CINTA SEORANG PANGERAN

Pasti Ada Yang Salah



Pasti Ada Yang Salah

0Nizam mengangkat alisnya ketika Ia tidak melihat Arani di saat Ia mem-briefing para pegawainya. Ia melirik ke arah Nayla. "Apakah Yang Mulia mencari Arani?" Kata Nayla. Tetapi Nizam tidak mengiyakan. Ia hanya tetap menatap wajah Nayla meminta penjelasan. Nayla lalu membungkukkan badannya dan berbisik perlahan.     
0

" Tadi hamba meminta pelayan untuk pergi ke kamarnya tetapi pelayan berkata bahwa Arani tidak bisa bangun karena tidak enak badan " Kata Nayla dengan polos.     

"Siapa yang mengatakannya? Apakah Arani  sendiri? " Kata Nizam sambil mengerutkan keningnya.     

"Bukan. Tapi Tuan Jonathan yang mengatakannya "     

"Oh..." Nizam hanya berkata pendek. Ia menjadi sedikit gusar mengapa Arani sampai tidak bisa bangun. Logikanya tubuh sekuat Arani tidak akan sampai tidak bisa bangun kalau hanya sekedar bercinta biasa. Pasti ada yang salah. Ia sudah memperhitungkan sedemikian rupa agar rencana Jonathan berjalan lancar dan Ia juga sengaja memberikan dua dosis agar Jonathan masih memiliki cadangan kalau Ia gagal dalam kesempatan pertama.     

Tapi Nizam tidak bisa terlalu lama memikirkan Arani Ia harus segera menangani pengobatan adiknya. Lagipula itu urusan intern Ia tidak bisa ikut campur lebih jauh lagi.Nizam lalu mulai memimpin rapat kecilnya dengan efektif dan efisien.      

Para pelayan dan penjaga diseluruh kediaman Nizam mulai bergosip berbisik - bisik mendengar Arani sakit. Tubuh Arani yang terkenal tangguh ternyata bisa sakit dan tidak bisa bangun. Mereka keheranan dengan sakit yang dialami Arani dan mereka sedikitpun tidak mengira kalau Arani sakit setelah bercinta.      

Bastnah sedang menyisiri rambut Alena dengan lembut ketika bibirnya kemudian berkata," Yang Mulia apakah Yang Mulia sudah tahu kalau Nyonya Arani sakit sampai tidak bisa bangun?"     

Alena terkejut sambil menatap Bastnah, "Memangnya sakit apa dia? Kho bisa sakit? Dulu Ia pernah sakit sekali ketika Nizam mengajakku makan malam di luar sekarang dia sakit lagi. Kasian.. Coba kau panggilkan dokter"     

Mata Bastnah terbuka lebar Ia terlihat sangat girang dengan perintah Alena, bukankah memang Ia sengaja memancing Alena untuk memanggilkan Arani  dokter. Bastnah sangat penasaran ingin tahu Arani sakit apa. Pasti ini kaitannya dengan Nayla yang meminta sesuatu ke tabib kemarin.      

Bastnah sudah selesai menyisir rambut Alena, bahkan Ia menjalinnya sehingga wajah Alena yang cantik semakin terlihat jelas. Ia juga mengenakan pakaian tradisional Azura ke tubuh Alena. Pakaian berwarna merah hati dengan sulaman tangan di sekitar dada dan pinggang membuat kecantikan Alena semakin terlihat. Bastnah juga memakaikan Dupatta ( Kain semacam pasmina yang tipis dan lembut yang biasa digunakan oleh orang Pakistan atau India untuk menutupi kepala ) berenda emas yang sangat indah untuk menutupi kepala Alena.     

"Yang Mulia sangat cantik, Yang Mulia adalah gadis di luar bangsa kami yang paling cantik yang pernah hamba temui" Kata Bastnah dengan tulus. Alena tersenyum, " Alhamdulillah, terima kasih Bastnah. Tapi kalau dengan Putri Rheina masih lebih cantik dia kan?" Kata Alena malah teringat dengan Putri Rheina.     

"Anda berdua memiliki kecantikan yang berbeda, dan sampai sekarang Putri Rheina masih menjadi gadis yang tercantik di negara kami. Tetapi kecantikan Yang Mulia juga tidak kalah dengan Putri Rheina, Kecantikan Yang Mulia bahkan terlihat lebih murni " Kata Bastnah tanpa bermaksud menyangjung Alena. Ia berbicara sejujurnya.     

"Aku senang dengan kejujuranmu, Kau harus tetap berada dipihakku saat nanti Kami pulang dari Azura. Aku harap kau akan membantuku melawan para selir Pangeran Nizam" Kata Alena sambil bangun dari duduknya.     

"Tentu saja Yang Mulia, jangan khawatir, Kita akan lawan mereka sampai mereka habis tidak bersisa" Kata Bastnah berapi - api. Kelihatannya Ia memiliki dendam dengan Putri Rheina.      

"Bagus!! Ayo kita ke tempat Arani, Kita akan tengok dia. Jangan lupa bawa buah - buahan. Di negaraku kalau menengok orang sakit biasanya selalu membawa buah - buahan agar cepat sehat" Kata Alena sambil berjalan di ikuti Bastnah.     

***     

Kamar Jonathan dan Arani.     

Arani masih tertidur kelelahan ketika Jonathan sudah bangun dan mandi bahkan Ia sedang menikmati sarapannya yang disiapkan pelayan. Di tangannya ada sebuah buku yang sedang Ia baca. Selain membaca untuk persiapan sidang Ia juga sedang mendalami hukum perdata. Untuk menjadi pengacara perusahaan Ia pasti akan lebih banyak berhubungan dengan kasus perdata daripada pidana. Makanya Ia sekarang mulai membaca banyak buku yang berkaitan dengan hukum perdata.     

Jonathan tampak menikmati kentang tumbuk dengan sosis sapi yang besar. Ia juga melahap dua buah telor mata sapi, segelas susu coklat besar dan segelas  air jeruk manis. Tangannya asyik membuka lembaran halaman buku ketika Ia mendengar Arani mengerang. Jonathan segera bangun dan menyimpan bukunya. Ia menghampiri istrinya yang baru bangun.     

Jonathan duduk disamping istrinya yang kini merintih kesakitan, " Saakit.. apa yang telah terjadi?" Katanya sambil menggerakkan kakinya perlahan. Tubuh Arani seperti habis berlatih ilmu kungfu tujuh hari tujuh malam. Ia sangat letih dan ada bagian tubuhnya yang sangat sakit. Saking sakitnya Arani sampai melelehkan air matanya.     

"Saakiit.. ouch..mengapa sangat sakit ?" Kata Arani sambil menatap suaminya dengan wajah memelas. Jonathan memeluk Arani dengan erat. Air matanya kemudian mengalir, "Maafkan Aku Arani. Kalau kau ingin membunuhku. Bunuhlah.. Aku suami yang durhaka dan kejam. Aku menyakitimu. " kata Jonathan sambil terisak. Arani menatap nanar tangannya memegang bahu Jonathan sambil mengingat - ngingat kejadian semalam.     

Arani gemetar ketika potongan - potongan kejadian semalam berkelebat memenuhi pikirannya. Mata Arani terpejam ketika Ia menyadari apa yang telah terjadi. Bibirnya gemetar ketika Arani berkata, " Kau memberikan Aku air salwahya ? Kau memberikan Aku afrodisiak ?" Kata Arani perlahan.     

"Apakah Yang Mulia Nizam yang memberikannya ?" Bisik Arani. Jonathan mengangkat mukanya dari leher Arani dan bertanya, " Dari mana kau tahu?"     

" Ini adalah rumah kediaman Yang Mulia dan obat itu sangat berbahaya kalau salah penggunaanya. Obat itu tidak akan keluar tanpa seijin Yang Mulia"     

Jonathan menganggukan kepalanya. " Aku sungguh tidak mengerti mengapa dia memberikan obat yang begitu berbahaya Aku hampir mati karenanya "     

Mendengar kata - kata Jonathan Arani langsung lupa akan sakitnya Ia segera bangun dan mencengkram bahu Jonathan dengan kuat.     

"Kau pasti salah dengan dosisnya. Berapa yang Kau berikan kepadaku? Sampai Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku? Aku adalah orang yang memiliki fisik setara dengan tujuh orang laki - laki Azura. Kalau dosisnya normal tidak akan sampai membuatku lepas kendali. Aku hanya akan merasa bergairah saja" Kata Arani dengan tajam. Jonathan jadi tergagap.     

"Aku berikan satu botol.." Kata Jonathan dengan wajah ketakutan.     

"Kau gila!! Pantas saja Aku sampai lepas kendali. Aargh...  kau masih beruntung tidak mati karena mampu melayaniku. Bagaimana kalau seandainya kau mati Aku bunuh karena Kau tidak dapat melayaniku?" Kata Arani sambil melotot.     

"Maafkan Aku, Aku salah. Aku lupa lagi takarannya. Otakku sedang penuh dengan pasal - pasal tentang hukum jadi Aku lupa lagi"     

"Aah.. sudahlah.. Aku mau mandi saja. Aku bersyukur semuanya sudah berlalu.. Aku juga memang salah. Seharusnya Aku memang memberikan hakmu." Kata Arani sambil kemudian mencoba turun dari tempat tidur tapi kemudian Ia malah terjatuh karena menahan sakit. Jonathan langsung menggendongnya. "Mari Aku antar ke kamar mandi " Kata Jonathan sambil membopong istrinya. Ia sangat lega Arani tidak mengamuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.