CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Ragukan Kesetiaan Sahabatku



Jangan Ragukan Kesetiaan Sahabatku

0"Said membunuh hampir semua pengawal kami termasuk Hasyim. Untungnya Iqbal berhasil melindungi Pangeran Thalal dan menyuruh Pangeran Thalal berlari untuk menyelamatkan Cynthia. Setelah Pangeran Thalal berlari kemudian Amar baru datang dan melawan Said, tetapi kemudian Amar menyuruh Iqbal untuk melawan Said dan Ia berlari untuk melindungi Pangeran Thalal.     
0

Iqbal dan hamba melawan Said sambil berusaha membujuk Said untuk berbelot kepada kami. Hamba merasa bahwa Said bukanlah orang yang terlalu kejam "     

"Hmm.. apa karena Ia tidak membunuhmu?" Kata Nizam sambil tetap dingin. Andhara terkejut mendengar analisa Nizam. Dengan terbata - bata Andhara bertanya, " Ba..bagaimana Yang Mulia tahu ?"     

"Karena kau adalah seorang wanita dan karena kau adalah orang yang paling rendah ilmu beladirinya dibandingkan yang lain. Tetapi sampai sekarang kau masih hidup. Itu berarti Said tidak berniat membunuhmu. Karena secara logika dengan tingkatan  ilmumu yang paling rendah, kau seharusnya adalah orang yang paling pertama Said bunuh sebelum membunuh yang lainnya"     

Andhara menganggukan kepalanya walaupun Ia tidak terlihat oleh Nizam. Rasa kagumnya semakin berlipat ganda kepada Nizam. Hasil analisa putra mahkota itu sangat luar biasa akurat.     

"Anda benar Yang Mulia. Dia berusaha menghindari hamba. Ia tidak pernah melayani serangan hamba makanya kemudian hamba membujuknya untuk membelot kepada Kami. Tetapi kemudian Ia seperti mendengar sesuatu dan kemudian Ia berlari ke arah Amar berlari. Kami sangat heran karena kami tidak mendengar apapun. Suara gemuruh air terjun membuat kami tidak bisa mendengar dengan jelas. Tetapi Said sepertinya memiliki ilmu mendengarkan dari jarak jauh.      

Kami lalu ikut berlari mengejar Said. Dan beberapa kali kami kehilangan jejak. Hingga akhirnya kami berstrategi. Iqbal menyuruh hamba untuk melapor ke kepolisian Korea sedangkan Iqbal melanjutkan pencariannya. Akhirnya Kami berhasil menemukan tempat Yang Mulia Putri Cynthia dan Pangeran Thalal sudah dalam keadaan terluka parah" kata Andhara     

"Parah ? Seberapa parah " Nizam seakan meraung mendengar kata - kata Andhara.     

"Hamba berharap Yang Mulia mengampuni kami semua " Andhara malah meminta maaf membuat Nizam semakin mengeram.     

"Kau jangan bertele - tele lagi. Katakanlah !!" Nizam meraung bagaikan harimau kelaparan.     

"Ada syaraf matanya yang terkena benturan ketika Pangeran Abbash membantingnya..." Andhara berkata sangat hati - hati. Ia kembali terdiam dan menarik nafasnya seakan mengumpulkan kekuatan yang sudah pada terbang semenjak Ia mendengar suara Nizam saat menjawab salamnya.     

"Lalu ? Katakan ! " Nizam benar - benar sudah seperti kehilangan akal karena Andhara yang sangat ketakutan mendengar suara Nizam sehingga Andhara malah jadi sering terbata - bata.     

"Untuk sementara Pangeran Thalal tidak dapat melihat..." Selesai Andhara berkata maka Handphone ditangan Nizam dibanting dengan sangat keras dan Nizam kemudian menendang meja keci tempat vas bunga hidup disampingnya hingga mencelat menghantam meja rias Alena. Alena yang sedang tertidur langsung terbangun kaget. Ia terduduk dengan mata masih memerah menatap Nizam yang tampak menghitam karena amarah.     

"Ada apa Nizam ? Ada apa ?" Alena langsung bangkit dan turun dari ranjang. Ia segera memeluk Nizam yang sedang dalam kemarahan tingkat tinggi. Ia mendekap tubuh Nizam dan mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang.     

"Adikku tidak bisa melihat Alena, Dia tidak bisa melihat. Kau benar. Seharusnya Aku tidak mengirimnya ke Korea. Aku sangat menyesal.." Nizam meraung sambil mengepal. Alena langsung menariknya untuk duduk.     

"Duduklah.. duduk untuk mengurangi amarahmu " Kata Alena sambil kemudian memberikan air minum. Nizam menurut ketika Alena menyuruhnya untuk minum. Sesaat Nizam merasa sedikit tenang.      

"Dia tidak dapat melihat" Kata Nizam sambil gemetar. Alena mengelus punggungnya dengan lembut dan berkata bahkan Ia memanggil Yang Mulia untuk menenangkan perasaan Nizam.     

" Yang Mulia, Apakah yang lebih penting daripada sebuah keselamatan. Kehilangan penghilatan masih lebih baik daripada kehilangan nyawa. Setiap kejadian ada takdirnya. Jikalau Yang Mulia sampai kehilangan kendali karena Pangeran Thalal maka pengorbanan Pangeran Thalal akan menjadi sia - sia. Aku yakin Pangeran Thalal terluka karena melawan Pangeran Abbash. Yakinlah Alloh akan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Ada hal yang tidak kita ketahui atas apa yang menimpa kita" Alena berkata sambil membenamkan muka Nizam ke dadanya. Ia memutar otaknya dengan keras untuk menenangkan Nizam yang sangat galau.      

"Apa yang akan terjadi pada Cynthia jika Ia tahu suaminya tidak bisa melihat. Apakah Ia akan meninggalkannya " Nizam berkata dengan penuh rasa khawatir. Alena mengangkat wajah Nizam. Ia memegang kedua pipi Nizam dengan kedua tangannya dan berkata,     

"Aku mungkin bodoh dalam banyak hal tetapi Aku tidak bodoh ketika memilih seorang sahabat. Cynthiaku bukanlah orang yang begitu egois dan tolol hingga akan meninggalkan suaminya hanya karena dia tidak dapat melihat.     

Apakah Kau tahu bagaimana Ia mengorbankan mimpinya untuk bekerja di perusahaan impiannya hanya untuk mengikuti Aku ke Azura. Ia bahkan tetap berada disisiku dan melawanmu yang jelas - jelas sudah memberikan jaminan kekayaan.     

Apakah Kau ingat bagaimana Ia menentangmu dan membelaku. Ia tidak takut kau akan membunuhnya. Ia adalah sahabat yang sejati. Kalau Ia begitu menghargai sahabatnya sendiri bagaimana bisa Ia tidak menghargai suaminya. Kau jangan meremehkan kesetiaan sahabatku itu" Alena berkata bagaikan setetes embun yang membasahi keringnya gurun yang tandus.     

Kata - kata Alena begitu masuk diakal dan pikirannya. Dalam keadaan kacau dan kalut bagaimana bisa Ia mengenali kepribadian orang lain. Tetapi Cynthia adalah sahabat Alena dan bukan sahabatnya. Ia masih ingat bagaimana Cynthia selalu ada di sisi Alena dan menentangnya jika Ia menyakiti Alena.     

Sebagai seorang sahabat kesetian Cynthia memang tidak perlu diragukan. Dan sekarang kesetiannya sebagai seorang istri akan dipertaruhkan. Nizam sangat membenarkan kata - kata Alena. Alena istrinya yang selalu tampil cemerlang disaat keadaan sedang terdesak.     

"Aku dan adikku beruntung telah mendapatkan kalian berdua" Kata Nizam sambil memeluk pinggang Alena. Ia lalu tidur meringkuk dalam pelukan istrinya. Alena mengelus rambut coklat itu sambil sesekali mengecupnya.     

Sebenarnya hati Alena juga gundah mendengar berita ini. Bagaimana bisa Pangeran Thalal kehilangan penglihatannya. Pangeran itu sangat perfeksionis dalam penampilan. Ia adalah pria metro pujaan kaum hawa di Azura. Kehilangan penglihatan pasti bukan sesuatu yang dapat diterimanya dengan mudah.     

Alena merasa sangat yakin bahwa Cynthia akan lebih menerimakan kondisi Pangeran Thalal dibandingkan dengan Pangeran Thalal sendiri. Diam - diam mata Alena kembali membasah. Terus terang Ia lebih menakuti kondisi mental Pangeran Thalal dibandingkan dengan kondisi mental Cynthia. Pangeran Thalal bukanlah Nizam yang memang sedari kecil sudah terlatih secara mental dan fisik untuk menjadi seorang Raja.     

Pangeran Thalal adalah pangeran yang tahunya cuma bersenang - senang dan tidak pernah berpikir keras. Ia sangat easy going. Ia sedikit manja karena perlindungan Nizam terhadap dirinya. Ia berlatih ilmu beladiri karena memang statusnya sebagai seorang pangeran. Ia tidak pernah memiliki ambisi apapun. Satu - satunya ambisi dia adalah waktu Ia menginginkan Cynthia sebagai istrinya. Kehilangan penglihatan bisa jadi akan menjadi pukulan terberat dalam hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.