CINTA SEORANG PANGERAN

Konferensi Pers ( 8 )



Konferensi Pers ( 8 )

0Jonathan berbaring terlentang di ranjang. Ia baru saja selesai mandi setelah sesi latihan basket bersama teman-temannya. Ia menatap dinding kamarnya yang penuh dengan foto Alena. Ia tersenyum miris melihat kenyataan bahwa hanya foto-foto itu yang menunjukkan betapa Ia mencintai Alena. Sebagai atlit yang lebih banyak menggunakan tenaga bukannya perasaan seperti Edward, Jonathan cukup pandai mengubur perasaan terdalamnya pada Alena.     
0

Jonathan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak pernah mengeluarkan air mata untuk menangisi apapun termasuk untuk menangisi seorang wanita. Ia malah banyak bertingkah konyol untuk mendapatkan perhatian Alena. Tetapi kemudian ketika Ia tahu bahwa ternyata Alena melabuhkan cintanya kepada Nizam maka Jonathan cukup puas hanya dengan menatap foto-foto Alena yang Ia perbesar dari foto-foto yang diam-diam Ia ambil sebelum Alena menikah dengan Nizam.     

Tapi entah mengapa akhir-akhir ini Ia merasa dadanya sering kali berdebar mengingat nama Alena. Apa karena pemberitaan Alena semakin gencar di internet membuat Ia menjadi teringat kembali kepadanya. " Alena..Aku tahu Kamu sudah milik orang lain. Dan Aku tahu diri untuk tidak mengganggumu. Aku menghormatimu dan Aku juga menghormati Nizam. Tetapi entah mengapa Aku selalu mengingatmu akhir-akhir ini." Jonathan lalu membalikkan tubuhnya. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur dan kemudian berjalan melangkah ke arah jendela. Jendela itu berukuran besar sehingga yang di dalam kamar bisa melihat ke halaman samping dengan leluasa.     

Langit begitu kelam, bintang tampak berserakan di atas sana. Daun-daun terlihat melambai-lambai seakan jemari anak gadis yang menari-nari. Tampak sebuah pohon dengan batangnya yang kokoh berdiri tegak di tengah tampan bagaikan penjaga taman. Jonathan menatap kelamnya malam. Matahari sudah lama membenamkan dirinya seakan Ia tidak ingin menjadi pesaing kecantikan rembulan malam.     

Jonathan menengadah menatap bulan yang cahayanya bersinar menerangi malam. Pada cahayanya yang terang Jonathan seakan melihat wajah Alena. Ia menghembuskan nafas panjangnya.     

"Alena.. Aku tahu bahwa Aku bukanlah siapa-siapa bagimu. Dari dulu kau tidak pernah memandangku sedikitpun. Aku tidaklah segigih Edward dalam mengejarmu. Aku juga tidak cukup punya nyali untuk bersaing dengan Nizam. Aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah atlit kecil dan mahasiswa hukum. Aku memang bukanlah siapa-siapa. Bahkan orang tuaku sudah meninggal Aku bukanlah anak seorang Raja seperti Nizam, Aku juga bukan anak seorang pejabat seperti Edward" Nafas Jonathan terasa berat.     

Malam semakin larut, Ia melihat cahaya bulan yang memantul di air kolam. Mengapa wajah cantik Alena yang terbayang di mata Jonathan. Matanya yang cemerlang dan senyumnya yang lugu itu membuat hatinya terasa merana. Jonathan menghembuskan nafasnya yang terasa masih sangat berat. Lalu dengan langkah gontai Ia berjalan mengambil sebotol kecil bir dingin di dalam kulkas, Lalu menenggaknya. Rasa dingin menyerang tenggorokannya. Ia merasa sedikit tercerahkan.     

Jonathan lalu melangkah keluar dari kamarnya. Ia merasa sedikit lapar. Di rumah terlihat sangat sepi. Ia hanya tinggal berdua dengan kakak Wanitanya yang sudah bekerja. Kebetulan hari ini Kakaknya ada pesta perayaan pernikahan temannya di sebuah restoran. Sehingga otomatis Ia hanya tinggal sendirian.     

Selain dari tadi Ia mengingat Alena, Jonathan juga merasa bulu kuduknya sedikit berdiri, entah mengapa malam ini terasa sangat mencekam. Ia seringkali berada dirumah sendirian tetapi kali ini Ia merasa berbeda. Hatinya semakin merasa resah ketika kakaknya masih belum pulang.     

Perasaan laparnya jadi hilang, Ia lalu berjalan ke dalam ruang tamu. Ruangan yang tertata rapih itu tampak gelap. Rupanya Ia tadi lupa belum menyalakan lampunya. sambil sedikit meraba-raba Jonathan mencari saklar lampu dan ketika dinyalakan. Jonathan mengerutkan keningnya melihat seseorang sedang duduk di kursi sambil menselonjorkan kakinya ke atas meja. Kaki itu tampak bergoyang-goyang seakan orang itu sedang mendengarkan musik. Ia juga tampak menenggak sebotol jus anggur.     

"Siapa Kau?? Ada apa Kau kemari??" Suara Jonathan terdengar gemetar. Bingung dengan kelakuan orang itu. Siapa dia? Apakah salah seorang yang mengenalnya. Jonathan sangat kebingungan tetapi Orang itu tidak segera menjawab, Ia malah kembali menegak botol minumannya membuat Jonathan menjadi emosi.     

"Kau siapa? Berani benar masuk ke rumah orang tanpa permisi, dan bagaimana kau bisa masuk? bukankah semua pintu terkunci?" Jonathan berteriak tetapi mulut yang terbuka lebar itu lalu menutup Ia terdiam dan terkejut melihat wajah orang yang sedang duduk itu tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arahnya dengan perlahan.     

"Hallo Jonathan.." Katanya dengan suara yang renyah dan manis. Jonathan terkesiap melihat wajah putih, hidung mancung dan mata bersinar cerah sedikit sayu. Bibirnya merah dan bahkan ada lesung pipit yang terlihat di pipinya. Ya Tuhan orang ini sangat tampan atau cantik. Ah..entahlah. Apakah ada malaikat yang tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya ataukah ada makhluk dari alam ghaib yang tiba-tiba ingin berjumpa dengannya.     

"Si..siapa Kau? Apakah Kau hantu? Kalau Kau hantu cepatlah pergi. Aku tidak ingin tahu menahu tentang segala macam hantu dan kerabatnya"     

"Ha..ha..ha... Nyawa sudah ada di tenggorokan Kau masih bisa melucu. Konon katanya Putri Alena itu selain cantik dia juga sangat lucu dan lugu. Mungkinkah Kau pasangan yang lebih tepat dibandingkan dengan Pangeran Nizam, untuk Putri Alena?"     

Jonathan merasa nyawanya terputus mendengar nama Alena di sebut. " Siapa Kau? Beraninya menyebut Nama Alena?"     

"Oow...Kau begitu sensitif ketika mendengar nama si cantik di sebut. Alena..putri Alena yang cantiknya selangit, yang kulitnya sehalus sutra, Aku merasa mabuk hanya saat mendengar namanya di sebut.." Orang itu lalu berdiri, tubuh tinggi semampai itu langsung membuat Jonathan tercekat.     

"Siapa Kau sebenarnya??"     

"Aku Abbash... Aku adalah calon suami Alena berikutnya dan akan menjadi ayah bagi kedua bayinya yang kembar.."     

Jonathan mengeram bagaikan harimau terluka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.