CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Abbash yang Tampan



Pangeran Abbash yang Tampan

0Ibunya Zarina menatap Pangeran Barry yang sedang menahan senyum mendengar Ia menyangsikan ketampanan adiknya. Adiknya ya.. adiknya yang begitu tampan dan penurut. Sejak kecil Ia mengendalikan adiknya itu. Membuat Ia menuruti apapun perkataan dan perintahnya. Ia selalu membuat adiknya yang tampan itu berada di belakang layar. Sebenarnya Ia sangat tidak ingin adiknya bersaing dengannya.     
0

Sejak kecil Ia melihat kalau adiknya ini mampu merebut perhatian semua orang hanya dengan senyum manisnya. Ia melihat bagaimana semua orang mampu memberikan apa saja miliknya hanya untuk membuat Pangeran Abbash tersenyum. Termasuk kedua orang tuanya. Sebagai anak bungsu Ia dimanjakan oleh semua orang. Sebagai anak yang paling tampan Ia disukai seluruh rakyat Zamron.     

Pangeran Barry berusaha dengan sangat keras agar Ia menjadi yang terbaik tetapi adiknya hanya bersenang - senang saja. Ia jarang belajar dengan giat. Ia hanya tertarik dengan ilmu bela diri dan penyamaran. Sebagai Kakak ia bukanlah kakak yang baik. Ia terlalu iri dengan ketampanan adiknya. Adiknya yang selalu menjadi pusat perhatian dimanapun Ia berada.     

Dan Ia merasa tersaingi sejak masih kecil. Perbedaan usia sekitar 6 tahun membuat diam - diam secara kedewasaan Ia lebih unggul dari adiknya dan Ia mulai memanfaatkan adiknya untuk memenuhi ambisinya. Ia juga berusaha menekan adiknya agar Ia tidak terlalu sering muncul dihadapan publik sehingga dapat mengancam reputasinya.     

Itulah sebabnya adiknya tidak sering muncul kehadapan publik karena dari kecil Ia berusaha menanamkan bahwa ketampanannya sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan Ia juga memberitahukan adiknya agar selalu melakukan penyamaran agar wajah tampannya tidak ketara. Tetapi sekarang Ia harus membiarkan wajah tampan adiknya diekspos agar Zarina tertarik untuk menikahinya.     

Zarina tidak akan pernah tahu kalau kalau Pangeran Abbash aslinya sangat tampan melebihi ketampanan Pangeran Thalal. Ia harus membuat Pangeran Abbash menjadi suami Zarina dan menyeret gadis itu ada dipihaknya. Ia juga harus membuat Nizam dan Pangeran Thalal dipenjara agar Ia bisa mengambil Alena secepatnya. Ia sudah tidak sabar ingin segera mengambil kekuasaan kerajaan Azura.     

"Apakah Yang Mulia Pangeran Abbash setampan Anda ? " Kata Ibunya Zarina masih penasaran.      

"Aku tidak dapat mengatakan yang sebenarnya karena sebaiknya Anda melihatnya sendiri tetapi yang pasti adikku ini belum memiliki istri. Ia masih single"     

" Sungguh mengherankan Yang Mulia Pangeran Abbash belum memiliki istri padahal pastinya banyak gadis yang bersedia menjadi istri seorang pangeran" kata Ibunya Zarina masih menyangsikan pangeran Abbash. Ia benar - benar tidak ingin membeli kucing dalam karung. Ibarat transaksi jual beli. Ibunya Zarina harus tahu benar barang apa yang akan dibelinya. Apalagi ini menyangkut anak gadisnya. Walaupun Zarina itu bukan anak yang akan menjadi tulang punggung keluarga tetapi Ia tetap menginginkan yang terbaik untuk anaknya.     

"Dia adalah orang yang terlalu bebas dan tidak menginginkan suatu ikatan apapun. Tetapi ketika Aku perlihatkan Zarina, tiba - tiba saja Ia menjadi tertarik. Tapi memang sebenarnya tidak mengherankan dengan wajah ibunya yang begitu cantik dan Ayahnya yang begitu tampan tentu saja Zarina ini tidak akan memiliki penampilan yang kurang. Ia sangat layak menjadi Ratu" Kata Pangeran Barry sambil tersenyum.     

"Walaupun perkataan Yang Mulia benar adanya tetapi Saya tetap merasa kurang enak juga dengan Pangeran Abbash " Kata ibunya Zarina dengan sedikit tertunduk.     

'Kurang enak bagaimana?" Pangeran Barry tampak mengerutkan keningnya tanda Ia tidak mengerti dengan perkataan ibunya Zarina.     

" Zarina anak kami sudah dilecehkan oleh Pangeran Thalal. Bahkan jika Ia dijadikan istri simpanan Pangeran Thalal berarti anak kami sudah tidak suci lagi. Jadi apakah mungkin Pangeran Abbash akan menerimanya sebagai istrinya?" Kata Ibunya Zarina dengan perasaan sangat khawatir. Kesucian seorang wanita di negaranya sangat berharga. Jarang ada yang mau menerimakan wanita bekas orang lain di negaranya bahkan menikahi janda bagi sebagian masyarakat konservartif dianggapnya akan membawa sial.     

Apalagi Zarina ini tidak dinikahi secara sah tetapi hanya sebagai simpanan jadi memang secara adat konservatif Ia sudah tidak layak menjadi seorang istri bagi pria terhormat. Status Zarina ini tidak jelas janda bukan gadispun bukan. Di negaranya tingkat perceraian sangat rendah dan kalaupun ada janda biasanya janda yang ditinggal mati suaminya.     

Alangkah beruntungnya Zarina kalau seandainya Ia masih dapat menikah dengan statusnya itu. bahkan menikah dengan seorang pangeran pula. Ibunya Zarina tiba - tiba merasa malu karena sudah banyak bertanya tentang Pangeran Abbash.     

Tetapi belum juga Pangeran Barry menjawab tiba - tiba masuklah sosok tubuh tinggi semampai dengan rambut hitam legam dan kulit seputih salju. Ia masuk dengan memberikan salam dan membungkuk. Pria ini mengenakan stelan jas hitam yang sangat rapih. Ketika orang tua Zarina menoleh ke belakang dan seketika mata mereka terpaku menatap pada sosok tubuh yang ada dihadapan mereka.     

Seraut wajah agung, sepasang alis mata yang bertaut indah dan mata yang teramat hitam dan cemerlang menatap mereka. Hidung mancung dan bibir semerah darah. Rahang yang halus membuat mereka seperti sedang berhadapan dengan manusia setengah dewa dan setengah dewi. Wajah orang itu terlalu cantik untuk menjadi seorang pria tetapi juga terlalu tampan untuk menjadi seorang wanita. Andaikan tidak ada jakun yang menghiasi lehernya maka orang itu lebih mirip dewi kahyangan yang menyasar ke alam dunia.     

Apa pernah mereka bertemu dengan manusia seperti ini seumur hidupnya. Ia bahkan menganggap bahwa orang yang ada dihadapannya adalah boneka buatan Jepang.     

 "Salam Saya, kepada calon mertua " Kata orang itu dengan suara yang teramat manis membuat Ibunya Zarina langsung meleleh menangis karena terharu.     

"Perkenalkan. Ini adalah adikku. Pangeran Abbash. Aku harap wajahnya setampan harapan Anda. Nyonya Kapoor " kata Pangeran Barry sambil tersenyum. Pangeran Abbash menganggukan kepalanya lalu menjabat tangan orang tua Zarina dengan penuh kelembutan sebelum kemudian Ia mencium tangan kakaknya.     

Ia terbiasa mendapat tatapan kekaguman orang - orang yang pertama kali bertemu dengannya. dan itu terkadang membuat Pangeran Abbash tidak menyukainya sebenarnya. Ia sangat tidak suka orang - orang memuji ketampanannya. Ia lebih suka orang - orang mengagumi kejahatan yang sudah Ia lakukan.     

Tetapi kali ini Ia membiarkan wajah aslinya dilihat orang tua Zarina. Ia merelakan dirinya dijadikan tumbal untuk menikahi Zarina oleh kakaknya hanya karena Ia ingin bertemu Alena dan Ia juga ingin menyingkirkan Zarina dari sisi Nizam. Ia ingin leluasa bisa memata - mati Alena. Ia juga tidak ingin menolak permintaan Kakaknya. Ia masih membutuhkan bantuan kakaknya agar Ia dapat mengambil Alena dari sisi Nizam selamanya.     

Orang tua Zarina masih belum dapat berkata - kata karena kekaguman mereka kepada Pangeran Abbash sehingga kemudian Pangeran Abbash yang berkata terlebih dahulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.