CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam harus Belajar Bersabar



Nizam harus Belajar Bersabar

0Seperti biasa Nizam pergi meninggalkan Alena untuk pergi melaksanakan sholat shubuh di mesjd secara berjamaah. Sebelum pergi Nizam mengecup dulu pipi Alena. Setelah Nizam pergi, Alena langsung bangun dari tempat tidur. Ia melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Alena meringis merasakan pant*tnya yang masih terasa ngilu dan sakit.     
0

"Dasar kampret, kecoa busuk, iblis ular... kalau saja kau tidak meratap siang dan malam Aku tentu sudah pergi dari rumah ini sambil membawa si kembar. Aku akan pulang ke Indonesia dan tinggal di sana selamanya daripada hidup di sarang macan dengan suami yang pencemburu dan pemarah.     

Tapi kau meratap siang dan malam membuat Aku menjadi terenyuh dan memang Aku menyadari kalau Aku juga salah dan sangat salah. Cuma yang menyebalkan dia menyangkut - nyangkutkan aku dengan Pangeran gila. Awas kau Abbash.. Kau yang menyebabkan Aku sampai dicambuk oleh suamiku sendiri. Kau harus mati di tanganku sendiri. " kata Alena sambil mencabut jarum infusan dan pergi ke kamar mandi.     

Alena mandi cepat - cepat takut keburu Nizam datang. Biasanya Nizam sholat di mesjid dan berdzikir sampai saatnya sarapan pagi. Tapi Alena tahu kalau selama Ia berpura - pura pingsan dua hari yang lalu kata para pelayan Nizam tidak makan apapun. Ia hanya minum air putih. Padahal selama pura - pura pingsan Alena makan segala.     

Ia juga sengaja tidak memberikan ASInya kepada si kembar agar actingnya semakin meyakinkan. Ia juga minta kepada Nora agar tidak mengatakan kepada siapapun tentang actingnya ini. Ia sangat kesal kepada Nizam jadi Ia harus membuat pembalasan atas semua perlakuan suaminya. Actingnya hanya diketahui oleh Nora dan seorang pelayan serta perawat.     

Nora datang membawakannya makanan dan alat pompa ASI. " Kau sudah mengatakan kepada Bastnah agar menghentikan pemberian susu formula nya ?" Kata Alena.     

"Sudah Yang Mulia.. Dari kemarin Putri dan pangeran kecil terus menerus menangis, hamba sebenarnya tidak tega dan ingin membawa mereka kemari " Kata Nora sambil terdiam ketika Alena menyimpan telunjukknya di bibirnya.     

"Sssst....Mereka tidak boleh cengeng. Menderita sedikit tidak apa - apa. Aku harus memberi pelajaran kepada ayah mereka. Agar Ayah mereka  lebih bisa mengendalikan emosinya walaupun Aku tahu Aku juga salah tetapi  kalau Ia harus bertindak sewenang - wenang  seperti kemarin, Aku juga tidak bisa terima. Memang sekarang ini Aku cukup puas melihatnya meratap siang dan malam, tetapi ini masih belum cukup." Kata Alena sambil berkilat - kilat. Ia bertekad akan terus memberikan Nizam pelajaran.     

"Yang Mulia, Apakah ini masih belum cukup ? Yang Mulia Pangeran Nizam sudah terlihat sangat menderita. Tidak baik mempermainkan seorang putra mahkota. Hamba tidak tahan melihat air mata Yang Mulia terus meleleh bagaikan aliran sungai yang tidak bisa dibendung" kata Nora. Walau bagaimanapun Nizam adalah seorang putra mahkota yang mulia. Orang yang paling penting setelah raja Al - Walid.     

Nizam adalah harapan seluruh kerajaan Azura. Nizam satu - satunya pangeran yang paling pantas untuk menjadi raja menggantikan Raja Al - walid. Nizam anak yang berasal dari Ratu Utama dari seluruh istri Raja Al - Walid. Jadi ketika Ia naik tahta tidak ada satupun pihak lawan akan meragukan kemampuannya dalam segala bidang.     

Mendengar Kata - kata Nora Alena langsung melotot,     

" Tidak baik apanya ? Kalau dia tidak diberi pelajaran maka seterusnya Ia akan seperti itu. Kerajaan kalian tidak butuh pemimpin yang lebih menggunakan kekuatan emosi daripada kebijaksanaan. Menjadi pemimpin yang sabar dan bijaksana lebih penting daripada menjadi pemimpin yang pintar tapi pemarah dan kejam" Alena berbicara sambil mengomeli Nora. Nora langsung membungkukkan badannya sambil meminta maaf.     

"Ampunilah hamba Yang Mulia.  Hamba tidak menyadari perkataan Hamba sendiri. " Kata Nora sambil dengan menyesal.      

"Kalau aku tidak memberinya pelajaran maka kerajaan kalian nanti akan dipimpin oleh raja yang menakutkan. Yang setiap melakukan kesalahan akan main cambuk. Memang dalam keyakinan kita memiliki hukuman cambuk tetapi itu ada aturannya.     

Bukannya main cambuk seenaknya. Kau lihat pan*tku jadi korban adat kerajaanmu yang aneh dan kekejaman calon raja kalian itu.  Pant*tku sangat sakit berdenyut - denyut. Walaupun rasanya sekarang jauh lebih berkurang sakitnya karena sudah di obati oleh salep kalian yang manjur walaupun sekarang sedikit gatal tetapl biarlah, Yang penting cepat sembuh.     

Pokoknya Kalau dia sudah bisa mengendalikan emosinya baru Aku akan menjadi tenang. Tetapi sepanjang otaknya masih dangkal dan Ia hanya tahu teori bagaimana menasehati orang lain tetapi dirinya sendiri  tidak tidak melaksanaan apa yang sudah dilakukan. Maka Aku tidak akan berhenti memberikannya pelajaran " Alena mengepal - ngepalkan tangannya dengan sangat geram.      

"Tapi hukuman cambuk itu adalah adat kami sejak dulu kala. Adat itu sudah menjadi kebiasaan kami secara turun menurun " Kata Nora sambil menundukkan kepalanya.     

" Adat istiadat itu bukan aturan agama yang kekal selamanya sampai kiamat. Adat istiadat yang tidak relevan dan bersikap pembodohan kepada masyarakat harus dihapuskan. Dan yang pertama harus dihapuskan adalah hukuman cambuk ini. Kecuali hukuman cambuk yang sudah diatur dalam agama kita." Alena nyerocos dengan wajah masih geram. Ia sangat kesal kepada Nizam.     

"Yang Mulia sangat benar. Kami menginginkan raja yang bijaksana, baik hati tetapi tegas. Sabar tanpa harus kehilangan wibawanya. Raja yang pandai mengendalikan emosi dan bukan raja yang pemarah dan sering kehilangan kendali," Kata Nora sambil menyimpan harapan yang tinggi kepada Alena, agar Alena menjadi ratu yang bijaksana dan cerdas     

"Itulah sebabnya, Kau tidak usah banyak bicara. kau lihat saja nanti, ketika puncaknya akan terjadi hari ini kalau seandainya benar kata Nizam bahwa Edward akan datang hari ini " Alena berkata sambil memompa ASI- nya     

"Apakah Yang Mulia masih akan pura - pura pingsan lagi ?" Kata Nora menjadi sangat penasaran dengan kecerdasan otak Alena.     

"Tidak !! Aku sudah cukup berpura - pura pingsannya. Kau lihat saja nanti apa yang akan kulakukan. Aku jamin Ia akan menangis darah " kata Alena sambil tersenyum licik.      

"Hamba takut kalau Yang Mulia Nizam malah menjadi tidak sabar dan akan memarahi Kami habis - habisan kalau tahu konspirasi ini." Nora menjadi takut kalau Nizam sampai tahu Ia berkomplot dengan Alena. Ia khawatir nyawanya melayang dibunuh Nizam.     

"Kalau dilihat dari gayanya meratap, Aku pikir Ia akan berubah. Nah untuk membuktikan apakah perubahannya benar atau hanya tobat sambal maka Aku akan melakukan cara terakhir ini. Aku harap kesabaran Nizam akan ku uji " Kata Alena lagi     

"Yang mulia hamba menjadi penasaran bagaimana Yang Mulia akan membuktikan bahwa Yang Mulia putra mahkota akan berubah menjadi lebih sabar ? Bukankah Yang Mulia Nizam selama ini memang kuang bersabar. Tetapi Aku memakluminya karena bersabar itu memang hal yang paling sulit " kata Nora. Lalu Alena menjawabnya dengan diplomatis.     

" Tentu saja bersabar itu hal yang paling sulit makanya balasannya surga kalau gampang maka balasannya pasti alas kaki. Lagi pula kata pepatah di Indonesia. Sabar itu ilmu tingkat tinggi, Belajarnya setiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya mendadak dan sekolahnya seumur hidup."     

Nora tercengang mendengar perkataan Alena yang sangat masuk di akal. Ternyata orang Indonesia pandai membuat pepatah. Ia semakin kagum kepada Alena. Semakin ke sini ramalan tua milik kerajaan Azura yang beredar pada zaman yang lalu semakin dekat. Bahwa nanti akan ada suatu zaman di mana ada wanita asing yang akan membawa banyak perobahan kepada kehidupan mereka. Dan barang siapa yang menikahi wanita asing itu maka ia akan menjadi pemimpin kerajaan yang sangat Agung dengan kekuasaan yang luas.     

Alena kemudian malah menguap setelah berkata pepatah sepatah dua patah.  Ia kemudian selesai memompa ASI - nya. Ia memberikan botol yang berisi ASI nya kepada Nora.     

"Jangan beritahukan Bastnah tentang kejadian ini, Dia tidak akan bisa menahan mulutnya. Kau beritahukan saja Kalau kau memompa ASI ku saat aku pingsan. " Kata Alena  sambil naik kembali ke atas ranjangnya lagi. Lalu kembali berbaring sambil meminta perawat untuk menginfusnya lagi.Kata Alena sambil kembali memejamkan matanya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.