CINTA SEORANG PANGERAN

Cemburu Membawa Celaka



Cemburu Membawa Celaka

0Khansa penatap Pangeran Abbash yang berjalan dengan langkah gontai, diam - diam Khansa menjadi iba. Sejak Asisten Pangeran Abbash meninggal terbunuh oleh Amar maka Pangeran Abbash menarik Khansa dari salah satu pelayan pembina dari Kerajaan Zamron. Pria itu berpenampilan tenang, usianya sekitar 40 tahun. Dan terlihat sangat cerdas. Ketika Ia diminta untuk menjadi asisten Pangeran Abbash maka selama beberapa bulan Ia mempelajari tentang Pangeran Abbash dari sejak Pangeran Abbash kecil sampai dia dewasa.      
0

Tetapi Ia baru tahu sekarang kalau Pangeran Abbash mencintai Alena istri dari Pangeran Nizam. Dan itu sungguh diluar nalar dia sebagai laki - laki. Ia mengakui kalau Alena memang cantik dan menggairahkan, tetapi statusnya sebagai istri Nizam bukanlah hal yang biasa. Alena ini istri orang, orang itu Nizam lagi. Ibarat seorang pendaki gunung hendak naik gunung. Gunung yang dihadapi bukanlah gunung biasa. Selain sangat tinggi, gunung itu sangat terjal, penuh jurang dan dibawahnya ada hutan lebat yang penuh binatang buas.     

Mencintai Alena adalah upaya bunuh diri dengan sengaja. Khansa benar - benar memahami sekarang apa yang dimaksud dengan kelakuan gila orang - orang kaya. Begitu banyak wanita di kerajaan Zamron atau Azura atau kerajaan lainnya yang ada di gurun sahara tetapi mengapa malah memilih Alena istri pangeran Nizam.      

Khanza sudah kehabisan kata - kata untuk meyakinkan Pangeran Abbash membatalkan pertandingan adu ilmu beladiri dengan Nizam, sehingga Ia khawatir kalau - kalau Pangeran Abbash akan terluka. Khanza jadi berniat untuk menelpon Pangeran Barry, kakaknya Pangeran Abbash. Ia takut kalau nanti Pangeran Barry akan menyalahkan dia kalau ada apa - apa.     

Tapi Khanza juga tidak berani mengambil resiko kalau seandainya Pangeran Abbash sampai tahu Ia melaporkan ke Kakaknya. Khanza pasti akan dibunuh oleh Pangeran Abbash. Pangeran itu sudah terkenal sebagai pangeran terkejam dan tersadis di Zarmron. Nyawa orang dianggap sebagai sampah. Dia membunuh orang bagaikan membunuh seekor nyamuk.     

Khanza berjalan dalam kebingungannya, langkahnya tersendat berjalan di belakang Pangeran Abbash menuju tempat bertanding. Dan ketika sampai di lapangan tempat bertanding. Nizam dan Pangeran Abbash berdiri di depan Pangeran Thalal dan Arani untuk membicarakan aturan main. Para penjaga Pangeran Abbash berdiri di samping kiri dan kanannya. Ali dan Fuad juga berdiri di samping Nizam semua tampak bersiaga.     

"Aturan pertama yang paling mendasar adalah tidak menggunakan senjata rahasia jadi silahkan tanggalkan baju kalian masing - masing " Kata Pangeran Thalal.      

Pangeran Abbash tersenyum dan langsung melepaskan jasnya, tetapi ketika Ia kemudian hendak melepaskan kaosnya. Nizam langsung mencekal lengannya dengan muka merah.     

"Perhatikan tindakanmu !! Ada istriku di sini. Beraninya Kau hendak telanjang " Kata Nizam sambil mendorong Pangeran Abbash hingga Pangeran Abbash terdorong ke tubuh penjaganya.     

Alena sendiri biasa saja saat melihat Pangeran Abbash akan membuka pakaiannya. Bukankah dia memang terbiasa melihat laki - laki separuh telanjang.  Alena adalah orang Indonesia dan kuliah di Amerika, pemandangan lelaki bertelanjang dada bukanlah hal aneh.     

"Memangnya Kenapa Nizam? Biarkan saja dia telanjang. Bukan telanjang bulatkan? Aku tidak masalah melihat  dia setengah telanjang" Kata Alena dengan santai. Pangeran Abbash tertawa kecil. Ternyata memang benar gosip yang beredar kalau Alena sangat polos dan lucu.     

Nizam mendesis sambil mendelik, " Tutup mulutmu, Alena !! Aku tidak ingin kau melihat tubuh laki - laki lain dalam keadaan telanjang " Kata Nizam sambil cemberut.     

"Honey.. Kau jangan marah. Aku tidak akan pernah tertarik melihat tubuh siapapun kecuali tubuhmu. Aku hanya akan melihatmu saja, suamiku. Jangan khawatir, dimataku dia tidak ubahnya seperti seekor kambing" Kata Alena sambil mencibir.     

Mata Pangeran Abbash melebar dan bibirnya maju beberapa centi meter ke depan. Dengan gaya manja Ia berkata, " Ah.. Yang Mulia ini. Masa iya wajah setampan ini seperti seekor kambing. Hati - hati, jangan - jangan wajah kambing ini akan membuat Yang Mulia jatuh cinta" Kata Pangeran Abbash sambil menggelengkan kepalanya.     

"Itu karena kelakuanmu seperti kambing. Tidak punya otak. Aku tidak akan pernah mengampuni. Wajah tampan kelakuan seperti kambing. Sini Kau.. akan kupotong - potong jadi seribu bagian. Lalu kutaburkan dagingnya pada ikan piranha seperti yang kau lakukan pada orang Korea.." Alena dengan gemas menerjang Pangeran Abbash sambil mengoceh tidak  karuan. Kakinya sudah bersiap menendang. Tapi Nizam keburu menyambar pinggangnya dan menyangkingnya dengan tangan kanan dipinggangnya.      

Alena berteriak - teriak, " Lepaskan Aku.. Lepaskan Aku. Aku akan menghajarnya.. Aku akan memukulinya" Kata Alena sambil menerjang - nerjang. Pangeran Thalal tercengang dan Arani hanya membuang muka menahan senyum. Tingkah Alena seperti itu sudah biasa baginya.      

Karena Alena tidak mau diam akhirnya Nizam melepaskan cangkingannya dan kemudian menegakan tubuh Alena di depan sebuah pohon palem kemudian Nizam mendorong tubuh Alena agar menempel pada batang pohon palem. Tangan Alena yang hendak menyingkirkan tubuh Nizam yang menghalanginya di cekal, lalu di tarik dan ditekankan ke batang pohon palem tepat di atas kepala Alena. Kemudian Nizam memiringkan kepalanya dan kemudian membenamkan bibirnya ke atas bibir Alena yang sedang mengomeli Pangeran Abbash.      

Alena melotot ketika bibir halus dan lembut suaminya menyentuh bibirnya. Matanya yang melotot kemudian menjadi lembut dan berubah sayu. Nizam semakin membenamkan bibirnya dan tangan kanannya yang tidak mencekal tangan Alena digunakan untuk mengelus bahu Alena.      

Melihat adegan mesra yang nyata terpampang di depan mata semua mata langsung tertunduk kecuali pangeran Abbash. Muka Pangeran Abbash merah padam menahan api cemburu. Matanya berkaca - kaca dan membiaskan amarah yang hampir meledak dalam dadanya. Tiba - tiba kakinya bergerak dan menendang penjaga yang ada disampingnya hingga terpental sejauh sepuluh meter dan langsung memuntahkan darah. Pelayan itu berteriak kesakitan membuat Nizam melepaskan ciumannya.     

Nizam menoleh ke arah pelayan yang sedang menahan sakit di dadanya. Tidak ada satupun penjaga yang  berani   mendatanginya kecuali Arani. Arani berlari  mendatanginya tetapi Pangeran Abbash langsung menghambur dengan penuh Amarah hendak memukul Arani.      

Arani merasakan ada angin yang berhembus di belakang telinganya dan Ia tahu itu adalah pukulan  yang sedang mengarah kepadanya. Arani memiringkan kepalanya ke kanan dan kemudian kaki kirinya bergerak menendang ke bagian bawah dari hembusan angin. Logikanya jika angin berhembus di dekat telinganya maka perut orang yang memukulnya akan ada dibawahnya sehingga kaki Arani mengarah ke bawah. Tetapi  Pangeran Abbash langsung meloncat ke belakang menghindari tendangan Arani.     

Arani membalikkan tubuhnya dan Ia lalu kembali memburu Pangeran Abbash dengan kaki kanannya. Pangeran Abbash menggerakan kaki kirinya untuk menangkis tendangan Arani. Tetapi Arani tidak membiarkan kakinya yang mulus terkena kaki Pangeran Abbash Ia segera menggeser kakinya dan kemudian melayangkan tendangan ke punggung Pangeran Abbash. Pangeran Abbash langsung terjatuh dan Arani tidak membiarkannya. Melihat tangan Pengeran Abbash menahan tubuhnya yang terjatuh di atas tanah, Arani jadi teringat bagaimana pangeran Abbash menginjak tangan suaminya Jonathan. Arani segera menginjak tangan Pangeran Abbash dengan gemas dan geram.     

"Ini untuk balasan tangan suamiku yang sudah kau remukkan..." Katanya sambil memutar ujung kakinya di atas tangan Pangeran Abbash dan Pangeran Abbash pun menjerit kesakitan.     

Alena dan Nizam yang gantian tercengang menyaksikan adegan yang diluar dugaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.