CINTA SEORANG PANGERAN

Dalang dibalik Peracunan Rafiq.



Dalang dibalik Peracunan Rafiq.

0Nizam menatap Bastnah yang sedang sibuk mengumpulkan pelayan yang akan diinterogasi oleh Nizam dan yang lainnya.  Nizam duduk di sebuah kursi didampingi oleh Arani, Andhara, Amar, Iqbal, Fuad dan Ali tentunya. Semua mata menatap ke arah pelayan dan memasang pendengaran mereka dengan seksama.     
0

Semua pelayan berdiri berjajar untuk di absen oleh Bastnah. Rencananya semua pelayan akan dipanggil dari semua divisi. Dari mulai dapur, pelayan bagian bersih - bersih ruangan, Pelayan bagian menjahit, pelayan bagian kebun. Pelayan bagian mencuci dan menyetrika dan beberapa pelayan yang bertugas dibagian pelayanan tamu.     

Untuk sementara karena tertuduhnya adalah pelayan bagian dapur maka bagian dapur yang terlebih dahulu diperiksa.     

Para pelayan itu satu persatu  di tanya tentang alibi mereka, dan apa saja yang dikerjakan pada saat hari itu. Makanan apa yang mereka masuk dan termasuk mereka bertemu dengan siapa dan menghubungi siapa selama hari itu. Semua pelayan memiliki alibi yang meyakinkan sampai dengan yang  terakhir. Pelayan terakhir adalah pelayan yang diberitahukan oleh Bastnah. Dia adalah pelayan yang sedang sakit perut pada saat Rafiq terbunuh.     

Nama Pelayan itu adalah Asya. Asya sangat stress karena interogasi ini terlebih karena dia ketahuan sakit perut pada saat hari dimana seharusnya Ia bertugas.     

"Asya, Benarkah saat itu Kau sakit perut ? Mengapa kau sakit perut ? Apa yang kau makan hingga sakit perut ?Apakah setelah kau sakit perut Kau pergi ke dokter atau bagaimana ? Kau ceritakan kepada kami dengan jelas" Arani bertanya kepada Asya sambil berdiri dari duduknya dan berjalan menuju Asya. Asya berdiri ketakutan di depan Arani dan yang lainnya.     

" Ha..hamba tidak berbohong. Pagi itu Hamba sedang memasak ketika tiba - tiba Banti datang dan memanggil hamba." Kata Asya sambil terbata - bata.     

"Banti?? " Kata Arani sambil mengerutkan keningnya. Ia tahu siapa pelayan itu. Karena semua perekrutan Pelayan berada di bawah sepengetahuannya. Ia tidak mencurigai sedikitpun kepada Banti. Ia tahu Banti karena memang pelayan yang berasal dari istana Azura.     

"Banti adalah pelayan dari bagian menjahit Yang Mulia. Dia keponakan dari teman Hamba. Dan baru datang sebulan yang lalu dari Azura bersama dengan pelayan lainnya. Hamba sangat mengenal Banti makanya Hamba mengizinkan dia untuk masuk ke dalam rumah Yang Mulia " Kata Bastnah dengan penuh keyakinan.     

Arani malah menatap ke arah Nizam dan Nizam mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah meragukan Bastnah karena Ia memang tidak pernah menyimpan orang sembarangan untuk menjadi asisten istrinya. Tetapi Banti membuat Nizam langsung curiga nalurinya langsung bekerja kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan Banti.     

"Apa yang dilakukan Banti kepadamu ?" tanya Nizam menatap pelayan itu dengan tajam membuat Asya semakin menggigil ketakutan.     

"Banti tidak berbuat apa - apa. Dia hanya mengajakku untuk minum teh bersama nanti sore. Kami memang terbiasa minum teh bersama sesama para pelayan di waktu istirahat kami. " Kata Asya sambil menundukkan kepalanya.     

"Terus bagaimana lagi " Sekarang  Arani bertanya dan  terlihat tidak sabar.     

" Dia kemudian pergi sambil mengunyah sesuatu. Hamba lalu iseng bertanya, " Apakah yang Kau makan Banti? kata Hamba kepada Banti. Kemudian Banti menjawab , " Ini ? Oh ini adalah permen dari India. Kemarin Aku membelinya ketika Aku berjalan - jalan ke pasar bersama dengan pelayan bagian belanja " Kata Banti sambil tidak henti - hentinya mengunyah. Hamba kemudian tertarik dan memintanya satu lalu Banti mengambil dua kemudian Ia memberikan kepada Hamba satu lalu yang satunya lagi untuknya. Hamba memakannya tetapi belum sampai sepuluh menit Hamba merasakan perut hamba sangat mulas sehingga kemudian hamba meminta bantuan Banti untuk mengantarkan makanan kepada Tuan Rafiq. "     

Usai Asya berkata seperti  itu maka Bastnah langsung pucat pasi. Ia segera menjatuhkan lututnya ke depan Nizam dan berkata terbata - bata " Ampuni Hamba Yang Mulia. Hamba sungguh tidak akan percaya kalau Banti yang akan melakukannya. Ia adalah keponakan dari teman dekat hamba. Dan hamba sangat mengenal Banti. Ia hidup lama di Istana dan sangat pandai merajut dan menjahit.     

Bagaimana mungkin Hamba salah mengenali? Hamba mohon ampuni nyawa Hamba Yang Mulia "  Kata Bastnah sambil tetap bersujud di hadapan Nizam.      

Wajah Nizam tampak memerah karena marah tetapi Ia tidak marah kepada Bastnah tetapi marah kepada orang yang disebalik Banti. " Panggilkan Banti sekarang juga !! " kata Nizam sambil berjalan mondar mandir.     

"Lagi.. lagi kita kecolongan. Lagi ..lagi kita kecolongan. Mengapa orang itu begitu mudahnya membobol sistem keamanan kita ?" Kata Nizam sambil kesal. Ia bahkan membanting Vas bunga yang ada di depan meja dengan gusar ke atas lantai.     

Seorang pelayan tampak berlari - lari masuk ke dalam Aula tempat Nizam dan yang lainnya berkumpul. Pelayan itu tampak menggigil ketakutan.     

"Yang Mulia... Yang Mulia... Banti menggantung dirinya di  kamar "     

Bastnah langsung menangis mendengar perkataan pelayan itu sambil  memanggil nama Banti dengan lirih. " Banti.. Banti... mengapa Kau harus berbuat seperti itu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi ?" Kata Bastnah seakan Ia masih tidak percaya kalau Banti tega berbuat seperti itu.     

Nizam dan yang lainnya langsung berjalan menuju kamar Banti dan Ia melihat Banti memang tergantung dengan lidah menjulur. Nizam meminta Ali untuk menurunkan mayat Banti. Dan Nizam  lalu memeriksa Banti dengan seksama seraya didampingi  oleh dokter.     

"Ini benar bunuh diri Yang Mulia. Dan bukannya dibunuh. Tidak ada tanda - tanda penganiyaan dan terlihat murni gantung diri " Kata Dokter Nazriel.     

Nizam memegang wajah Banti dan membolak - baliknya sampai Ia kemudian meraba pipi Banti. Semua mata menatap Nizam dengan pandangan tidak mengerti. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Nizam dan ketika tiba - tiba Nizam menggerakkan tangannya dan menarik sesuatu dari wajah Banti semua terpekik kaget ketika sebuah kulit wajah berada di tangan Nizam. Wajah mayat wanita itu sekarang terlihat jelas bukanlah Banti tetapi wajah wanita lain.     

Nizam menggenggam kulit wajah imitasi itu di tangannya. Ia tampak sangat geram sampai meremas kulit itu di tangannya. " Abbash !! Apa sebenarnya maumu? Kau terus menteror keluargaku ? Kau tahu betul setiap celah kelemahan kemananku. Lagi - lagi kau menyusupkan pelayan dengan teknik penyamaranmu. Sial !! " Nizam langsung membanting kulit wajah itu dan dengan wajah kelam Ia langsung melangkah pergi.     

Tetapi begitu di depan pintu Aula Nizam berkata, " Berikan Laporan ke kantor kepolisian. Uruskan pemakamannya dan temui keluarga Tuan Rafiq untuk permintaan maaf dan turut bela sungkawa. Kemudian berikan uang duka yang sepatutnya. Aku ingin semua masalah selesai dalam dua hari. Dan selidiki siapa wanita itu." Kata Nizam sambil berlalu dan menghilang dibalik lorong ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.