan pada kebenaran hanya akan berakhir dengan penderitaan.     

Edward masih terus terisak-isak ketika Ia dimasukkan ke dalam ambulan. Ia menatap atap mobil ambulan dengan tatapan kosong. Sesekali Ia menyeka pipinya yang sembab.     

Dua orang perawat disampingnya hanya menatap dengan pandangan yang tidak bisa dibayangkan.     

Beberapa ambulan meluncur keluar dari rumah kosong. Mobil polisi segera mengikuti. Sementara itu tanpa sepengetahuan mereka bahwa ada sebuah motor yang melaju dengan kencang mengikuti mobil Sisca yang sudah dibawa terlebih dahulu.     

Motor itu adalah motor yang tadi Nizam pakai saat mencari rumah ini. Sekarang Imran menggunakannya untuk menyusul mobil polisi yang dinaiki oleh Sisca. Ia harus bergerak cepat agar tidak tersusul oleh mobil yang dibelakangnya.     

Motor Imran terus melesat hingga ketika mobil itu mendekati suatu tikungan Imran mengeluarkan senjatanya dan Dor..dor...dua peluru meluncur mengenai ban mobil.     

Mobil langsung kehilangan kendali dan menabrak pohon mahoni dipinggir jalan. Untungnya tidak ada yang terluka parah karena memang Imran sudah memperhitungkan sedemikian rupa agar tidak ada yang terluka parah. Ia sengaja menembak ban mobil disaat kecepatan mobil sedang melambat sehingga benturan yang terjadi tidak terlalu keras.     

Semua polisi langsung turun dan bersiaga. Imran memarkirkan motornya ke tempat yang gelap. Ia mengendap mendekati mobil itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.