CINTA SEORANG PANGERAN

Akan Menjaga Zarina dengan Baik



Akan Menjaga Zarina dengan Baik

0"Baiklah Amar, Aku harus bertanya padamu tentang beberapa hal berkaitan dengan berita yang aku dengar bahwa kau akan menikahi Zarina." Cynthia mulai berbicara dengan serius dan Amar mendengarkan dengan baik     
0

"Aku tidak akan bertanya kepadamu sejak kapan ku mulai tertarik dengan Zarina tetapi aku hanya ingin kau tahu bahwa dirinya mencintai suamiku aku juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia menerima lamaran mu. "Kata Cynthia kepada Amar.     

Amar kemudian menjawab dengan hati-hati, "Hamba tidak akan menyembunyikan apapun dari yang mulia. semua orang di sini mengetahui dengan baik bahwa Zarina mencintai suami yang mulia dan ketika suatu hari Zarina menangis karena perkataan tajam seorang pelayan. Hamba menjadi terenyuh dan menawarkan menjadi pelindungnya seumur hidup hamba"     

"Mengapa harus menikahinya kalau hanya sekedar ingin menjadi pelindung? " Cynthia bertanya menyelidiki.     

"Ha..ha..ha..Yang Mulia sungguh sangat tajam. Hamba memang menyukainya diam - diam. Ketika Ia menangis entah mengapa hati ini menjadi terenyuh sekaligus tertambat. Mungkinkah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama?" Kata Amar sambil tertawa lucu      

Cynthia hanya mengguman tetapi diam - diam disudut bibirnya menyunggingkan senyum manis. Merasa lucu dengan kata - kata Amar. Sungguh Amar ini memang lebih hangat daripada Imran yang dingin.     

"Aku tidak meragukan cintamu pada Zarina dan itikad baikmu pada Yang Mulia Pangeran Nizam. " Kata Cynthia mengagetkan Amar.     

"Apa yang Mulia maksud dengan itikad baik?" Kata Amar sambil mengerutkan keningnya. Ia mengusap kuduknya yang tiba - tiba terasa dingin. Mengapa wanita yang di depannya ini terasa lebih menakutkan dibandingkan Arani.     

"Bukankah dibalik niatmu menikahi Zarina kau ingin menahan Zarina agar tetap disisi Yang Mulia Pangeran Nizam karena kelebihan yang dimiliki oleh Zarina. Benarkah demikian?" Kata Cynthia.      

Muka Amar menjadi pucat pasi. "Yang Mulia hamba sungguh tidak mengira kalau Yang Mulia dapat mengetahui niat hamba yang sebenarnya" Amar menegang dalam duduknya.      

"Hmmm..." Cynthia hanya mengguman.     

"Pada mulanya memang seperti itu tetapi hamba juga memiliki perasaan pada Zarina."     

"Tentu saja. Karena dia akan menjadi pasangan mu yang paling menguntungkan dibalik kemampuannya. Kau adalah Jendral Perang. Kemampuan seperti Zarina Akan banyak membantumu didalam menghadapi lawan-lawan mu kelak. Apalagi Di kerajaan kalian ilmu mistis masih digunakan"     

"Benar sekali Yang Mulia. Tetapi sesungguhnya hamba benar - benar tertarik dengan Zarina. Mohon Yang Mulia dapat merahasiakan pembicaraan ini dari Zarina. Hamba tidak ingin Zarina mengira hamba memanfaatkannya walaupun dia sendirilah sebenarnya yang terang - terangan memanfaatkan hamba" kata Amar dengan takzim.     

"Apakah Kau yakin dapat mengatasi rasa cintanya kepada pangeran Thalal?? Apakah Kau nanti tidak akan sakit hati menerima kenyataan bahwa istrimu mencintai pria lain. Aku tidak ingin kalian sampai saling menyakiti. Karena pada dasarnya suatu pernikahan itu adalah suatu cara untuk kita saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain."     

"Anda benar sekali Yang Mulia..Yang Mulia jangan khawatir. Percayalah kepada hamba. Hamba akan membuat Zarina melupakan Yang Mulia Pangeran Thalal"     

"Kau sangat percaya diri.." Cynthia mengerutkan keningnya. Ia seperti mencium ketidakberesan dari mata Amar yang terlihat sangat penuh percaya diri.      

"Hamba adalah pria Azura. Kami tidak mengenal kata kalah dari seorang wanita asalkan niat kami baik" Kata Amar semakin mencurigakan. Tetapi kemudian Cynthia tidak berpikiran macam-macam. Ia mencoba berpikir positif lagipula Amar ini bawahan langsung dari Nizam. Sangat tidak mungkin berbuat jahat kepada wanita.     

"Baiklah Amar, Aku percaya kepada mu akan menjaga  Zarina dengan baik"     

"Tentu saja Yang Mulia.." Kata Amar sambil menganggukkan kepalanya.     

"Besok orang tua Zarina akan datang"  Cynthia mulai mengatakan hal yang inti kepada Amar. Amar sangat terkejut mendengar perkataan dari Cynthia.     

"Bagaimana mungkin mereka akan datang. bukankah waktu itu Yang Mulia Pangeran Nizam menyarankan hamba buntuk pergi langsung ke India melamar Zarina" kata Amar.     

"Rencana itu agaknya telah berubah. Kau harus tahu ada perkembangan yang tidak baik yang telah terjadi berkenaan dengan Zarina"     

"Benarkah. Sungguh memalukan hamba tidak mengetahuinya."     

"Tentu saja kau tidak akan mengetahuinya karena beritanya berasal dari berita gosip di TV dan Aku sangat percaya sebagai Jendral perang. Kau tentu tidak akan menyukai berita gosip. Sehingga tidak pernah menontonnya"      

"Oh tentu saja Yang Mulia... " Kata Amar sambil tersenyum kecil. Wajahnya yang terhitung tampan untuk seorang jenderal ini sangat manis jika tersenyum.     

"Nah... Berita itu mengatakan kalau orang tua Zarina menuntut Yang Mulia Pangeran Nizam menyembunyikan anak gadis mereka.." Kata Cynthia langsung membuat wajah manis Amar berubah mengerikan.     

Kali ini Cynthia yang kaku di kursinya. Tubuhnya menegang melihat aura gelap yang muncul dari wajah Amar. Bahkan ketika Amara berdiri tubuh tinggi kekarnya semakin memperlihatkan bahwa tubuh Amar sangat kokoh. Cynthia tengadah melihat Amar yang mengeratkan giginya marah.     

"Berani benar mereka menuduh Yang Mulia menahan anak mereka. Walaupun benar kemarin yang Mulia menahannya karena Zarina terluka" kata Amar dengan marah.     

Cynthia ikut berdiri dan berkata.     

"Jangan terlalu emosi kau belum dengar berita selanjutnya lagi.."     

"....." Amar menatap Cynthia.     

"Mereka akan menjodohkan Zarina dengan Pangeran Abbash"     

" APAA?" Amar berkata hampir berteriak membuat Arani yang sedang melatih menoleh ke arah Cynthia dan Amar. Tetapi karena Ia bukan tipe orang yang suka turut campur urusan orang lain maka Arani melanjutkan latihannya. Bukankah kalau mereka membutuhkan Arani. Cynthia pasti memanggilnya.      

"Benar Amar, tetapi kau tidak usah khawatir karena Pangeran Nizam pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk mu. Bukankah Yang Mulia sudah mengetahui rencana lamaran mu pada Zarina?"     

Amar menggelengkan kepalanya dalam-dalam. "Iya Benar.. kami sudah membicarakannya"     

"Bagus.. duduklah. kau tidak usah tegang. Ini bukan sedang berbicara strategi perang. Kita akan sedang berbicara strategi menghadapi calon mertua" kata Cynthia sambil menahan senyum.     

Muka Amar tampak memerah sampai ke telinga. Mengapa membicarakan strategi menghadapi calon mertua terdengar lebih mengerikan daripada membicarakan strategi perang     

"Malam ini Aku dan Yang Mulia Nizam akan membicarakan cara menghadapi orang tua Zarina besok sekaligus membicarakan lamaran kau kepadanya. Kita akan berusaha mengubah perjodohan antara Pangeran Abbas dan Zarina menjadi perjodohan antara dirimu dan Zarina.     

Kedudukanmu sebagai jendral tidak terlalu rendah dibandingkan dengan pangeran. Tetapi kalau orang tuanya gila harta dan kedudukan kerajaan maka mereka pasti akan memilih Pangeran Abbash. " Kata Cynthia sambil menarik napas sebentar membuat wajah Amar semakin tegang.     

"Aku sendiri bukanlah orang yang dapat berkata-kata membujuk orang dengan perkataan. Tetapi setahuku Yang Mulia Pangeran Nizam adalah orang yang sangat berbisa lidahnya. Ia akan meracuni pikiran orang tua Zarina agar mengizinkan mu menjadi suaminya sekaligus menarik tuntutan mereka kepada Pangeran Nizam.     

Nah.. untuk memberikan kesan baik besok. Aku harap kau berdandan lah dengan mengenakan pakaian jas resmi agar terkesan gagah.. Bila perlu kau bisa di tangani para stylis untuk mendandani mu"     

Amar tampak mengerutkan keningnya tanda tidak setuju. "Aku tidak biasa berdandan karena Aku adalah laki-laki."     

"Tentu saja..Aku hanya menginginkan Kau terlihat meyakinkan kedua orang tua Zarina besok. Dan ingat sebagaimana pun orang tua Zarina berkata yang menyakitkan maka diam saja tidak usah bicara sampai mereka mempersilahkan." Cynthia memandang Amar yang sedang mendengarkan perkataan Cynthia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.