CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 14 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 14 )

0Jonathan lalu memandang ke arah wartawan, "Aku begini babak belur. Apakah kalian tidak ingin bertanya mengapa Aku babak belur?" Kata Jonathan sambil melihat ke arah jemarinya yang hancur. Ia memastikan dirinya sendiri kalau Ia tidak akan pernah bisa bermain basket lagi. Giginya jadi bergemeretak. Untung Ia kuliah di jurusan hukum sehingga walaupun Ia tidak bermain basket lagi Ia bisa bekerja di bidang lain, bidang yang berkaitan dengan jurusan kuliahnya.     
0

Para wartawan yang tadi bergemuruh sekarang terdiam seakan mereka baru menyadari kalau pria yang dihadapan mereka begitu menyedihkan. Mata bengkak dan perban menyelimuti dari kaki, tangan sampai kepala. Sekarang mata mereka bagaikan yang terhipnotis memandang Jonathan dengan mata tajam. Mereka jadi sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi.     

Jonathan tersenyum sinis, " Ada orang yang mengaku bernama Pangeran Abbash, Dia menghajarku mati-matian bahkan memang berniat untuk membunuhku. Dia mengatakan kepadaku bahwa dia Mencintai Yang Mulia Putri Alena. Sehingga Ia menjadi geram kepadaku.." Sampai di sini Jonathan terdiam lalu dengan wajah dingin. Jonathan kemudian melihat ke arah Nizam.     

Wajah Nizam pucat pasi mendengar kata-kata Jonathan, Pangeran Abbash mencintai Alena. Bagaimana bisa? Kapan mereka bertemu? Jelas sudah tindakannya yang begitu aneh. Ternyata memang Pangeran Abbash menyukai istrinya. Nizam terduduk lemas di sampingnya Alena yang kebingungan. Pangeran Abbash? Siapa dia? Mencintai dia ? Bagaimana bisa Jonathan mengatakan hal-hal yang aneh.     

Tidak hanya Nizam yang kaget bahkan ayahnya sendiri Sultan Mahmud langsung menghitam karena marah. Ia sangat terkejut dan marah sekali mendengar anaknya mencintai istrinya Nizam. Dasar anak kurang ajar. Sungguh memalukan. mau ditaruh di mana wajahnya sekarang. Ia bagaikan orang yang disiram air comberan penuh dengan kotoran. Ia harus membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri. Walaupun jelas yang dimaksud membunuhnya itu bukan arti yang sebenarnya. Anak tidak tahu diri. Begitu banyak putri yang cantik-cantik dan masih sendiri mengapa dia menginginkan istri orang. Tangannya mengepal dengan keras. Tubuh anaknya seakan sudah ada didepannya dan siap dihajar sampai mati.     

Para wartawan yang terdiam kembali bergemuruh mendengar kata-kata Jonathan. Pangeran Abbash siapa yang tidak kenal pangeran yang tampannya bagaikan bunga matahari yang bersinar cerah. Yang ketampanan playboynya mampu membuat para gadis antri untuk menjadi kekasihnya walaupun tanpa melalui suatu ikatan.     

Tetapi seplayboy - playboynya Pangeran Abbash belum pernah sekalipun terdengar gosip atau berita bahwa Ia mencintai istri orang. Dia lebih menyukai para wanita yang masih gadis. Sekarang berita yang di dengar dari Jonathan seakan seperti petir yang menyambar mati semua orang yang ada diruangan aula ini.     

Tidak bisa di tahan Sultan Mahmud berjalan menghampiri Jonathan dan berkata dengan tajam. Suaranya bagaikan sebilah pedang tajam yang merobek pendengaran semua orang.     

"Anak muda, apakah kau bersunggug-sungguh dengan apa yang kau ucapkan? Betapa kejamnya berita ini jika memang berita yang kau bawa itu seuatu kebohongan belaka? " Suara Sultan Mahmud tampak bergetar karena amarahnya.     

Mendengar perkataan dari pria tua yang mengaku sebagai ayah dari Pangeran Abbash, Jonathan berkata dengan dingin,     

"Perlu yang Mulia ketahui, Saya tidak mengenal siapa Pangeran Abbash hanya saja kalau di sini ada yang mengenali dia, tolong katakan kepadanya. Dia tidak perlu membunuhku hanya karena dia mencintai Tuan Putri Alena karena Saya sekarang mencintai Arani dan akan menikahinya sekarang juga jika Ayahnya Arani dan Yang Mulia Putra Mahkota mengijinkan" Kata Jonathan yang begitu melukai hati dan perasaannya. Tetapi sebagai raja yang agung Ia berupaya mengendalikan perasaannya untuk kemudian berkata,     

"Anak Muda kalau benar yang kau katakan itu. Aku bersumpah akan menghajarnya dengan kedua tanganku sendiri.." Sultan Mahmud berkata dengan bersungguh-sungguh. Anaknya sudah mencoreng nama baiknya maka Ia harus mengembalikan kehormatannya di depan para tetua dan para awak media.     

"Itu harus Yang Mulia, Coba Yang mulia lihat. Betapa menyedihkan keadaanku. Kedua tanganku hampir hancur di injaknya. Aku adalah atlit basket Nasional Amerika dan sekarang Aku tidak akan bisa bermain basket lagi. Dia sangat kejam. Kalau Yang Mulia tidak menghukumnya maka Aku akan sangat menyesal telah hidup."     

"Anak Muda, Pangeran Abbash adalah anakku. Kalau dia bertingkah seperti itu berarti Aku tidak bisa mendidiknya dengan baik. Sebagai permintaan maafku maka Aku akan membiarkanmu untuk menentukan bagaimana Aku harus menghukum dia sepanjang jangan meminta nyawanya.     

Pangeran Abbash adalah anak kesayangan dari istriku Ratu Ariel, Jadi kalau Aku membunuhnya berarti Aku membunuh istriku. Katakanlah anak muda" Susah payah Sultan Mahmud mengatakan ini untuk menekan rasa malunya terhadap semua tetua dan wartawan yang hadir.     

"Bolehkan Aku bertanya kepada calon istriku Arani untuk menjawabnya. Arani katakanlah kepadaku , hukuman apa yang pantas dia terima karena sudah menghajarku?" Kata Jonathan sambil melirik Arani yang sedang berdiri di samping Cynthia. Ia sedari tadi mencari-cari wanita yang akhir-akhir ini mengisi hatinya. Ia sekarang sangat mencintai wanita itu dan melupakan Alena dalam hatinya. Ia kini hanya menyayangi Alena sebagai sahabatnya saja.     

Wajah Arani langsung memerah bagaikan buah cherry di musim semi. Ia tampak sangat malu. Lucu sekali melihat wajah Arani yang biasanya beku dan dingin kini tersipu-sipu malu. Dasar orang Amerika begitu berterus terang membuat Ia jadi malu. Ia jadi terpaku sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan dari Jonathan. Cynthia lalu berbisik di telinga Arani membuat Arani menganggukan kepalanya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.