CINTA SEORANG PANGERAN

Sakitnya Nizam



Sakitnya Nizam

0Amar kemudian membantu Nizam untuk bangun dari sofa dan ketika Amar hendak membopongnya jelas saja Nizam menolak , memangnya dia pria apaan digendong sama pria lagi. Nizam akhirnya hanya dipapah untuk pergi ke kamarnya dan ketika Fuad melihatnya Ia segera berlari dan mengambil kursi roda ke ruang pengobatan.     
0

Fuad lalu menyorongkan kursi rodanya ke Nizam. Nizam duduk di atasnya sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Badannya juga terasa sangat panas. Setiap pelayan yang melihat langsung panik dan seseorang sudah berlari menghubungi Alena. Alena yang sedang menggendong Alexa langsung tercengang. Dan Ia lalu memberikan Alexa kepada pengasuhnya. Alena berlari sekuat tenaga hingga gaunnya berkibar seperti tertiup angin.     

Tadinya Nizam akan dibawa ke kamarnya tetapi kemudian karena kondisinya tidak bagus maka Nizam akhirnya dibawa ke ruang pengobatan. Nizam sudah berbaring di tempat tidur dan diperiksa oleh beberapa dokter. Semua tampak panik dan gelisah. Takut terjadi apa - apa dengan calon raja mereka. Dan kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka nyawa mereka semua bisa terancam. Sangat mudah bagi pihak kerajaan menuduh mereka lalai menjaga putra mahkota kerajaan Azura. Dan itu termasuk kejahatan tingkat tinggi di kerajaan Azura.     

Pangeran Thalal sudah berdiri tegang di samping Nizam yang sedang diperiksa oleh dokter. Ia diberitahu oleh Amar melalui telepon selulernya dan Dia langsung datang ke ruang pengobatan. Nizam sampai menenangkan dia berkali-kali.     

"Kau tidak usah terlalu khawatir. Aku hanya pusing, meriang dan demam. Aku kurang tidur dan istirahat jadi sekarang Aku tidak enak badan." Kata Nizam.     

"Tapi Kakak biasanya sehat terus tidak pernah sakit" Kata Pangeran Thalal sambil duduk Ketika seorang pelayan menyodorkan kursi untuk duduk.     

"Aku ini manusia biasa. Mengapa Aku harus sehat Terus dan tidak pernah sakit ? Sakit itu Kafarat dosa atau penebus dosa. Mungkin Aku terlalu banyak dosa kepada kakak iparmu. Sehingga sakitku sekarang ini adalah sebagai penebus dosa itu" Kata Nizam sambil tersenyum. Ia membiarkan seorang perawat mengecek tekanan darahnya. Pangeran Thalal langsung tahu maksud tujuan Nizam bicara seperti itu. Kelihatannya Nizam masih belum melupakan kejadian yang mengerikan itu. Dan Nizam terlihat masih trauma.     

Pangeran Thalal memegang bahu Kakaknya dengan lembut. " Jangan bicara seperti itu Kakak. Kakak Putri Alena pasti sudah memaafkan segala kekhilafan Kakak" kata Pangeran Thalal.      

Nizam tersenyum sambil berkata, "Walaupun Alena sudah memaafkan tetapi Aku tetap merasa dikejar - kejar dosa. Aku sangat menyesali perbuatanku" kata Nizam dengan wajah muram.      

"Sudahlah Kakak... Jangan terlalu banyak pikiran." Kata Pangeran Thalal. Dokter Rojak kemudian memberikan isyarat agar Nizam membuka mulutnya lebar-lebar. Dokter pribadi Nizam itu lalu menyalakan senter kecil ke mulut Nizam untuk melihat warna lidah serta keadaan tenggorokannya.     

"Yang Mulia ini Alhamdulillah tidak apa-apa. Hanya tekanan darah sedikit rendah. Kemungkinan karena kurang beristirahat" Kata Dokter  Rojak.      

"Hamba akan menuliskan resep untuk diambil di apotek" Kata Dokter Rojak sambil menuliskan resep lalu memberikan ke perawatnya.      

Tiba - tiba dari depan pintu, Alena masuk  dengan nafas terengah - engah dan berkata,     

" Kalau Sakit suamiku karena kurang istirahat. Serahkan kepada ku..." Kata Alena sambil berjalan menghampiri suaminya. Rupanya Ia sempat mendengar perkataan dokter pribadi Nizam kepada Nizam. Ia lalu memegang kening suaminya dengan telapak tangannya.      

Nizam memegang tangan Alena dan menatapnya, " Aku pusing, perutku juga mual, badanku meriang Alena.." kata Nizam dengan suara lemah.      

"Tenang saja, Nizam.. nanti Aku akan menyembuhkan mu." Kata Alena dengan penuh percaya diri. Ia lalu berkata kepada seorang pelayan yang berdiri di sudut  kamar.     

"Berikan Aku minyak zaitun dalam mangkuk dan kayu putih dan uang koin serta suruh pelayan dapur untuk membuatkan minuman wedang jahe secang. Mereka sudah Aku ajarkan cara membuatnya" kata Alena kepada pelayan itu.     

"A..apa yang akan kau lakukan ? Bukankah kau bukan seorang dokter? Bagaimana bisa kau mengobatiku ?" Nizam memandang Alena dengan perasaan ngeri.     

"Sudah diam saja... Aku jamin kalau sakitnya dengan gejala seperti itu pasti akan sembuh" Kata Alena sambil menyuruh orang - orang untuk pergi meninggalkan mereka.     

"Kakak Putri.. Tapi Kakakku Nizam sedang sakit. Aku ingin ada disisinya untuk mengawasi. Kakak putri kan tahu nyawa kakak Nizam adalah mata kehidupan bagi kerajaan Kami. Kalau sampai ada apa - apa terjadi  kepada Kakakku. Maka kami semua akan mendapatkan hukuman yang berat." Kata Pangeran Thalal mencoba memberikan pengertian.     

Alena langsung mendelik kejam, " Apa kau pikir Aku hendak mencelakakan suamiku sendiri? Kau tidak tahu apa yang akan kulakukan. Aku akan mengobati kakakmu " Kata Alena sambil cemberut.      

Wajah Pangeran Thalal menjadi pucat. Ia lalu membungkukkan badannya memberikan hormat, " Aku tidak bermaksud seperti itu Kakak Putri, maafkan Aku " Kata Pangeran Thalal.     

"Alena.. terakhir Kau memberikan Aku minuman, Aku langsung tumbang. Sekarang minuman apa lagi yang akan kau berikan kepadaku ? Tidak.. tidak..Aku tidak mau meminumnya. Aku trauma" Kata Nizam sambil menutup mulutnya. Alena langsung menjadi berang.     

"Aku bukannya hendak meracunimu. Kalau kau nanti kenapa - kenapa, Kau boleh mencambukku lagi" Kata Alena menantang Nizam, membuat Nizam menjadi pucat.     

" Tidak Alena..jangan berkata demikian. Jangan menakutiku Aku lagi. Aku cukup trauma dengan kejadian kemarin" Kata Nizam memelas.     

"Baiklah kalau begitu..semuanya silahkan untuk keluar!!" Alena memberikan perintah dengan gagah dan berwibawa, membuat semua yang ada diruangan keluar kecuai Nayla. Ia berdiri disamping Pintu. Alena mendelik kepada Nayla, " Kau Mau apa di sini ?" Kata Alena.     

"Menjaga Yang Mulia " Kata Nayla dengan wajah sedikit kecut ketakutan melihat wajah Alena yang galak. Nayla takut kalau - kalau Alena akan mencelakai putra mahkota mereka.     

"Dia tidak perlu dijaga. Sudah sana keluar!!" Kata Alena. Nayla sama sekali tidak bergerak, Ia malah menatap Nizam. Nayla bersumpah dalam hatinya. Ia tidak akan pergi meninggalkan Nizam kecuali Nizam sendiri yang menyuruhnya pergi.  Nizam juga tahu kalau Nayla tidak akan pergi kalau tidak Ia suruh sehingga Nizam lalu memberikan isyarat untuk pergi.     

"Yang Mulia... Hamba mohon, Yang Mulia sedang sakit. Kami tidak bisa meninggalkan Yang Mulia hanya berdua dengan Tuan Putri, Yang Mulia harus kami pantau sampai Yang Mulia sehat" Kata Nayla malah berlutut dan menyentuhkan kepalanya ke lantai. Alena langsung manyun tidak suka. tetapi Ia mengerti sekali dengan kelakuan Nayla. Sebagai asisten Nizam maka Nayla-lah yang paling harus menjaga dan mengurus Nizam.     

"Nizam kau harus suruh Asistenmu pergi kecuali kau ingin dilihat telanjang olehnya" Kata Alena sambil sedikit berbisik. Mata Nizam terbeliak mendengar kata - kata Alena. Ia langsung berusaha bangun dan mencekal tangan Alena. "Ya Tuhan.. Alena. Apa yang hendak kau lakukan ? Mengapa Kau ingin menelanjangi Aku, Apakah Kau ingin kita bercinta lagi? Aku sedang lemah dan tidak berdaya.Aku tidak sanggup. Aku menyerah .." Kata Nizam sambil mencebikkan bibirnya.      

Alena mendelik ke wajah Nizam lalu langsung mengomel. " Kepalamu itu memang hanya berisi kemesuman yang haqiqi. Aku masih waras untuk tidak memaksamu bercinta. Aku bukannya dirimu yang kejam dan tidak berperasaan. Yang suka sekali memaksaku  bercinta." Alena bersungut - sungut membuat Nizam langsung kalah total.      

Wajah Nizam merah padam karena sekarang Ia kalah bicara dengan Alena, " Baiklah.. baiklah.. lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Kalaupun Aku harus mati. Mati ditanganmu tidaklah terlalu buruk" Kata Nizam sambil kemudian menyuruh  Nayla keluar dari kamar.     

Nayla mendengar kata - kata terakhir Nizam malah semakin ketakutan dan tidak ingin pergi, " Hamba mohon ampun Yang Mulia. Tolong tidak mengucapkan kata - kata yang membuat hamba takut" Kata Nayla sambil tetap menempelkan keningnya ke lantai.     

"Tidak akan terjadi apa - apa. Keluarlah cepat. Aku sudah meriang seperti ini... Alena peluklah Aku. Aku kedinginan. Aku mungkin akan mati" Kata Nizam sambil menarik tangan Alena untuk mendekat kepadanya.     

"Jangan berlebih - lebihan.. Kau ini hanya masuk angin saja ?" Kata Alena sambil memeluk Nizam dan mengusap - ngusap punggungnya dengan lembut.     

"Masuk Angin??" Apa maksudmu ?" Nizam mengerutkan keningnya, tapi Alena belum menjawab, Ia malah terus memeluk Nizam yang berpakaian putih - putih.     

Alena sangat menyukai Nizam ketika mengenakan pakaian tradisional Azura. Aura Nizam sebagai Pangeran Azura langsung terpancar kalau Nizam mengenakan jubah yang berwarna putih. Nizam memang sangat tampan dan berwibawa. Sedang sakitpun rintihan Nizam terlihat malah membuat Nizam terlihat seksi dan menggemaskan.      

"Kalau kau kurang tidur dan kurang makan. Tidak cukup istirahat. Di Indonesia penyakit itu di sebut dengan masuk angin. Memang penyakit ini ringan tetapi cukup menyiksa bagi penderitannya. Di Indonesia penyakit itu diobati dnegan kerokan" Kata Alena menjelaskan sedikit panjang lebar. Ia terus memeluk Nizam dan mengelus - elus punggung Nizam dengan penuh kasih sayang.     

Nayla yang tidak mendengar ada suara lagi, Ia lalu mengangkat mukanya sedikit dan Ia langsung tersipu - sipu melihat Nizam memeluk Alena. Ia segera bangun dan pergi dengan perlahan setelah mohon pamit. Bahkan Ia hampir bertubrukan dengan pelayan yang membawa peralatan yang diminta Alena.      

"Tutup pintu !! " Kata Alena kepada pelayan yang mengantarkan peralatan yang diminta Alena. Alena menyimpan semua peralatan itu di meja kecil disamping ranjang. Ia lalu membuka pakaian Nizam, Nizam sedikit panik dan memegang pakaiannya dengan erat. Ia benar - benar sedang sakit dan meriang. Kepalanya sangat pusing dan tubuhnya menggigil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.