CINTA SEORANG PANGERAN

Alika dan Aruna



Alika dan Aruna

0Alena melirikkan matanya ke arah Cynthia sambil menepuk - nepuk tangannya dengan lembut. " Kau jangan khawatir. Kalaupun nanti kita ketemu Aku berani taruhan dia tidak akan berani apa -apa" Kata Alena dengan penuh kebanggaan.     
0

Cynthia cemberut mendengar kata-kata Alena yang penuh percaya diri.     

"Aku benar-benar salut kepadamu, Alena. Kalau ada lomba Orang teroptimis sedunia maka Kau pasti akan jadi juara" Cynthia berkata sambil mengeluh.     

Alena malah tertawa terbahak-bahak. Mendengar Cynthia yang tampak sangat kesal     

"Iya Aku tahu, dulu Aku tidak terlalu optimis tetapi sejak Aku mendapatkan Nizam atas bantuanmu maka Aku menjadi lebih optimis dalam menghadapi hidup. Optimis itu membuat langkah hidup kita lebih menyenangkan dan menantang." Mata Alena berkilat - kilat.     

Cynthia menghela nafas panjang dan berkata, " Entah Aku harus merasa bersyukur atau menyesal telah membantu mu mendapatkan Nizam. Karena  yang pasti memang sejak hidup kita terlibat dengan kerajaan Azura. Kita menjadi sering tersangkut dengan banyak kejadian yang membuat nyawa kita terancam. Tapi Kau malah semakin optimis" Cynthia menggelengkan kepalanya.     

"Itu namanya takdir Cynthia. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan. Jadi kita hadapi saja semuanya dengan hati yang bahagia. Kau tahu mengapa Aku tidak takut kepadanya?" Kata Alena bertanya kepada Cynthia.     

"Menebak pikiran Nizam lebih mudah daripada menebak pikiranmu" Kata Cynthia sambil memalingkan wajahnya melihat ke arah jalan.     

"Karena dia mencintaiku. Ia pasti tidak akan mencelakakan Aku."     

"Dia itu psikopat Alena. Kau tahu bagaimana dia membunuh orang Korea itu? Dia juga membuat Jonathan babak belur. Dia membuat Pangeran Thalal buta. Dia juga membunuh Banti dan Rafiq. Dia juga membunuh pelayan yang dia suruh untuk menyamar menjadi Banti. Dia  sangat jahat.      

Dia lebih gila dari Andre dan Nendri. Bagaimana bisa dia mencintaimu sedangkan kalian tidak pernah bertemu"     

Alena mengangkat bahunya. "Itulah sebabnya kita tidak boleh takut kepadanya. Dia itu kelihatannya sedikit gila. Orang gila tidak bisa ditebak pemikirannya. Kita bisa menghadapinya asalkan kita bisa mengikuti kegilaannya." Alena malah berkata hal yang membuat Cynthia tambah bingung     

"Alena sayangku bagaimana Kita bisa mengikuti kegilaannya kalau kita tidak bisa menebak pikirannya. Ya Tuhan...apa Aku yang sudah bodoh atau Alena yang ternyata lebih pintar. Mengapa Aku harus mengikuti ide gilanya dengan memberikan obat tidur kepada Nizam dan Pangeran Thalal." Cynthia menangkupkan tangannya di pipinya.      

Tapi dilihatnya Alena malah bernyanyi - nyanyi kecil. Ia benar-benar terlihat sangat bahagia karena bisa ke kampus tanpa ditemani Nizam walaupun Ia tetap membawa dua pengawal.     

Cynthia akhirnya hanya terdiam menyerah.     

Tidak lama kemudian, mobil tiba di Kampus. Karena memang kedatangan mereka diam - diam maka tidak ada penyambutan atau protokoler atas kedatangan dua orang anggota kerajaan sebagaimana biasanya jika suatu tempat kedatangan para anggota keluarga kerajaan jika datangnya secara resmi.     

Alena melihat ke arah handphonenya dan mulai chat dengan teman-temannya. Cynthia juga ikut membuka handphonenya karena mereka memang satu grup. Ada lima orang yang janji akan bertemu dan berpesta kecil - kecilan di cafe hotel berbintang siang ini.     

Bella, Maria, Janeth, Cynthia dan Alena sendiri. Mereka lalu berjanji akan bertemu dikantin kampus.     

Bella : Alena dan Cynthia, Aku masih dijalan. Aku sangat tidak sabar bertemu dengan kalian. Setelah sibuk menyelesaikan tugas akhir kita baru bertemu dengan leluasa lagi.      

Kata Bella melalui chatnya.     

Alena : "Yah...Aku juga sangat senang. Setelah wisuda Minggu depan Aku dan Cynthia akan segera pulang ke Azura dan Aku tidak tahu kapan Aku bisa ke Amerika."     

Cynthia :  Alena benar, Aku juga senang tapi sebaiknya Kau segera datang agar waktunya tidak terbuang percuma. Cynthia tetap merasa khawatir dengan Alena sehingga Ia mengomeli Bella yang tampaknya akan terlambat.     

Bella : Ha...ha...ha.. Cynthia dari dulu tetap judes dan sedikit galak. Sekarang malah terlihat lebih galak. Semenjak menjadi istri Pangeran Azura agaknya dia semakin tegang.     

Empat tahun sekelas membuat mereka saling mengenal sifat masing-masing.      

Cynthia : Kalau sudah memahami maka sebaiknya Kau segera datang. Dan Janet Kau sudah ada dimana? Maria juga?     

Janet : Aku sudah ada dikantin dengan Maria. Masih setia melihat cowok - cowok ganteng lalu lalang. Sayangnya tiga cowok kami yang paling ganteng sudah terampas oleh Kalian.     

Maria : Benar. Edward dan Nizam diambil oleh gadis Indonesia. Dan Jonathan idola kita bersama malah dijerat oleh gadis Azura. Kami - kami gadis Amerika tidak seberuntung itu.      

Bella : Dan gadis Amerika malah dijerat Pangeran Azura.. Hay..Hay..  hidup memang penuh misteri.     

Alena memberikan emoticon tertawa sambil menangis dan Cynthia memberikan emoticon wajah gadis yang menepuk keningnya tanda Cynthia sedang menunjukkan heran dan bingung atas kekonyolan kata - kata Bella.     

Alena dan Cynthia lalu turun dari mobil mereka. Dilihatnya mobil yang berisi pengawal mereka juga sudah berhenti di belakang mobil mereka. Mereka segera membungkuk memberikan hormat kepada Alena dan Cynthia. Pengawal mereka adalah wanita yang pernah mengawal Alena waktu itu Aruna dan Alika.     

Alika tampak masih ragu dengan keputusan Alena dan Cynthia pergi hanya dengan pengawalan mereka. Kalau seandainya sedang tidak ada masalah mungkin mereka bisa menghadapi tetapi karena ada Pangeran Abbash yang berkeliaran entah dimana. Mereka menjadi sangat khawatir.     

Tetapi Alena memaksa mereka untuk mengikuti keinginannya. Sebagai pengawal Ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Nora asisten Alena juga tidak dibawa. Entah mengapa Nora juga tidak terlihat batang hidungnya.     

"Yang Mulia, sebenarnya Kami merasa tidak nyaman mengawal Yang Mulia hanya berdua dengan Aruna" Kata Alika dengan hati - hati.     

"Kau tidak usah khawatir. Aku yang akan bertanggungjawab " Kata Alena sambil melangkah pergi. Ia kesal karena dari pagi pengawalnya itu terus menerus menolak mengikuti rencananya.     

"Yang Mulia Putri Alena jika nanti Yang Mulia Pangeran Nizam mengetahui ini maka Kami yang akan terkena hukuman" Alika sudah mengatakan ini lebih dari lima kali tetapi Alena tetap bergeming. Cynthia menatap pengawal Alena dan berkata kepada Alena.     

"Alena apa kau ingat ketika di Azura Kau berbuat konyol tetapi yang terkena hukuman adalah para Kasim. " Kata Cynthia mencoba mengingatkan Alena.     

"Ya..Aku tahu. Tapi inikan di Amerika bukannya Azura. Tidak ada Ratu Sabrina disini" Kata Alena sambil tetap melangkah. Kedua pengawal itu segera berjalan mengikuti Alena. Dan Cynthiapun mengikutinya. Sifat Alena yang keras kepala dan serampangan ternyata masih belum berubah semuanya.     

Alika lalu menatap Aruni kemudian berkata, " Telepon Amar ke sini. Suruh Ia datang dan ikut mengawasi Putri Alena dan Putri Cynthia"     

Aruna menganggukkan kepalanya dan segera menarik handphonenya dari saku. Ia mengirim pesan darurat kepada Amar. Amar yang kebetulan sedang berbincang dengan Arani langsung menegakkan badannya saking kagetnya.     

"Ada apa?" Kata Arani sambil menatap Amar.     

"Tuan Putri Alena dan Tuan Putri Cynthia pergi berdua ke kampus tanpa didampingi Yang Mulia Pangeran Nizam dan Pangeran Thalal."     

"APA?? " Arani berteriak kaget, dan Ia langsung menarik pistol dari balik pakaiannya. Memeriksa isi pelurunya dan langsung berlari.     

"Pakai motor jangan mobil" Teriak  Arani  kepada Amar sambil berlari ke arah garasi motor diikuti oleh Amar. Mereka mengambil motor satu - satu dan segera meluncur dengan cepat membelah jalanan menuju kampus "The Great"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.