CINTA SEORANG PANGERAN

Menemui Ali dan Amar



Menemui Ali dan Amar

0Arani keluar dari kamar mandi setelah berendam beberapa lama untuk menyegarkan tubuhnya. Rambutnya yang pendek terlihat masih sedikit basah walaupun Ia sudah mengeringkannya di dalam kamar mandi tadi menggunakan hair dryer. Ia melihat Jonathan yang sudah terlelap dengan menggunakan pakaian lengkap. Arani jadi tersenyum tipis, usai memoles wajahnya dengan make up tipis Arani lalu melangkah keluar dari kamarnya.     
0

Para penjaga yang berdiri di depan kamarnya langsung berdiri sambil memberikan hormat. Arani hanya menganggukan kepalanya dan melangkah tegap menuju kamar Nizam. Ini sudah hampir malam, Ia harus mengecek kondisi Nizam. Nayla masih belum bisa diandalkan untuk menjadi asisten Nizam dan Ia sendiri tidak terlalu leluasa karena posisinya sudah menikah.     

Usai berjalan beberapa lama, barulah Ia berada di kamar Nizam. Nizam dan Alena memiliki beberapa kamar pribadi dan salah satunya yang sering ditempati adalah kamar yang berada di samping kamar si kembar. Kamar ini memiliki pintu penghubung khusus yang menyambungkan antara kamar Alena dan si kembar. Pintu ini hanya bisa dibuka dari kamar Alena dan Nizam. Sehingga kapanpun Alena bisa masuk ke kamar si kembar dari kamarnya. Tetapi pengasuh si kembar tidak bisa seenaknya masuk ke dalam kamar Alena dan Nizam.     

Arani juga langsung tahu kalau Nizam dan Alena kemungkinan sudah masuk ke dalam kamar ini karena Alena harus menyusui si kembar dan dugaannya memang benar. Ia melihat Fuad dan Nayla sedang duduk berbincang - bincang di sebuah sudut di ruangan yang ada di depan kamar Nizam dan Alena. Dua orang penjaga tampak berjaga di kamar itu.     

Melihat Arani datang kedua orang itu termasuk penjaga langsung berdiri dan memberikan hormat. Arani menganggukan kepalanya dengan dingin. Ia lalu duduk di kursi tunggal di depan Nayla dan Fuad.      

"Bagaimana kabar Yang Mulia?" Kata Arani sambil melambaikan tangan ke seorang pelayan yang tidak jauh dari mereka. Pelayan itu langsung mendekat dengan hormat.     

"Berikan Aku makanan lengkap.. dan berikan Aku teh susu dengan beberapa roti pita." Kata Arani sambil menyelonjorkan kakinya. Fuad dan Nayla saling berpandangan mata menatap Arani yang menurut mereka terasa aneh.     

Tapi mereka tidak berani bertanya, mereka lalu duduk di depan Arani.      

"Yang Mulia baik - baik saja. Alhamdulillah ternyata pengobatan itu berhasil. Aku tadi sudah browsing pengobatan yang berasal dari Indonesia itu" Kata Nayla sambil tetap menegakkan tubuhnya dengan sopan.     

"Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan budaya. Banyaknya suku bangsa di negara itu memungkinkan negara Putri Alena itu memiliki keanekaragaman dalam segala hal yang lebih dari negara mereka. Orang - orangnya juga tidak sekeras orang - orang dari negara kita. Jadi kau tidak usah khawatir tentang Putri Alena. Walaupun kita harus sering memantaunya tetapi jika Yang Mulia sedang berada bersama Yang Mulia Nizam maka kita bisa merasa tenang karena mereka akan saling melindungi." Arani memberikan penjelasan.     

"Aku tadi salah. Aku malah masuk ke kamar Yang Mulia saat Yang Mulia berteriak kesakitan" Kata Nayla. Arani tersenyum lucu mendengar kata - kata Nayla.     

"Kau Fuad. Sudah berapa lama menjadi pengawal Yang Mulia. Mengapa Kau masih belum mengerti juga kalau Yang Mulia terkadang suka saling menyakiti satu sama lain tetapi itu tidak lama karena mereka biasanya langsung kembali mesra." Kata Arani.     

Fuad menganggukan kepalanya, " Memang itu benar tetapi tadi tetap saja membuat hatiku kacau karena Yang Mulia kan baru memberikan hukuman kepada Putri Alena. Aku khawatir Yang Mulia Putri membalas dendam kepada Yang Mulia Pangeran Nizam"     

Arani menggelengkan kepala, "Kalaupun itu benar. Tidak seharusnya kita turut campur. Tingkah laku Putri Alena terkenal nyeleneh dan sukar ditebak. Kita tidak akan bisa mengimbangi gaya berpikirnya yang konyol tapi cerdas. Orang biasa sepintar apapun kadang kalah melawan kekonyolannya. Jadi sepanjang itu tidak membahayakan nyawanya maka biarkan." kata Arani dengan santai.     

"Kau benar - benar mengenal Yang Mulia dengan baik" Kata Nayla dengan penuh ke kaguman.     

"Tentu saja. Karena Aku hampir selalu berada di sisi Yang Mulia selama 24 jam. " Kata Arani, dalam hatinya Arani bahkan berkata lagi meneruskan perkataannya yang tidak Ia ungkapkan secara nyata kepada Nayla. ' Mereka bahkan saling berciuman dan bercinta di saat Arani ada disisi mereka. Walaupun tidak terang - terangan. Bertahun - tahun Ia melihat kemesraan di depan matanya jadi wajah saja kalau Arani sekarang melampiaskannya kepada suaminya sendiri.     

Nayla sendiri mengakui perkataan Arani karena Ia juga pernah beberapa kali mendampingin Nizam yang sedang bermesraan bersama istrinya. Nayla menghela nafasnya Ia harus mempersiapkan dan belajar lebih banyak lagi untuk bisa menjadi asisten Nizam sebaik Arani.  Arani adalah yang terbaik dari semua pegawai Nizam.      

Tidak lama kemudian makanan datang dan Arani lalu mengajak Fuad dan Nayla makan bersama. Kebetulan Fuad dan Nayla memang lapar sehingga kemudian mereka bertiga makan dengan lahap.     

Ketika mereka berbincang - bincang kemudian Nayla berbicara tentang rencana pernikahan Amar dengan Zarina. Arani sangat terkejut mendengar rencana tersebut apalagi kemudian Fuad juga bercerita tentang kegusaran Ali tentang rencana tersebut karena Ali sebenarnya mencintai Zarina. Arani terus mendengarkan laporan Fuad dan Nayla secara bergantian. Arani mengusap tekuknya. Mengurung suaminya di dalam kamar membuat Ia kehilangan banyak berita dan kejadian yang terjadi di rumah ini.     

Setelah makan, akhirnya Arani memutuskan untuk meluruskan dulu permasalahan di antara Ali dan Amar. Arani tidak mau kalau diantara mereka ada bibit - bibit permusuhan yang akan membahayakan kedudukan Nizam. Apalagi antara Ali dan Amar kedua - duanya sangat penting posisinya untuk menjaga keamanan Nizam. Ali adalah pengawal pribadinya dan Amar adalah mata - mata dan salah satu jendral andalan Nizam.     

Tugas Arani adalah melindungi kestabilan keamanan Nizam. Dan itu sangat penting mengingat Nizam dan Alena hidup dengan banyak musuh di sekeliling mereka. Kalau sampai ada perpecahan di antara orang - orang Nizam maka akan mudah bagi penyusup untuk menghancurkan pertahanan dari dalam. Apalagi Pangeran Abbash sangat tahu bagaimana menyusup ke dalam rumah Nizam     

***     

Kamar Ali     

Ali duduk di atas tempat tidur sambil merokok. Ia sudah menghabiskan dua bungkus rokok karena Ia tidak bisa mengusir bayangan Zarina dari benaknya. Ia memang berusaha untuk bisa menerimakan Zarina memilih Amar tetapi Ia sediri tidak munafik kalau Ia sangat sedih dan kehilangan. Pertama Ia harus bersaing dengan Pangeran Thalal dan kemudian Ia harus bersaing dengan Amar. Ali mengurut - urut keningnya dengan tangannya. Ia merasa Amar seperti mencuri buruannya.     

Ia mengincar Zarina sudah lama tiba - tiba Amar menikungnya dan mengambil Zarina. Tetapi ketika Ia sedang termenung memikirkan nasib buruknya tiba - tiba pintu di ketuk dari luar. Ali lalu membuka pintu dan Ia terkejut melihat Arani dan Amar berdiri di depan pintu kamarnya. Ali mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti mengapa mereka berdua harus ada di depan kamarnya di saat Ia sedang ingin sendiri.     

Ali menatap Arani dan Amar bergantian, dan kemudian Arani langsung masuk tanpa dipersilahkan oleh Ali. "Maafkan Aku, kalau Aku masuk ke kamarmu tanpa izinmu tetapi walaupun Kau tidak ingin ditemui, Aku tidak perduli Kau boleh memukulku jika Kau tidak suka Aku masuk " Kata Arani sambil duduk di sofa.      

Amar mengerling kepada Arani dan Ia langsung tahu kalau Ali tidak mungkin marah kepada Arani. Siapa yang berani marah kepada Singa betina dari Azura. Ia sendiri merasa ngeri jika berbicara lama - lama dengan Arani. Dan memang benar walaupun Ali sebenarnya ingin sendiri tetapi Ia tidak berani melarang Arani untuk masuk. Ia tidak ingin menambah keruwetan dalam hidupnya.     

Alih - alih marah kepada Arani, Ali malah memandang Amar dengan perasaan kecut dan kesal. Teganya Amar mengambil wanita yang sangat Ia cintai. Dan Arani melirik pandangan mata Ali  kepada Amar. Sedangkan Amar yang tidak tahu apa - apa hanya duduk saja mengikuti Arani.     

Amar tidak mengerti mengapa Arani tadi datang ke kamarnya dan mengajaknya menemui Ali. Ia merasa tidak ada masalah apa - apa dengan Ali jadi Ia tadinya menolak di ajak ke kamar Ali. Ia sedang sibuk mempersiapkan agenda pekerjaannya berkaitan dengan pamanggilan orang tua Zarina dan bahkan mungkin Ia akan pergi langsung ke rumah Zarina untuk melamarnya ke sana.     

Mereka kemudian duduk bertiga bersama. Ali masih terdiam dengan muka keruh. Arani lalu berdehem sebelum Ia membuka mulutnya.     

"Ali, tentu Kau sudah tahu kalau Amar melamar Zarina untuk menikahinya. Bahkan Yang Mulia Nizam kemungkinan menyetujuinya karena Zarina sudah menyetujuinya" Kata Arani dengan wajah tenang. Wajah Ali pucat pasi mendengar perkataan Arani.     

Amar menjadi sedikit gelisah ketika melihat Wajah Ali yang semakin muram. Ia  tidak mengerti mengapa Ali tampak tidak menyukai berita tentang rencana pernikahannya dengan Zarina. Bukankah seharusnya Ia ikut senang.     

Ali berusaha mengelola emosinya dan menjawab perkataan Arani, " Aku sudah tahu." Kata Ali dengan pendek dan ketus. Hal ini memancing Amar untuk bersuara,     

"Aku tidak mengerti sebenarnya ada apa dengan kalian. Mengapa berita pernikahanku seperti berita tentang kematian saja. Tidak ada satupun yang kelihatannya senang mendengar Aku akan menikahi Zarina. Termasuk Yang Mulia Nizam. Apakah ada seseorang di sini yang bisa menjelaskan kepadaku, sebenarnya ada apa ini?" Kata Amar dengan wajah kesal     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.