CINTA SEORANG PANGERAN

Zarina dan Pangeran Thalal



Zarina dan Pangeran Thalal

0Setelah dia diinterogasi oleh Nizam,  Zarina masuk ke dalam kamarnya dan mulai menata hatinya untuk mempersiapkan kehadiran Amar. Zarina tidak mencintai Amar tetapi demi Pangeran Thalal dia akan menelan semua kesedihan dalam hatinya. Tetapi baru saja Ia akan berbaring tiba - tiba pintu kamarnya diketuk seseorang. Zarina menegakkan badannya dan mendengarkan suara ketukannya lagi. Kalau - kalau Ia salah mendengar tetapi suara itu terdengar semakin keras bahkan dengan memanggil - manggil namanya.     
0

"Nona.. Nona Zarina. Tolong keluar dulu.." Suara wanita terdengar bersamaan dengan suara ketukannya. Zarina langsung turun dari ranjang dan menghampiri pintu kamarnya. Ia membukakan pintunya dan tampak seorang pelayan wanita berdiri di depannya kemudian dia membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Zarina.     

Zarina menatap pelayan itu dengan pandangan aneh. Saking banyaknya pelayan dirumah Nizam, Zarina sampai tidak hapal semua pelayan yang ada. Jadi Ia juga tidak mengenali pelayan yang ada didepannya sekarang.     

"Nona Zarina, Yang Mulia Pangeran Thalal meminta waktu anda sebentar untuk membicarakan sesuatu hal yang penting" Kata Pelayan itu membuat Zarina langsung hampir ambruk ke lantai kalau saja Ia tidak berpegangan ke pintu yang masih Ia pegang. Muka Zarina pucat pasi, bibirnya menggeletar. Apa yang terjadi ?  Mengapa Pangeran Thalal ingin menemuinya, bukankah terakhir kali Ia bertemu Pangeran Thalal adalah saat Ia menghujamkan pisau ke tubuhnya.     

Ia tidak siap bertemu dengan Pangeran Thalal secara terang - terangan. Ia hanya ingin bertemu pangeran Thalal diam - diam saja. Zarina jadi kebingungan Ia ingin sekali menolaknya dan Ia tidak ingin melukai perasaannya lagi sehingga kemudian Zarina berkata,     

"Katakan kepada Yang Mulia. Zarina sangat berterima kasih atas kehormatan yang diberikan Yang Mulia Pangeran Thalal dengan mengajak hambanya berbicara. Tetapi saat ini Saya sedang tidak enak badan dan mohon izinkan saya untuk beristirahat" Kata Zarina sambil mencengkram tepian pintu dengan kedua tangannya hingga tangan itu berwarna kemerahan karena penekanan yang terlalu kuat. Hatinya benar - benar seperti diaduk - aduk kekuatan yang sangat keras.     

Pelayan itu tampak heran dengan penolakan Zarina, bukankah gosip yang beredar adalah Zarina tergila - gila dengan pangeran Thalal tetapi mengapa ketika di ajak bicara oleh pangeran Thalal bukannya menjadi senang tetapi malah menolak. Pemikiran orang - orang dari kalangan atas memang berbeda.     

"Aku permisi dulu...." Kata Zarina sambil hendak menutup pintu kamarnya tetapi baru saja tangannya bergerak. Ada tangan lain yang tanpa diketahui terhulur dan menahan pintu itu agar tidak tertutup. Tadinya Zarina mengira kalau itu adalah tangan si pelayan tetapi jubah putih yang berkibar pada tangan itu dan lengan berbulu halus tampak terlihat dari tangan yang terbuka membuat Zarina sadar kalau itu bukan lengan si pelayan.      

Jemari yang runcing dan indah itu memegang tepian pintu. Jemari itu teramat indah dan ramping. Bulu - bulu halus sebagian menghias. Dan sekali pandang Ia tahu siapa pemiliknya.     

Dada Zarina langsung berdebar keras bagaikan suara tabuh yang ditalu pada saat ada perayaan musik di daerahnya. Tangan Zarina gemetar dan air matanya langsung mengalir deras. Ia tidak dapat  menahan perasaanya yang tiba - tiba menjadi sedih. Ia tidak dapat menahan rasa cintanya kepada pria yang ada di depannya.      

Sehingga kemudian kata - katanya meluncur terbata - bata, "Mengapa Yang Mulia membiarkan hamba hidup ? Mengapa Yang Mulia hendak menyiram cuka ke dalam luka hamba. Hamba mohon izinkan hamba masuk ke dalam kamar. Hamba tidak memiliki satu alasanpun yang membuat Yang Mulia dapat berbicara dengan hamba" Kata Zarina sambil berdiri dibalik pintu. Ia tidak mau melihat wajah Pangeran Thalal sedikitpun.     

Hati Pangeran Thalal selama ini membeku kepada Zarina. Bahkan setelah Alena menyadarkannya dari hipnotisnya, Pangeran Thalal sama sekali tidak ingin menemui Zarina walapun hanya sekedar ucapan terima kasih. Ia selalu menghindari ruangan tempat Zarina tinggal. Dan Ia juga tidak menengok sekalipun ketika Zarina di rawat pada saat Ia terluka karena pisau yang dihujamkan pada dirinya sendiri.      

Tetapi kali ini Ia begitu bergetar mendengar isak tangis Zarina. Apa salah Zarina kepadanya. Mengapa Ia sangat membenci Zarina karena bukankah Zarina tidak bersalah karena perasaan cinta itu tidak dapat dicegah kapan datangnya. Dan Zarina juga sudah berusaha membunuh perasaan  cintanya sehingga Ia sampai hendak membunuh dirinya sendiri. Zarina mengorbankan dirinya untuk menyembuhkan kebutaannya dia juga berusaha keras menjaga dirinya dari perbuatan keji kepadanya.     

Pangeran Thalal perlahan mendorong pintu kamar Zarina sehingga Zarina kemudian bergeser kepinggir dan menyender ke pintu dengan kepala tertunduk seakan tidak ingin dilihat oleh Pangeran Thalal.     

Pangeran Thalal menghela nafasnya dan kemudian Ia berkata perlahan, " Apakah Kau sekarang sangat membenciku? Aku memang bukan manusia. Aku adalah orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih. Aku memang pantas kau benci. Kau sudah berusaha keras mengobati lukaku tetapi Aku  sama sekali tidak mengucapkan terima kasih.  Zarina terima kasih sudah mengobatiku dari kebutaan" Pangeran Thalal berkata dengan tulus     

Mendengar kata - kata Pangeran Thalal, Zarina menangis semakin keras. Ia merasa kata - kata Pangeran Thalal seperti hembusan angin surga di telinganya. Tetapi Ia tidak sanggup menatap Pangeran Thalal sehingga Ia hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Hamba.. tidak akan pernah membenci Yang Mulia. Yang Mulia ada dalam urutan pertama saat Hamba melantukan do'a. Hamba yang meminta Ampun karena hamba yang hina ini telah lancang mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Tetapi sekarang itu tidak lagi karena Hamba akan menikah dengan Amar"      

Hati Pangeran Thalal merasa tercabik - cabik saat mendengar kata - kata Zarina bahwa Ia selalu mendoakan pangeran Thalal padahal  Ia sendiri tidak pernah mengingat Zarina sedikitpun.     

"Zarina sungguh, Aku sangat membencimu karena kau telah lancang mencintaiku tetapi Aku menyadari bahwa itu bukanlah salahmu. bukankah cinta itu datangnya begitu aneh dan tiba - tiba. Ia tidak dapat dicegah tetapi kau tentu mengerti kalau Aku sudah memiliki seorang yang sangat kucintai. Aku tidak sanggup menduakan cynthia" Kata Pangeran thalal dengan hati - hati. Zarina menganggukan kepalanya dan berkata dengan gemetar.     

"Hamba tahu.. hamba mengerti. Jadi izinkan hamba pergi " Kata Zarina sambil tetap tidak mau melihat wajah Pangeran Thalal. Ia benar - benar tidak ingin berada di dekat Pangeran Thalal. Harumnya tubuh Pangeran Thalal membuat Zarina sampai melayang - layang tidak karuan.     

"Tapi Aku ada pembicaraan yang sangat penting yang akan kubicarakan denganmu" Kata Pangeran Thalal sambil tetap berada di balik pintu yang terbuka. Ia tidak berani masuk ke dalam kamar yang jelas - jelas bukan tempatnya.     

"Tentang apakah itu? Hamba merasa tidak layak untuk berbicara dengan Yang Mulia "Kata Zarina.     

"Ini tentang orang tuamu " Kata Pangeran Thalal.     

"Orang tua hamba? Apakah ada kaitannya dengan rencana pernikahan hamba dengan Amar?" Zarina malah balik bertanya membuat Pangeran Thalal tercengang. Zarina mau menikah dengan Amar ?? bagaimana bisa Ia tidak mengetahuinya. Tiba - tiba saja hati Pangeran Thalal terasa ada yang menoreh - noreh hatinya dengan belati.     

"Benarkah Kau akan menikahi Amar ? Tetap bagaimana bisa itu terjadi ?" Tiba - tiba Pangeran Thalal merasa perutnya seperti di aduk - aduk dengan perasaan sedikit panas dan cemburu. Ia memang tidak mencintainya tetapi perasaan itu secara naluri muncul begitu saja ke permukaan.      

"Amar melamar hamba dan kami akan segera menikah. Kami rencananya akan segera pergi ke India untuk meminta izin ke orang tua hamba" Kata Zarina sedikit tenang dan percaya diri karena sudah memilki seseroang yang siap menjaganya. Walaupun orang itu tidak Ia cintai.     

"Oh.. Aku turut berbahagia Zarina." Kata Pangeran Thalal hampir berbisik. Mukanya terasa panas dan hatinya bergetar.Bulu matanya yang panjang tampak bergerak - gerak. Mengapa hatinya tiba - tiba terasa sakit.     

"Terima kasih Yang Mulia. Jadi sebenarnya apa yang hendak Yang Mulia katakan kepada hamba?" Kata Zarina masih tetap menundukkan kepalanya.     

"Orang tuamu ada di Amerika dan rupanya kedatangan mereka tidak ada kaitannya dengan pernikahanmu dengan Amar. Mereka akan  menuntut kakakku karena dianggap menyembunyikan mu di rumahnya. Kau tahu itu adalah tuntutan yang berat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.