CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah dari Pangeran Thalal untuk Si Kembar ( 2 )



Hadiah dari Pangeran Thalal untuk Si Kembar ( 2 )

0Ini masih pagi - pagi buta dan matahari baru saja akan mengintip ketika Jonathan dibangunkan oleh Arani. " Nathan...Nathan..Bangunlah. Ini sudah waktunya sholat shubuh" Arani membangunkan suaminya sambil mengguncangkan bahunya. Jonathan menggosok - gosok matanya yang masih sulit terbuka. Ia tampak kesulitan membuka matanya menjelang subuh tiba. Karena Ia terbiasa bangun sekitar pukul tujuh pagi. Jonathan malah membalikkan tubuhnya membelakangi istrinya. " Jessi.. pergilah sana! Aku masih mengantuk. Biar nanti Aku yang bagian mencuci piring " Kata Jonathan sambil kembali terlelap.     
0

Arani mengerutkan keningnya, agaknya Jonathan lupa kalau Ia sudah menikah dan yang membangunkannya bukanlah Jessi tetapi Arani. Sehingga Ia kemudian membalikan tubuh Jonathan. " Aku bukanlah Jessi, Aku Arani istrimu sendiri" Kata Arani sambil sedikit cemberut. Jonathan seketika tersadar begitu mendengar suara Arani. Tetapi mendadak keusilannya muncul lagi. Sambil pura - pura masih tertidur.     

Ia merangkulkan lengannya ke leher Arani lalu menariknya sehingga tanpa bisa dicegah tubuh Arani langsung terjerembab ke dada bidang Jonathan. Muka Arani langsung menghantam leher Jonathan, membuat Arani jadi gelagapan. Ia berusaha bangun dan melepaskan pelukan suaminya.     

"Aakh...Mengapa Kau malah memelukku. Bangunlah Nathan.. Pengawal Yang Mulia sudah menunggu di depan pintu. Yang Mulia menunggumu untuk sholat berjemaah " Kata Arani lagi. Jonathan langsung terbangun mendengar Nizam menunggunya untuk sholat subuh.     

Jonathan segera bangun dan duduk di sofa sambil menggeliat. " Aku sangat mengantuk. Mengapa dalam keyakinanmu kita harus sholat lima waktu. Bukankah itu terlihat berlebih - lebihan dan sedikit merepotkan. Aku tidak memiliki keyakinan yang terlalu kuat bahkan Aku tidak memiliki tempat ibadah. Aku setengah Atheis. Jadi Aku merasa keberatan kalau harus sholat lima kali sehari " Jonathan tampak mempertanyakan hal yang tidak dimengertinya dan keberatan dengan perintah sholat yang harus Ia jalani. Arani tercengang kebingungan menjawab pertanyaan Jonathan. Ia tidak terlalu pandai berkata - kata. Ia tahunya hanya bertindak saja. Ia takut salah menjawab.     

"Kau tanyakanlah pada Yang Mulia. Aku takut salah menjelaskan kepadamu." Kata Arani pendek sambil duduk bersender di kursi tunggal pasangan dari sofa yang ditiduri Jonathan.     

"Nizam sudah menjelaskan sebagian tetapi Aku masih belum mengerti " Kata Jonathan.     

"Tidak apa - apa semua ada prosesnya. Sekarang pergilah berwudhu dan keluarlah menuju Mesjid "     

"Mesjid??? " Jonathan malah semakin kebingungan.     

"Mesjid adalah mosque. Tempat ibadah untuk umat Islam. Yang Mulia Nizam membangun mesjid yang sangat besar di samping rumahnya ini" Kata Arani     

"Oh..ya aku tahu dalam bahasa kalian Mosque di sebut Mesjid" Kata Jonathan.     

"Iya benar. Seperti Gereja untuk umat kristen, Sinagog untuk umat Yahudi, Vihara untuk umat Budha dan Kuil untuk umat Hindu. Apa kau belum pernah pergi ke tempat ibadah ? " Kata Arani.     

Jonathan menggelengkan kepalanya. " Agama bukanlah prioritas dalam hidup kami. Kata Ayahku, Agama itu seperti candu jadi jangan terlalu di dalami karena akan mengakibatkan kita saling merendahkan orang yang saling bersebrangan dengan agama kita dan Kita menjadi pribadi yang egois. Terus terang Aku mengikuti keyakinanmu bukan karena tertarik dengan agamamu. Tetapi Karena Aku mencintaimu dan ingin memilikimu jadi apa salahnya Aku mendalami keyakinanmu sebagai salah satu keyakinan yang ada didunia ini "     

Arani melotot mendengar kata - kata Jonathan yang begitu sangat Ia pahami. Ia adalah asisten Nizam dan jelas Ia banyak mengetahui segalanya. Tetapi menjelaskan tentang sesuatu hal bukanlah kapasitasnya. Sebagai seorang asisten Ia tidak boleh terlalu banyak bicara kalau tidak disuruh majikannya. Ia belajar untuk diam dan mendengarkan serta mengikuti perintah Nizam. Pertanyaan Jonathan adalah pertanyaan tingkat tinggi. Jonathan adalah mahasiswa hukum, Ia jelas memiliki pemikiran yang cukup tinggi.     

Arani tersenyum kaku sambil berkata, " Yang Mulia Nizam biasanya akan mengadakan bincang - bincang dengan para jemaah mesjid di tempat Yang Mulia melaksanakan ibadah sholatnya. Kau tanyakanlah kepadanya apa yang ingin kau ketahui. Jadi sekarang segeralah berwudhu dan ikuti pengawal yang sedari tadi sudah menunggumu di luar."     

"Hah?? Buat apa pengawal menungguku di luar ?" Jonathan tampak kebingungan.     

"Tentu saja untuk mengantarkanmu ke Mesjid?"     

"Tentu saja tidak. Rumah sebesar ini, jangankan Aku. Alena saja pemiliknya akan tersesat tidak tahu arah apalagi Aku yang cuma tamu " Kata Jonathan sambil kemudian pergi ke kamar mandi sambil berjalan sedikit tertatih - tatih. Arani melihat suaminya dengan penuh rasa iba, Apakah Ia harus mencari Batsnah dan meminta obat dari Azura agar luka Jonathan cepat sembuh.     

Arani lalu segera bangun untuk menemui Batsnah tapi kemudian dia duduk lagi. 'Kalau Jonathan sembuh pasti Ia akan menyentuhnya. Aduh.. padahal Ia belum siap. Aku takut. Aku takut pingsan seperti Yang Mulia Alena. Dan Aku juga takut mengamuk seperti Yang Mulia Cynthia' Arani berkata - kata dalam hatinya. Dia lalu mengingat kejadian waktu di Bali.     

Ia sebenarnya tidak sengaja melewat ke kamar tempat Pangeran Thalal dan Cynthia bermalam pengantin. Dan Ia mendengar jeritan histeris Putri Cynthia. Tangisannya sampai sekarang masih terdengar menghantui perasaannya. Jeritan Cynthia menunjukkan bahwa Ia sangat kesakitan.     

Sedangkan waktu malam pertama Nizam dan Alena Ia tidak mendengar langsung karena Ia menunggu di kediaman Nizam. Tetapi berita Alena yang sampai harus dijahit sudah cukup membuat Arani benar - benar merasa ketakutan sendiri. Ia memegang tekuknya yang mendadak berdiri bulu kuduknya. Ia lalu melihat Jonathan yang berjalan setelah berwudhu. Mukanya basah tetapi rambutnya kering.     

"Mengapa rambutmu kering ?" Kata Arani keheranan sesaat Ia lupa ketakutannya.     

"Memangnya harus dibasahi ?" Kata Jonathan bertanya. Lalu kemudian Ia berkata lagi sambil nyengir . " Aku lupa lagi urutan dan cara whudunya.. Ajari Aku lagi ya.." Kata Jonathan sambil menatap Arani. Arani menganggukan kepalanya dan menuntun suaminya ke kamar mandi lagi lalu mengajarinya wudhu.     

Setelah itu Jonathan keluar dari kamarnya dan mengikuti penjaga mengantarnya ke mesjid Nizam. Arani sekali lagi menatap suaminya yang pergi mengikuti langkah penjaga dengan terseok - seok bahkan sesekali Ia mendengar suara desahan Jonathan yang pastinya sedang menahan perih.     

Arani menggigit bibirnya dan berpikir keras lagi. Tetapi kemudian Ia lalu mengusir rasa takutnya. Cuma sekedar dirobek selaput tipis kenapa harus takut. Toh Ia pernah tertusuk sebilah pedang di perutnya ketika Ia melindungi Nizam saat berburu ke hutan dan menghadapi seorang penyusup yang hendak membunuh Nizam. Dan Ia kuat bahkan tidak pingsan. Arani menghembuskan nafasnya dengan kuat. Ia lalu segera mencari Bastnah untuk meminta ramuan itu. Seorang pelayan mengatakan bahwa Bastnah sedang berada di dapur. Karena rumah ini terlalu besar dan Arani tidak tahu dimana letak dapurnya maka pelayan itu mengantarnya ke dapur.     

Ketika dilihatnya Bastnah sedang mengatur menu sarapan di dapur. Arani baru pertama kali masuk ke dapurnya. Ia tercengang melihat dapur yang begitu besar dan lengkap serta modern. Ini seperti dapur milik sebuah hotel bintang lima. Beberapa koki tampak sedang memasak. Ada yang sedang memanggang roti sehingga bau roti tercium langsung mengkilik - kilik perutnya yang lapar. Ia juga melihat ada koki yang sedang membuat campuran yogurth dan buah - buahan. Cangkir - cangkir kopi dan teh tarik berderet memanjang di meja dekat oven.     

Batsnah mengerutkan kening melihat Arani datang ke dapur. " Ada apakah Nyonya datang ke dapur?" Katanya sambil mengambil sekeranjang apel lalu memberikan kepada seorang koki. " Buatkan pie apel yang tidak terlalu manis" Kata Batsanah. Koki itu tidak banyak bicara. Ia segera melaksanakan perintah Batsnah.     

"Aku ingin bicara empat mata denganmu " Kata Arani sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Ia memastikan bahwa percakapannya aman. Ia tidak ingin kehilangan muka karena meminta ramuan untuk mempercepat penyembuhan luka khitan suaminya. Ia tidak mau dianggap wanita kegatelan yang tidak sabar ingin disentuh suaminya.     

Arani tahu mulut Bastnah juga tidak bisa di rem. Ia pelayan paling nyablak se Azura. Seb semua sebenarnya segala sesuatu hal yang ada di rumah ini menjadi tanggung jawabnya selain oleh kepala rumah tangga. Tetapi obat - obatan dan makanan biasanya di awasi sepenuhnya oleh asisten pemilik rumah. Karena obat dan makanan adalah dua hal yang sangat memungkinkan untuk menyusupkan racun. Sehingga pengawasannya harus benar - benar oleh orang yang paling dipercayai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.